Skip to main content

Buku Sebagai "Reminder" Kami

Tak terasa sudah hari keempat kami menjalani tantangan game level 5 kuliah bunsay. Tanpa sadar banyak hikmah pembelajaran bagi keluarga kecil kami selama menjalani tantangan ini. Sungguh waktu menjelang tidur menjadi momen bermakna, di saat saya menuliskan "tugas" ini. Ya, rutinitas yang tanpa sadar menjadi momen evaluasi rutin harian keluarga kami, menuliskan jurnal pembelajaran kami.

Seperti hari ini, kami menemukan tentang makna buku sebagai "reminder" bagi kami. Kenapa menjadi pengingat? Ya, karena melalui buku yang kami baca, tanpa sadar menjadi pengingat di saat kami lupa, lalai, malas melakukan aktivitas keseharian kami.

Contoh sederhana, bagaimana buku "Ibunda tokoh teladan" telah membuat mata saya berkaca-kaca. Selama empat hari ini, akhirnya saya banyak merenung, merefleksikan dengan kualitas diri, memperbanyak diskusi dengan suami, tentang harapan, tentang PR besar, sebuah visi misi menjadi ibu teladan untuk melahirkan generasi sholih sholihah. Betapa sebuah cita-cita mulia yang tidak mudah bukan? Tapi buku ini, memberikan "reminder" tentang hal yang mungkin seringkali saya lupakan, yaitu berusaha mendidik diri dan melayakan diri menjadi seorang "Ibu Teladan". Alhamdulillah, dalam waktu empat hari, mungkin merupakan waktu yang cukup lama untuk menamatkan satu buah buku. Namun, bukan sekedar mengejar kuantitas, namun tentang bagaimana saya mampu mengambil hikmah dan menikmati membaca setiap lembarnya. Memaknai setiap kalimatnya.



Buku, menjadi reminder kami saat kami lupa jika antara apa yang kami ucapkan tak sesuai dengan apa yang kami lakukan. Hari ini tiba-tiba Sabrina teringat dengan buku seri anak hebat yang sudah dibacanya. Ya sebuah percakapan tentang pentingnya mengucapkan tolong, terima kasih, dan mengucap bismillah. Saat Sabrina tiba-tiba merengek ingin dibawakan minum, maka saya coba beri "clue". "Nak, kalau mau minta sesuatu itu harus bilang apa ya?", "Tolong", ujarnya. Percakapan Naura saat meminta tolong ibunya mengambilkan boneka tiba-tiba menjadi "reminder" bagi Sabrina untuk tidak merengek ketika meminta sesuatu. Sekali lagi, bagi kami itu pembelajaran sederhana yang penuh makna.

"Jikalau seringkali kita melupakan banyak hal dalam keseharian kita. Mungkin buku yang kita baca bisa menjadi pengingat akan banyaknya kebaikan yang kita tunda dan impian yang belum direalisasikan"

#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#ForThingstoChangeIMustChangeFirst
#Day4

Comments

Popular posts from this blog

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

Apa Perasaanmu Hari Ini?

[Dokumentasi pribadi] Perjalanan membersamai tumbuh kembang anak pertama sungguh memberikan banyak pembelajaran bagi saya pribadi untuk memahami peran seorang ibu. Episode awal menjadi seorang ibu dipenuhi oleh pengalaman yang memungkinkan seorang ibu menjadi orangtua "sumbu pendek". Betapa tidak, hampir setiap jam terdengar tangisan dari seorang bayi kecil di hadapannya. Entah karena lapar, kepanasan, bosan, dsb. Episode berlanjut dengan fase di mana anak mulai sering tantrum. Saat itu saya terkaget-kaget menyaksikan seorang anak balita di hadapan saya yang menangis menjerit tiada henti, bahkan sambil berguling-guling, terkadang meronta. Berbagai jurus pun mulai dicoba mulai dari mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan makanan kesukaannya, mengajaknya keluar melihat teman bermainnya, bahkan menyodorkan gadget berupa video yang bisa membuat tangisannya mereda. Namun, ternyata berbagai cara tersebut juga terkadang tidak berhasil membuat anak berhenti menangis. Nah, y

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany