Skip to main content

Program Self Healing dengan "Konmari Gadget"

Pekan kemarin, selama seminggu saya memilih untuk melakukan puasa media sosial (IG & FB). Memang saya tidak puasa seluruh media sosial. Apalagi dalam kondisi #stayathome begini, otomatis banyak kegiatan di luar rumah yang harus dialihkan di dalam rumah. Jadi, secara otomatis saya masih sangat membutuhkan berbagai informasi dan media untuk bisa terkoneksi dengan dunia luar.

Salah satu tantangan terberat adalah filter informasi di tengah "tsunami informasi" yang sudah semakin tidak terbendung lagi. Sejak terjadi pandemi Covid-19 hampir setiap hari ada saja berita hoax yang disebar orang. Maka, penting bagi saya untuk melakukan self healing dengan melakukan "digital detoks". Namun, hari ini saya ingin mempraktekkan terlebih dahulu self healing dengan melakukan "konmari gadget". Saya memakai istilah ini untuk menggambarkan proses beres-beres gadget dari berbagai hal yang menjadi distraksi dan mengganggu produktivitas. 

Kenapa saya berpikir bahwa beres-beres gadget bisa menjadi bentuk terapi self healing? Karena, bagi saya pribadi, yang lebih senang dengan kehidupan yang teratur, sedikit distraksi saja bisa membuat konsentrasi buyar, inspirasi mengendap, dsb. Oleh karena itu, memori HP yang penuh, file yang sulit dicari, HP yang mulai lemot sangat menguji kesabaran dan bahkan bisa membuat mood saya drop. Bahkan, bisa jadi banyak file penting untuk sumber belajar pun hanya jadi "harta karun" di folder HP. Alasannya sederhana, karena tidak ada manajemen gadget.

Intinya dalam era digital seperti sekarang, kita tidak bisa menyalahkan kemajuan teknologi, tapi sekali lagi semua kembali kepada kita sebagai subjek yang menggunakan gadget tersebut. Apakah kita bisa bijak menggunakan sesuai kebutuhan atau malah diperbudak oleh gadget hingga mengalihkan kita dari kenyataan?!

Nah, hari ini saya melakukan "konmari gadget" dengan menghapus beberapa aplikasi yang jarang atau bahkan tidak pernah digunakan, merapihkan file yang tercecer, serta menghapus file yang tidak diperlukan lagi, misalnya saja foto-foto yang dibagikan di grup WA.  Ternyata hal sepele yang kita lakukan berpengaruh cukup besar untuk mengurai "keruwetan" yang mungkin ada di pikiran kita. Gadget yang kita gunakan bisa lebih optimal lagi fungsinya, dan kita yang menggunakannya pun lebih produktif lagi untuk memakainya


#tantangan30hari
#kelaskepompong
#bundacekatan
#institutibuprofesional
#day15

Comments

Popular posts from this blog

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

Apa Perasaanmu Hari Ini?

[Dokumentasi pribadi] Perjalanan membersamai tumbuh kembang anak pertama sungguh memberikan banyak pembelajaran bagi saya pribadi untuk memahami peran seorang ibu. Episode awal menjadi seorang ibu dipenuhi oleh pengalaman yang memungkinkan seorang ibu menjadi orangtua "sumbu pendek". Betapa tidak, hampir setiap jam terdengar tangisan dari seorang bayi kecil di hadapannya. Entah karena lapar, kepanasan, bosan, dsb. Episode berlanjut dengan fase di mana anak mulai sering tantrum. Saat itu saya terkaget-kaget menyaksikan seorang anak balita di hadapan saya yang menangis menjerit tiada henti, bahkan sambil berguling-guling, terkadang meronta. Berbagai jurus pun mulai dicoba mulai dari mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan makanan kesukaannya, mengajaknya keluar melihat teman bermainnya, bahkan menyodorkan gadget berupa video yang bisa membuat tangisannya mereda. Namun, ternyata berbagai cara tersebut juga terkadang tidak berhasil membuat anak berhenti menangis. Nah, y

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany