Skip to main content

Aplikasi "My Effectiveness: To do, Tasks"

Tantangan sebagai seorang ibu rumah tangga salah satunya adalah bagaimana menjaga produktivitas. Setidaknya itu yang menjadi PR utama saya saat ini. Seringkali saya flashback dengan kehidupan saya saat masih kuliah. Tentu bukan sekedar untuk bernostalgia, tapi lebih kepada evaluasi tentang bagaimana optimalisasi dari sebuah peran yang dipilih.

Entahlah mungkin karena "tuntutan" ritme akademis dan segala rutinitas di dalamnya, tanpa sadar membuat saya menjadi orang yang lumayan terorganisir dalam menjalani rutinitas. Setidaknya timeline harian, mingguan dan bulanan tercatat rapi dalam buku agenda. Bahkan terkadang rencana jangka pendek pun jangka panjang dituliskan dengan detail.

Kini, setelah menjadi seorang ibu muncul tantangan baru yang tak cukup sekedar memupuk semangat untuk bisa konsisten seperti dahulu kala. Namun, justru bagaimana agar saya mampu berinovasi keluar dari zona nyaman untuk menjawab tantangan tersebut. Bukankah kini peran yang diambil pun bukan sebagai mahasiswa? Bukankah kini teknologi dan multimedia sudah berkembang begitu pesat? Setidaknya itu pertanyaan retoris yang sering muncul dalam benak.

Pertanyaan-pertanyaan itu akhirnya mendorong saya untuk mengoptimalkan produktivitas saya sebagai seorang ibu. Nah, alhamdulillah tantangan level 12 kelas bunsay ini membuat saya sedikit "melek" untuk bereksplorasi dan memupuk "intelectual curiosity" terhadap perkembangan teknologi. Alhasil dimulailah petualangan itu sejak lima hari yang lalu.

Hari ini saya kembali melanjutkan petualangan untuk mengulas tentang aplikasi seputar produktivitas. Setelah sebelumnya membahas tentang aplikasi "yawme" yang notabene dikhususkan untuk meningkatkan produktivitas seorang muslim/muslimah. Nah, aplikasi yang dibahas hari ini yaitu aplikasi "My Effectiveness". Saya sempat menggunakan aplikasi ini cukup lama. Namun, karena memori penuh, akhirnya sempat di-uninstall.

Setelah muncul keingintahuan untuk mencari mana aplikasi yang paling efektif untuk saya pakai, akhirnya saya mencoba melakukan komparasi dengan aplikasi sejenis, seperti yawme misalnya. Lalu, kira-kira seperti apa sih aplikasi "My Effectiveness" ini?. Secara umum aplikasi ini adalah aplikasi yang membantu kita mengatur produktivitas, namun bukan sekedar aplikasi untuk ceklis tugas harian. Aplikasi ini mencoba mengelaborasi tentang pertanyaan "apa yang harus saya lakukan?kenapa saya harus melakukan itu?dan kemudian lakukanlah!

Kelebihan dari aplikasi ini yaitu kita sebagai pengguna aplikasi diarahkan untuk mengetahui apa sebenarnya yang menjadi misi kita dan apa saja peran kita sebelum akhirnya kita menyusun rencana mingguan atau harian kita. Jangan sampai kita sekedar menuliskan target aktivitas, namun kita tidak mengetahui sebenarnya apa yang menjadi tujuan yang ingin kita capai.

Menu "First Thing First" mengingatkan saya pada teori manajemen yang sering saya dapatkan saat training motivasi, yaitu tentang kuadran aktivitas. Nah, aplikasi ini membantu kita untuk mengetahui prioritas kita dalam melakukan aktivitas keseharian. Apakah itu aktivitas yang penting dan genting, penting namun tidak genting, dsb. Aplikasi ini setidaknya mampu menjawab apa yang menjadi tantangan saya saat ini. Bagaimana agar bisa terorganisir dan msmpu menuliskan target jangka panjang maupun jangka pendek untuk sampai pada tujuan yang ditetapkan.

Bagian yang paling saya suka dan sering saya gunakan adalah menu "Notes, Thoughts, and Ideas". Jadi, menu ini memungkinkan kita untuk menuliskan ide yang terlintas di pikiran atau sekedar ingin menulis jurnal harian. Nah, menu ini juga akan secara otomatis menyimpan kapan waktu terakhir kita menuliskan jurnal tersebut, baik hari, tanggal maupun jamnya. Jadi, tulisan kita bisa terekam dengan baik. 

Sama seperti aplikasi produktivitas lainnya, aplikasi ini juga menyediakan menu "to do list" yang bisa kita ceklis setiap hari setelah kita mengerjakan tugas yang direncanakan. Namun, seringkali justru kita lupa menceklis aktivitas yang sudah selesai dilaksanakan. Jadi, secanggih apapun aplikasi, termyata tetap membutuhkan konsistensi dari pengguna, setidaknya untuk menceklis kegiatan hariannya 😊

#Day 5
#Tantangan10Hari
#Level12
#KuliahBunsayIIP
#KeluargaMultimedia

Comments

Popular posts from this blog

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

Apa Perasaanmu Hari Ini?

[Dokumentasi pribadi] Perjalanan membersamai tumbuh kembang anak pertama sungguh memberikan banyak pembelajaran bagi saya pribadi untuk memahami peran seorang ibu. Episode awal menjadi seorang ibu dipenuhi oleh pengalaman yang memungkinkan seorang ibu menjadi orangtua "sumbu pendek". Betapa tidak, hampir setiap jam terdengar tangisan dari seorang bayi kecil di hadapannya. Entah karena lapar, kepanasan, bosan, dsb. Episode berlanjut dengan fase di mana anak mulai sering tantrum. Saat itu saya terkaget-kaget menyaksikan seorang anak balita di hadapan saya yang menangis menjerit tiada henti, bahkan sambil berguling-guling, terkadang meronta. Berbagai jurus pun mulai dicoba mulai dari mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan makanan kesukaannya, mengajaknya keluar melihat teman bermainnya, bahkan menyodorkan gadget berupa video yang bisa membuat tangisannya mereda. Namun, ternyata berbagai cara tersebut juga terkadang tidak berhasil membuat anak berhenti menangis. Nah, y

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany