Skip to main content

Self Care di Tengah Pandemi

Tak terasa sudah hampir sebulan saya dan anak-anak benar-benar total #StayatHome, alias gak kemana-mana sejak ada pandemi Covid-19. Awalnya ada perasaan bosan dan kangen untuk beraktivitas ke luar rumah. Tentu, jika sekedar mengikuti keinginan pribadi, kami ingin sekali pergi jalan-jalan ke mall, hadir di kajian, ataupun bermain di taman. Namun, kami tahu ini demi kebaikan bersama. Maka, bukankah bersabar itu lebih utama?

Ketika tidak ada aktivitas ke luar rumah seperti yang biasanya kami lakukan, tentu si kaka yang sudah bisa berkomunikasi bertanya-tanya, "Bunda, kapan kita ke taman lagi?", "Bunda aku mau ngaji di TPA!", "Bunda aku mau jalan-jalan ke mall!". Ya, begitulah rengekan si kaka. Namun, kini anaknya sudah paham kalau sedang ada pandemi. Maka, ketika ditanya oleh tetangga "Kenapa gak main?", "Soalnya ada virus corona" ujarnya dengan polos.

Selama situasi seperti ini, kami memang harus bersabar dan ridha dengan qadha Allah, sambil berikhtiar untuk melakukan tindakan preventif agar bisa tetap sehat. Alhamdulillah di tengah ujian yang ada, selalu ada hikmah kebaikan jika kita mau berpikir. 

Hari ini, program self care yang saya lakukan dan hampir rutin dilakukan setiap hari adalah berjemur di halaman depan rumah.  MasyaAllah dulu kadang saya masih sering malas membawa anak berjemur karena alasan belum selesai beres-beres rumah atau membuat sarapan. Namun, kini saya justru memprioritaskan hal ini.

Alhamdulilkah aktivitas yang kita anggap sepele ini insyaAllah menjadi ikhtiar supaya tubuh lebih sehat dan tentunya pikiran juga sehat. Anak-anak senang penuh suka cita, mengusir rasa bosan seharian di rumah. Ya meskipun hanya 15 menit saja, namun bisa menjadi energi positif untuk melanjutkan aktivitas di rumah.

Pagi ini sambil melakukan teknik sadar nafas, saya melihat langit yang biru cerah, mendengar suara ayam berkokok, kucing yang berlarian yang mungkin sudah lama tak saya perhatikan. Alhamdulillah, tiada kata selain syukur atas rahmat dan karunia Allah. 

Dalam situasi seperti ini, Allah berikan peluang pahala atas setiap kesabaran kita.  Allah berikan peluang bagi kita untuk berlomba dalam kebaikan dengan saling tolong menolong. Dalam situasi seperti ini, Allah berikan kesempatan kita untuk bisa berkumpul dengan keluarga, untuk lebih banyak waktu ngobrol, makan bersama, sambil mencari metode belajar yang bisa  membuat anak tetap bahagia.

Dari aktivitas sederhana pagi ini, saya tersadar bahwa Allah berikan media alam ini untuk kita mengambil pelajaran akan kebesaran Allah dengan segala ciptaanNya. Anak-anak belajar secara gratis langsung dari alam. Si Adek yang sedang belajar berbicara pun antusias sekali meniru suara kucing dan ayam. Tangannya tak bisa diam ingin memegang bunga, ingin menangkap semut dan kupu-kupu. MasyaAllah, Engkau sebaik-baik pemberi hikmah dari setiap kejadian. 


#tantangan30hari
#kelaskepompong
#bundacekatan
#institutibuprofesional
#day18

Comments

Popular posts from this blog

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

Apa Perasaanmu Hari Ini?

[Dokumentasi pribadi] Perjalanan membersamai tumbuh kembang anak pertama sungguh memberikan banyak pembelajaran bagi saya pribadi untuk memahami peran seorang ibu. Episode awal menjadi seorang ibu dipenuhi oleh pengalaman yang memungkinkan seorang ibu menjadi orangtua "sumbu pendek". Betapa tidak, hampir setiap jam terdengar tangisan dari seorang bayi kecil di hadapannya. Entah karena lapar, kepanasan, bosan, dsb. Episode berlanjut dengan fase di mana anak mulai sering tantrum. Saat itu saya terkaget-kaget menyaksikan seorang anak balita di hadapan saya yang menangis menjerit tiada henti, bahkan sambil berguling-guling, terkadang meronta. Berbagai jurus pun mulai dicoba mulai dari mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan makanan kesukaannya, mengajaknya keluar melihat teman bermainnya, bahkan menyodorkan gadget berupa video yang bisa membuat tangisannya mereda. Namun, ternyata berbagai cara tersebut juga terkadang tidak berhasil membuat anak berhenti menangis. Nah, y

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany