Skip to main content

Bahagia bersama Al-Qur'an

Ketika berbicara tentang self healing, mungkin sebagian orang berpikir bahwa hal tersebut dibutuhkan untuk orang yang "bermasalah". Namun, setelah saya belajar di keluarga manajemen emosi serta keluarga manajemen ruhiyah dan ibadah, kini persepsi saya berubah.

Bagi saya pribadi, self healing bisa dilakukan oleh siapapun dan kapanpun. Karena yang saya rasakan self healing merupakan proses agar kita sadar dan paham dengan diri kita sendiri. Salah satunya adalah bagaimana untuk menghadirkan kebahagiaan di segala kondisi.  Dan ini sangat menantang sekali!

Dalam kondisi ditimpa musibah pandemi Covid-19, emosi seringkali tak terkontrol. Rasa takut, cemas, sedih begitu mendominasi. Namun, bukankah kita diperintahkan untuk menghadirkan syukur dan sabar di hati? Maka, ke mana kita akan berlari?

Proyek self healing yang saya lakukan sebelas hari terakhir ini telah membuka mata saya, bahwa penting bagi diri kita untuk mengetahui apa yang sebenarnya membuat kita bahagia?

Beberapa hari terakhir, saya berupaya untuk meningkatkan  intensitas dalam berinteraksi dengan Al-Qur'an. Tak lupa saya hadirkan rasa cinta dan rindu untuk bercengkrama dengannya, maka perlahan hati ini seolah tertarik padanya.  

Hikmah pembelajaran hari ini, yaitu saya kembali merasakan bahwa sumber kebahagiaan itu tidak lain terpancar dari Al-Qur'an. Maka, memang benar jika disebutkan bahwa Al-Qur'an adalah cahaya yang akan membawa petunjuk bagi orang yang beriman.

Pelajaran kedua yang saya dapatkan, yaitu bahwa bahagia itu akan didapat ketika Allah SWT menjadi satu-satunya tujuan dan Al-Qur'an menjadi satu-satunya pedoman. Sebagaimana dari firman Allah SWT, "Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allâh, dan Kitab yang menerangkan. Dengan Kitab itulah, Allâh menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allâh mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus (QS. Al-Maidah:15-16).
Hari ini saya memberi badge very good karena jurnal harian saya baru selesai setelah magrib. Namun, alhamdulillah saya masih sangat menikmati proses self healing hari ini. Apalagi hari ini seolah saya merasakan "jatuh cinta" dan "rindu" lagi kepada Al-Qur'an. Semoga Allah jaga jiwa ini dalam ketaatan☺️

#tantangan30hari
#kelaskepompong
#bundacekatan
#institutibuprofesional
#day11

Comments

Popular posts from this blog

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

Apa Perasaanmu Hari Ini?

[Dokumentasi pribadi] Perjalanan membersamai tumbuh kembang anak pertama sungguh memberikan banyak pembelajaran bagi saya pribadi untuk memahami peran seorang ibu. Episode awal menjadi seorang ibu dipenuhi oleh pengalaman yang memungkinkan seorang ibu menjadi orangtua "sumbu pendek". Betapa tidak, hampir setiap jam terdengar tangisan dari seorang bayi kecil di hadapannya. Entah karena lapar, kepanasan, bosan, dsb. Episode berlanjut dengan fase di mana anak mulai sering tantrum. Saat itu saya terkaget-kaget menyaksikan seorang anak balita di hadapan saya yang menangis menjerit tiada henti, bahkan sambil berguling-guling, terkadang meronta. Berbagai jurus pun mulai dicoba mulai dari mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan makanan kesukaannya, mengajaknya keluar melihat teman bermainnya, bahkan menyodorkan gadget berupa video yang bisa membuat tangisannya mereda. Namun, ternyata berbagai cara tersebut juga terkadang tidak berhasil membuat anak berhenti menangis. Nah, y

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany