Skip to main content

Menerapkan "Mindfulness Parenting" di dalam Keluarga

Setelah kemarin saya berlatih mindfulness secara personal, hari ini saya mencoba untuk mengaplikasikan ini dalam keluarga. Ya, mindfulness bisa diaplikasikan dalam proses pengasuhan. Secara teori, konsep ini memiliki banyak manfaat jika diterapkan di dalam keluarga. Salah satunya yaitu untuk meningkatkan kelekatan antara anak dan orangtua serta memperbaiki pola komunikasi di dalam keluarga.

Sebelumnya saya mencoba mengevaluasi dahulu, sejauh ini apa saja yang mengganggu kami dalam proses pengasuhan anak-anak? Pertama, terkadang kami masih terdistraksi saat mendampingi anak-anak bermain dan belajar, misal dengan masih sibuk membuka HP, meskipun hanya sebentar saja,  sekedar mengecek pesan. Kedua, terkadang kami masih kurang peka ketika "alarm" dari anak-anak mulai berbunyi, yaitu ketika mulai ada yang merengek dan menangis, kadang kami masih fokus dengan pekerjaan masing-masing. Tak jarang mengambil solusi instan sekedar berkata "kenapa sih nangis, udah..udah.. ayo main lagi!". Ketiga, terkadang masih ada perasaan tergesa-gesa saat mendampingi anak-anak belajar. Serasa orang tuanya "sibuk" sekali. Terakhir, kami terkadang terlalu reaktif dalam menyikapi tingkah laku anak-anak.

Dari evaluasi tersebut akhirnya kami ingin berlatih mindfulness untuk memperbaiki empat hal tadi. Nah, perdana hari ini kami berlatih untuk tidak terdistraksi HP saat mendampingi anak-anak bermain dan belajar. Bagaimana hasilnya? Alhamdulillah hari ini cukup berjalan baik. Saya pribadi menemani kakak belajar iqra dan membaca dengan suasana lebih menyenangkan dan bisa lebih fokus. Mencoba menikmati, tidak fokus melirik HP dan jam. Dan yang terpenting lebih peka dengan "alarm" anak jika sudah mulai bosan dan lelah. Namun, tadi sempat beberapa kali saya sedikit reaktif ketika si kaka berinisiatif cuci piring dan mengepel yang berujung rumah licin dengan air sabun😅

Perjalanan kami mendampingi anak-anak bertumbuh dan berkembang masih panjang. Kami menyadari masih banyak kealfaan, hal yang tak kami pahami, pun yang belum bisa kami laksanakan secara optimal. Namun, satu hal yang membuat kami terus melangkah yaitu alhamdulillah kami masih memiliki semangat untuk belajar, bertumbuh bersama anak-anak. Bismillah...


#tantangan30hari
#kelaskepompong
#bundacekatan
#institutibuprofesional
#day23

Comments

Popular posts from this blog

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

Apa Perasaanmu Hari Ini?

[Dokumentasi pribadi] Perjalanan membersamai tumbuh kembang anak pertama sungguh memberikan banyak pembelajaran bagi saya pribadi untuk memahami peran seorang ibu. Episode awal menjadi seorang ibu dipenuhi oleh pengalaman yang memungkinkan seorang ibu menjadi orangtua "sumbu pendek". Betapa tidak, hampir setiap jam terdengar tangisan dari seorang bayi kecil di hadapannya. Entah karena lapar, kepanasan, bosan, dsb. Episode berlanjut dengan fase di mana anak mulai sering tantrum. Saat itu saya terkaget-kaget menyaksikan seorang anak balita di hadapan saya yang menangis menjerit tiada henti, bahkan sambil berguling-guling, terkadang meronta. Berbagai jurus pun mulai dicoba mulai dari mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan makanan kesukaannya, mengajaknya keluar melihat teman bermainnya, bahkan menyodorkan gadget berupa video yang bisa membuat tangisannya mereda. Namun, ternyata berbagai cara tersebut juga terkadang tidak berhasil membuat anak berhenti menangis. Nah, y

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany