Rasa senang bercampur haru mungkin yang pertama kali bisa diekspresikan setelah melewati tantangan level 12. Ya, tanpa terasa kelas Bunda Sayang Batch#2 sudah selesai. Rasanya masih teringat memori pertama kali mengerjakan tantangan. Dengan penuh semangat dan antusias, masih mencoba meraba-raba apakah yang dikerjakan sudah benar atau tidak. Namun, ternyata seiring waktu dan proses yang dijalani, tidak ada penilaian "salah" atau "benar", gagal atau berhasil, karena setiap orang memiliki prosesnya masing-masing dengan tantangan yang unik di setiap levelnya. Bahkan akhirnya saya mengenal istilah "false celebration". Ya, bagaimana upaya kita untuk senantiasa mampu menggali hikmah dari setiap proses pembelajaran yang kita lewati. Karena dari kegagalan pun ada sisi positif yang bisa kita ambil untuk perbaikan selanjutnya.
Saya juga akhirnya teringat proses jatuh bangun mempertahankan semangat dan konsistensi menjalani setiap tantangan dan menuliskannya. Ada masa di mana semangat ini begitu menggebu, ingin banyak mengupgrade diri. Namun, tak jarang tantangan dikerjakan ala kadarnya dan minimalis. Hingga akhirnya sampai di fase di mana kehamilan anak kedua membuat saya merasa ragu, apakah masih bisa melanjutkan mengerjakan tantangan bunsay dengan kondisi kesehatan yang tidak fit? Namun, alhamdulillah motivasi dari teman-teman bisa membuat saya bisa menyelesaikan tantangan hingga level ini.
Apa yang spesial dari tantangan level 12? Selain karena tantangan ini adalah tantangan terakhir, yang tentunya kondisi di kelas juga sudah tak seramai dulu. Tentu butuh motivasi internal lebih plus butuh saling support dengan teman-teman lain yang tersisa. Karena memang ada sebagian yang cuti, pindah ataupun berhenti di tantangan-tantangan sebelumnya. Hal lain yang menjadi spesial yaitu tema tantangan kali ini benar-benar menjadi tantangan "kekinian", yaitu tentang multimedia.
Akhirnya setelah mengerjakan selama 17 hari banyak pembelajaran yang saya dapatkan. Minimal bisa merubah judgment negatif terhadap diri sendiri yang seringkali merasa menjadi emak yang gaptek. Ternyata selama ada niat, ada rasa ingin tau, kita bisa belajar banyak hal, meskipun mungkin kita berjalan begitu perlahan. Ketika konsisten dilakukan, betapa bisa membuat mata ini berninar karena telah mengetahui hal baru yang tidak diketahui sebelumnya.
Poin positifnya adala ketika kita sudah bisa memfilter berbagai aplikasi dan website yang ada untuk akhirnya benar-benar diaplikasikan dalam keseharian. Hasilnya? alhamdulillah sangat membantu mempermudah berbagai hal dalam kehidupan, baik komunikasi, upgrade ilmu, meyalurkan hobby, sampai mencari ide untuk menstimulasi tumbuh kembang anak.
Akhirnya saya jadi tersadar betapa tantangan pengasuhan masa kini bukan sekedar bagaimana membuat anak bisa membaca tulis. Bahkan jauh lebih menantang dari itu yaitu bagaimana kita mampu mendampingi anak-anak kita dengan perkembangan teknologi yang ada. Karena kita sudah tidak bisa lagi menutup mata seolah-olah kita tidak membutuhkan teknologi dalam berinteraksi. Sebagian dari kita mungkin membesarkan anak-anak generasi Z dan generasi alpha. Terbayang jika kita tak mau melek teknologi, bagaimana kita akan mendampingi mereka? #ntms
Nah, tetap saja masih banyak PR bagi saya dalam memanfaatkan teknologi ini, khususnya adalah "manajemen gadget". Ya, betapa tidak seringkali saya masih keasyikan untuk berselancar di sosial media. Dari yang awalnya ingin mencari berita, membaca artikel, bisa "mampir" kemana-mana😂. Hal lain yang menjadi PR adalah bagaimana secara bijak mampu berkolaborasi dengan suami dan anak di rumah dalam menciptakan keluarga multimedia. Ya, keluarga yang mampu menjadikan multimedia sebagai sarana untuk meningkatkan ketakwaan, mendekatkan pada ilmu dan menebar manfaat sebanyak-banyaknya untuk orang sekitar.
#aliranrasa
#keluargamultimedia
#level12
Saya juga akhirnya teringat proses jatuh bangun mempertahankan semangat dan konsistensi menjalani setiap tantangan dan menuliskannya. Ada masa di mana semangat ini begitu menggebu, ingin banyak mengupgrade diri. Namun, tak jarang tantangan dikerjakan ala kadarnya dan minimalis. Hingga akhirnya sampai di fase di mana kehamilan anak kedua membuat saya merasa ragu, apakah masih bisa melanjutkan mengerjakan tantangan bunsay dengan kondisi kesehatan yang tidak fit? Namun, alhamdulillah motivasi dari teman-teman bisa membuat saya bisa menyelesaikan tantangan hingga level ini.
Apa yang spesial dari tantangan level 12? Selain karena tantangan ini adalah tantangan terakhir, yang tentunya kondisi di kelas juga sudah tak seramai dulu. Tentu butuh motivasi internal lebih plus butuh saling support dengan teman-teman lain yang tersisa. Karena memang ada sebagian yang cuti, pindah ataupun berhenti di tantangan-tantangan sebelumnya. Hal lain yang menjadi spesial yaitu tema tantangan kali ini benar-benar menjadi tantangan "kekinian", yaitu tentang multimedia.
Akhirnya setelah mengerjakan selama 17 hari banyak pembelajaran yang saya dapatkan. Minimal bisa merubah judgment negatif terhadap diri sendiri yang seringkali merasa menjadi emak yang gaptek. Ternyata selama ada niat, ada rasa ingin tau, kita bisa belajar banyak hal, meskipun mungkin kita berjalan begitu perlahan. Ketika konsisten dilakukan, betapa bisa membuat mata ini berninar karena telah mengetahui hal baru yang tidak diketahui sebelumnya.
Poin positifnya adala ketika kita sudah bisa memfilter berbagai aplikasi dan website yang ada untuk akhirnya benar-benar diaplikasikan dalam keseharian. Hasilnya? alhamdulillah sangat membantu mempermudah berbagai hal dalam kehidupan, baik komunikasi, upgrade ilmu, meyalurkan hobby, sampai mencari ide untuk menstimulasi tumbuh kembang anak.
Akhirnya saya jadi tersadar betapa tantangan pengasuhan masa kini bukan sekedar bagaimana membuat anak bisa membaca tulis. Bahkan jauh lebih menantang dari itu yaitu bagaimana kita mampu mendampingi anak-anak kita dengan perkembangan teknologi yang ada. Karena kita sudah tidak bisa lagi menutup mata seolah-olah kita tidak membutuhkan teknologi dalam berinteraksi. Sebagian dari kita mungkin membesarkan anak-anak generasi Z dan generasi alpha. Terbayang jika kita tak mau melek teknologi, bagaimana kita akan mendampingi mereka? #ntms
Nah, tetap saja masih banyak PR bagi saya dalam memanfaatkan teknologi ini, khususnya adalah "manajemen gadget". Ya, betapa tidak seringkali saya masih keasyikan untuk berselancar di sosial media. Dari yang awalnya ingin mencari berita, membaca artikel, bisa "mampir" kemana-mana😂. Hal lain yang menjadi PR adalah bagaimana secara bijak mampu berkolaborasi dengan suami dan anak di rumah dalam menciptakan keluarga multimedia. Ya, keluarga yang mampu menjadikan multimedia sebagai sarana untuk meningkatkan ketakwaan, mendekatkan pada ilmu dan menebar manfaat sebanyak-banyaknya untuk orang sekitar.
#aliranrasa
#keluargamultimedia
#level12
Comments
Post a Comment