Skip to main content

Membaca Buku: Antara Kesadaran dan Kebutuhan

Hari ini sesekali bolehlah bunda menceritakan isi bacaan bunda lebih detail lagi. Alasannya satu, karena Sabrina lagi hobi baca buku itu-itu lagi 😂. Jadi bukan buat pencitraan bundanya "ketagihan" baca buku ya. Jadi ceritanya besok adalah deadline bunda untuk mengumpulkan tugas akhir di group sebelah 😅. Dan, sejak beberapa hari yang lalu, hal itu akhirnya memotivasi bunda untuk kembali membuka beberapa buku yang masih tersusun rapi dan rak. Apa yang bunda baca? Semua buku seputar tumbuh kembang anak dan stimulasi serta permainan untuk anak. Di satu sisi bikin excited banget karena jadi banyak ide, di sisi lain inget sama eksekusi yang seringkali "mandek". Dapet ide dari bacaan sekedar nyampe fase "euforia" doang, kan jadi malu sendiri😓.


Saya jadi ingat tentang gimana level literasi saya beberapa tahun lalu, tepatnya saat masih kuliah. Ternyata mau "nongkrong" di perpus, mau ngoleksi bacaan jurnal di leptop, dan mau bawa buku ratusan halaman hanya karena tuntutan yang "memaksa" saya untuk membaca dan membuka buku. Saat itu kebutuhan sebagai mahasiswa yang berkutat dengan laporan dan  tugas akhir menyisakan mata panda buat baca dan nulis. Tapi kalau ditanya saya melakukan itu semua karena keinginan dan kesadaran sendiri, kayaknya gak deh. Ya, saat itu saya baru sadar, kalau saya membaca baru di fase karena merasa butuh. Artiya belum ada minat untuk membaca. Walhasil, saat liburan panjang saya gak baca buku. Dan saat ditanya uang jajan, ternyata jarang banget dipake buat beli buku.

Hari ini, di tengah tumpukan buku-buku ini, saya tiba-tiba diingatkan tentang kekuatan niat dan motivasi untuk apa kita melakukan sesuatu. Karena itu yang akan menguatkan kita untuk konsisten menjalani apa yang kita lakukan kini, termasuk dalam hal ini membaca. Saat saya membuka setiap lembar buku-buku ini, saya jadi teringat tentang penghargaan akan penulis yang menghasilkan karyanya untuk dibukukan. Betapa saya jadi  berbinar saat mengingat bahwa ilmu yang kita tulis dan sebarkan bisa menjadi ladang amal kita kelak. Tentang sebuah kebermanfaatan yang bisa dirasakan oleh orang-orang yang membaca hasil karya kita.

Hikmah pembelajaran saya hari ini melahirkan sebuah catatan "lagi-lagi" tentang menjaga niat. Seolah saya disentil lagi tentang apa yang harus saya evaluasi tentang proses literasi yang sudah dilakukan. Bahwa tujuan kita membaca akan menentukan perbuatan kita selanjutnya. Bahwa membaca tidak sekedar berhenti pada fase mengeja dan memahami setiap kalimat, tapi bagaimana ada upaya dari kita untuk mengikat makna dengan menuliskannya. Bahkan yang lebih tinggi adalah bagaimana kita mampu menyebarkan, memberikan kebermanfaatan pada orang lain. Ya, semua itu berawal dari tujuan kita membaca.

Nah, ini jadi PR utama saya untuk membaca bukan sekedar dorongan kebutuhan tapi karena kesadaran. Dan yang tidak kalah penting adalah bagaimana tidak berhenti di fase membaca, tapi yang paling utama adalah mengamalkan.

"Jika saat ini kita sudah membaca buku karena merasa membutuhkan, alangkah baiknya motivasi itu juga diperkuat karena sebuah kesadaran"

#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#ForThingstoChangeIMustChangeFirst
#Day16

Comments

Popular posts from this blog

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

Apa Perasaanmu Hari Ini?

[Dokumentasi pribadi] Perjalanan membersamai tumbuh kembang anak pertama sungguh memberikan banyak pembelajaran bagi saya pribadi untuk memahami peran seorang ibu. Episode awal menjadi seorang ibu dipenuhi oleh pengalaman yang memungkinkan seorang ibu menjadi orangtua "sumbu pendek". Betapa tidak, hampir setiap jam terdengar tangisan dari seorang bayi kecil di hadapannya. Entah karena lapar, kepanasan, bosan, dsb. Episode berlanjut dengan fase di mana anak mulai sering tantrum. Saat itu saya terkaget-kaget menyaksikan seorang anak balita di hadapan saya yang menangis menjerit tiada henti, bahkan sambil berguling-guling, terkadang meronta. Berbagai jurus pun mulai dicoba mulai dari mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan makanan kesukaannya, mengajaknya keluar melihat teman bermainnya, bahkan menyodorkan gadget berupa video yang bisa membuat tangisannya mereda. Namun, ternyata berbagai cara tersebut juga terkadang tidak berhasil membuat anak berhenti menangis. Nah, y

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany