Skip to main content

Membahagiakan Diri dengan Mengobrol dengan Orang Tercinta

Mayoritas dari kita mungkin sudah tidak asing lagi mendengar riset tentang kebutuhan wanita untuk mengeluarkan 20.000 kata perhari. Tentu itu sangat relatif dan personal juga sifatnya. Namun, bagi saya pribadi pernyataan tersebut ada benarnya juga, saya pribadi merasakan benar hal itu. Apalagi saya tipe orang yang memang senang bercerita.

Pola pengasuhan orang tua saya di rumah, mungkin juga berpengaruh terhadap hal ini. Kami dibiasakan untuk saling terbuka, ngobrol, dan mengekspresikan apa yang kami rasakan. Alhamdulillah hal itu menjadikan saya dan saudara saya yang lain selalu berpikir bahwa orangtua dan keluarga adalah tempat ternyaman untuk bercerita.

Selama melakukan proyek "Self Healing" ini akhirnya saya mencoba mempraktekkan beberapa teori yang relevan untuk diaplikasikan. Misalnya saja tentang manfaat mengobrol sebagai bentuk self care sekaligus self healing, terutama bagi para ibu.

Saya sendiri sempat merasakan "jetlag" ketika memutuskan berkarya dari dalam rumah. Hal yang terasa hilang adalah waktu untuk bisa berinteraksi dengan banyak orang dan melakukan kegiatan yang bervariatif terasa lebih terbatas. Namun, akhirnya secara perlahan tantangan itu bisa saya urai. Salah satunya ketika saya mulai menikmati pilihan yang saya ambil.

Alhamdulillah akhirnya Allah berikan banyak hikmah kepada saya untuk belajar. Bahwasanya berkarya dari dalam rumah hakikatnya tidak membatasi kita untuk belajar dan terkoneksi dengan dunia luar. 

Nah, apa yang bisa membantu saya tetap bahagia ketika di rumah? Salah satu hal yang saya anggap penting adalah saya bisa ngobrol dengan keluarga dan teman, baik secara langsung maupun online. Tak perlu waktu lama, sekedar chat beberapa menit untuk bertanya kabar, berbagi resep masakan, cerita tumbuh kembang anak, cerita kegalauan emak-emak, pun berbagi quotes penyemangat bagi saya amat berharga.

Alhamdulillah hari ini, ketika ada rasa rindu yang saya rasakan, maka saya berinisiatif untuk menghubungi orang-orang tercinta. Bertanya kabar dengan teman kuliah, mengirimkan video anak-anak kepada orangtua dan mertua, pun berbagi dengan adik kelas tentang persiapan ramadhan. 

Kadang kita menganggap sepele ucapan selamat saat ada teman yang melahirkan, mengucapkan ucapan duka cita saat ada yang kehilangan. Kadang sekedar memberi emoji dan like saja kita malas. Memang itu "hal kecil", namun bagi beberapa orang, mungkin hal kecil itu amat berharga dan bisa membuat mereka bahagia. Semata karena mereka memiliki orang-orang yang peduli di sekitarnya ☺️




#tantangan30hari
#kelaskepompong
#bundacekatan
#institutibuprofesional
#day25

Comments

Popular posts from this blog

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

Apa Perasaanmu Hari Ini?

[Dokumentasi pribadi] Perjalanan membersamai tumbuh kembang anak pertama sungguh memberikan banyak pembelajaran bagi saya pribadi untuk memahami peran seorang ibu. Episode awal menjadi seorang ibu dipenuhi oleh pengalaman yang memungkinkan seorang ibu menjadi orangtua "sumbu pendek". Betapa tidak, hampir setiap jam terdengar tangisan dari seorang bayi kecil di hadapannya. Entah karena lapar, kepanasan, bosan, dsb. Episode berlanjut dengan fase di mana anak mulai sering tantrum. Saat itu saya terkaget-kaget menyaksikan seorang anak balita di hadapan saya yang menangis menjerit tiada henti, bahkan sambil berguling-guling, terkadang meronta. Berbagai jurus pun mulai dicoba mulai dari mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan makanan kesukaannya, mengajaknya keluar melihat teman bermainnya, bahkan menyodorkan gadget berupa video yang bisa membuat tangisannya mereda. Namun, ternyata berbagai cara tersebut juga terkadang tidak berhasil membuat anak berhenti menangis. Nah, y

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany