Skip to main content

Latihan Self Healing dengan "Positive Self Talk"

Kapan terakhir kali kita berbicara dengan diri sendiri? Mungkin pertanyaan itu agak sedikit menggelitik ya. Banyak di antara kita yang mungkin tak terpikir untuk melakukan "self talk" atau berbicara dengan diri sendiri. Nah, setelah saya fokus mempelajari self healing, akhirnya saya mencoba mempraktekkan self talk ini dalam keseharian. Dan alhamdulillah sejauh ini sudah ada perubahan positif yang saya rasakan.

Dalam keseharian kita, seringkali muncul pikiran negatif datang silih berganti. Begitupun perasaan takut dan cemas yang berlebihan. Apalagi jika kita sedang dihadapkan pada suatu masalah. Entah itu masalah kesehatan, finansial, dsb. Tak jarang kita memberikan stigma negatif atau "labelling" kepada diri kita sendiri. Tanpa sadar jika itu terus dilakukan maka akan membentuk self image negatif pada diri kita sendiri.

Saya pribadi pernah ada di posisi itu. Apalagi dengan tipe yang memang sedikit sensitif, tentu stimulus eksternal maupun internal sangat mempengaruhi emosi saya pribadi. Jika tidak bisa mengatur pikiran positif, mungkin kritik orang bisa membuat saya mudah "down". Begitupun ketika ada sedikit kegagalan dalam keseharian atau target yang tak terpenuhi, bisa membuat saya tidak bersemangat. 

Akhirnya saya mencari akar permasalahannya dan mencoba untuk mengatur pikiran dan perasaan saya agar tetap positif. Kuncinya sebenarnya tergantung kepada respon yang kita berikan terhadap suatu peristiwa. Teknik reframing termasuk self talk ini sangat membantu perubahan saya dalam keseharian. Positive self talk membantu saya untuk membangun afirmasi positif untuk merespon berbagai situasi yang sedang saya hadapi dengan sudut pandang yang lebih luas, termasuk membantu saya berdamai dengan keadaan yang mungkin tak sesuai dengan harapan kita.

Misalnya saja hari ini saya berlatih "positive self talk" ketika saya dihadapkan dengan banyak tugas yang harus dikerjakan dan janji untuk ditunaikan. Lalu saya mencoba membangun self talk. "Aku bisa komitmen dengan janji yang sudah dibuat!", "Aku sekarang bisa fokus mengerjakan tugas ini satu persatu secara tuntas, karena aku sudah tau skala prioritas!"

Pada akhirnya ada satu benang merah yang saya dapatkan dari berlatih self talk ini, yaitu tentang bagaimana saya dilatih untuk jujur dengan diri sendiri. Tak mudah memang kita bercermin memandangi diri kita dan melihat apa yang ada dalam hati dan pikiran kita yang sesungguhnya.

Self talk membantu saya membangun kepekaan terhadap diri saya sendiri. Apa yang membuat saya nyaman dan tentram dan apa yang membuat saya gelisah. Self talk ini secara tak sadar membantu saya mengeluarkan emosi negatif dan membangun emosi positif sekaligus terus menyemangati saya untuk bersyukur dan berbahagia melewati setiap aktivitas yang saya lakukan.


#tantangan30hari
#kelaskepompong
#bundacekatan
#institutibuprofesional
#day24


Comments

Popular posts from this blog

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

Apa Perasaanmu Hari Ini?

[Dokumentasi pribadi] Perjalanan membersamai tumbuh kembang anak pertama sungguh memberikan banyak pembelajaran bagi saya pribadi untuk memahami peran seorang ibu. Episode awal menjadi seorang ibu dipenuhi oleh pengalaman yang memungkinkan seorang ibu menjadi orangtua "sumbu pendek". Betapa tidak, hampir setiap jam terdengar tangisan dari seorang bayi kecil di hadapannya. Entah karena lapar, kepanasan, bosan, dsb. Episode berlanjut dengan fase di mana anak mulai sering tantrum. Saat itu saya terkaget-kaget menyaksikan seorang anak balita di hadapan saya yang menangis menjerit tiada henti, bahkan sambil berguling-guling, terkadang meronta. Berbagai jurus pun mulai dicoba mulai dari mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan makanan kesukaannya, mengajaknya keluar melihat teman bermainnya, bahkan menyodorkan gadget berupa video yang bisa membuat tangisannya mereda. Namun, ternyata berbagai cara tersebut juga terkadang tidak berhasil membuat anak berhenti menangis. Nah, y

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany