Skip to main content

Mengenal Number Rods

Alhamdulillah tak terasa sudah seminggu saya menemani Sabrina untuk mengenal matematika dalam keseharian kami. Setelah beberapa hari sebelumnya stimulasi yang diberikan selalu membuat Sabrina berbinar, penuh semangat dan membuatnya "anteng" bermain, tapi tidak dengan hari ini.

Sebenarnya ini bukan pertama kali mainan DIY buatan bunda "gak laku" untuk dieksplorasi Sabrina 😂. Meskipun terkadang itu yang jadi alasan bunda males bikin mainan lagi, hehee...Tapi, sebenarnya dari pelajaran nyata seperti ini membuat bunda banyak mengevaluasi untuk lebih memahami gaya belajar dan stimulasi yang tepat untuk Sabrina, plus menyiapkan stok sabar yang lebih lagi.

Jadi, hari ini saya membuat "DIY Number Rods" yang merupakan salah satu alat peraga yang biasa digunakan dalam kurikulum montessori untuk pengenalan matematika. Ya, meskipun saya hanya menggunakan bahan yang ada di rumah, yaitu kardus bekas dan kertas warna. Sabrina mendampingi saya selama proses pembuatan DIY ini. Seperti biasa Sabrina senang membantu memberi lem dan menempel.

Saat pertama kali saya sodorkan "DIY Number Rods" ini, saya coba jelaskan tentang cara menggunakannya. Jadi, alat peraga ini membantu anak untuk memahami angka 1-10 dengan konkrit kuantitasnya. Hal tersebut ditunjukkan dengan tongkat yang semakin tinggi menunjukkan semakin besar kuantitasnya.


[Cara menyusun Number Rods]

Saya sebenarnya coba-coba saja kira-kira Sabrina sudah siap dan tertarik belum diberi stimulasi ini. Ternyata belum siap dan belum tertarik. Terbukti saat saya coba jelaskan, Sabrina malah fokus memainkan tongkat tersebut di luar intruksi. Bukan menyusunnya dari yang paling pendek, tapi memainkannya sesuai imajinasinya.

Saat saya coba bertanya "Sabrina memang bikin apa sih?", "Bikin rumah" sahutnya. Saya coba cari pendekatan yang sesuai dengan daya tangkap Sabrina, "Na, mana yang pendek?Mana yang tinggi?". Ternyata Sabrina mampu menunjukkan, tapi memang belum bisa menyusunnya sesuai urutan.



"Sebelum mengajarkan sesuatu kepada anak, coba pastikan bahwa anak siap untuk menerima pelajaran yang diberikan. Karena belajar bukan sekedar menghafal tapi bagaimana memahami dan mengamalkan"

#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIip
#ILoveMath
#MathAroundUs
#Day7

Comments

Popular posts from this blog

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

Apa Perasaanmu Hari Ini?

[Dokumentasi pribadi] Perjalanan membersamai tumbuh kembang anak pertama sungguh memberikan banyak pembelajaran bagi saya pribadi untuk memahami peran seorang ibu. Episode awal menjadi seorang ibu dipenuhi oleh pengalaman yang memungkinkan seorang ibu menjadi orangtua "sumbu pendek". Betapa tidak, hampir setiap jam terdengar tangisan dari seorang bayi kecil di hadapannya. Entah karena lapar, kepanasan, bosan, dsb. Episode berlanjut dengan fase di mana anak mulai sering tantrum. Saat itu saya terkaget-kaget menyaksikan seorang anak balita di hadapan saya yang menangis menjerit tiada henti, bahkan sambil berguling-guling, terkadang meronta. Berbagai jurus pun mulai dicoba mulai dari mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan makanan kesukaannya, mengajaknya keluar melihat teman bermainnya, bahkan menyodorkan gadget berupa video yang bisa membuat tangisannya mereda. Namun, ternyata berbagai cara tersebut juga terkadang tidak berhasil membuat anak berhenti menangis. Nah, y

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany