Skip to main content

Aplikasi Alodokter

Apa yang pertama terpikirkan dalam benak ketika pertama kali mendengar kata "IBU"? Mungkin jawabannya beragam, begitupun ketika kita diminta mendeskripsikan apa yang menjadi tugas seorang ibu. Pasti akan banyak jawaban yang kita temukan. Namun, akhirnya dari sekian pertanyaan tentang sosok seorang ibu, akhirnya saya mampu lebih memaknai ketika Allah berikan kesempatan kepada saya untuk menyandang gelar seorang ibu.

Perbincangan tentang sosok ibu dan perannya mungkin menjadi topik yang selalu hangat dibahas di sekitar kita, baik dalam kehidupan bertetangga maupun di sosial media. Tak jarang bahkan perbincangan ini menghasilkan dua "kubu", pro dan kontra, dsb. Tentang ibu bekerja vs ibu di rumah, tentang ibu memberi asi vs ibu memberi susu formula, dsb. Jujur, saya sebagai seorang ibu baru tidak mau masuk ke dalam "lingkaran" ini. Saya lebih senang untuk menyelami berbagai sudut pandang yang ada, meskipun tentu kita harus tetap memiliki prinsip sendiri.

Salah satu hal yang menurut saya lebih penting untuk diperbincangkan adalah bagaimana supaya sesama ibu bisa saling "support" agar kita mampu produktif dan mengoptimalkan peran yang kita jalani. Karena hakikatnya memang peran seorang ibu selalu akan melekat pada diri kita selama 24 jam keseharian kita. Maka tak jarang pula kita mendengar bahwa apapun latar belakang pendidikan seorang ibu, dia tetaplah seorang koki, dokter, ahli gizi, perawat, psikolog, dsb bagi keluarganya😊. Tentu untuk menjalani semua itu perlu banyak ilmu, apalagi dengan tantangan era milenial saat ini. Salah satunya adalah emak-emak dilarang untuk gaptek, hehee..alias harus selalu update informasi.

Salah satu aplikasi yang menunjang peran sebagai seorang ibu yaitu aplikasi "Alodokter". Mungkin ini bisa menjadi aplikasi yang sering diakses para ibu, karena masalah kesehatan hampir selalu kita temui dalam keseharian. Entah yang levelnya ringan maupun berat. Nah, terkadang sebagai seorang ibu, alarm panik seringkali muncul berlebihan ketika suami atau anak sakit. Lalu, obrolan dengan tetangga, info dari google, ataupun mitos-mitos lainnya tak jarang membuat para ibu bertambah panik atau bahkan berpikiran negatif tentang kesehatan keluarganya. Padahal belum ada validasi tentang informasi tersebut, apalagi belum datang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.
Aplikasi alodokter menjadi salah satu opsi untuk mengedukasi para ibu seputar info kesehatan. Setidaknya bagi saya pribadi, aplikasi ini membantu para ibu untuk tidak mudah percaya dengan berita hoax, tidak memvalidasi sumber berita dsb. Aplikasi ini menyediakan berbagai informasi kesehatan secara cepat dan responsif dari dokter-dokter berpengalaman di seluruh Indonesia. Jadi, setidaknya kita tahu benar sumber informasi kesehatan yang kita dapatkan.

Aplikasi Alodokter memungkinkan para pengguna aplikasi ini untuk melakukan chat bersama dokter tanpa harus membuat janji ataupun mengantri di rumah sakit.  Selain itu kita juga bisa mendapatkan info seputar kesehatan. Misalnya saja tips kesehatan, daftar informasi dan kegunaan obat berdasarkan nama obat, dan juga daftar penyakit serta gejalanya.
Aplikasi ini juga bisa membantu kita untuk mendapatkan akses yang cepat dan mudah terkait dengan info praktek dokter serta estimasi biayanya, informasi terkait fasilitas rumah sakit serta mengatur jadwal tindakan medis di rumah sakit rujukan via online booking. Informasi seputar unit gawat darurat terdekat bisa didapatkan melalui aplikasi ini.
Menu di aplikasi ini yang menurut saya penting yaitu adanya rekam medis yang memudahkan kita untuk menyimpan data kesehatan kita, misal kapan dan apa saja gejala sakit kita rasakan. Hal ini dapat membantu kita saat berkonsultasi langsung dengan dokter. Namun, bagi saya pribadi sebuah aplikasi hanyalah sebuah sarana pendukung saja. Jangan sampai ketika kita membaca suatu artikel kita seolah menjadi "dokter" sesungguhnya yang mampu mendiagnosis suatu penyakit. Ketika keluhan kesehatan kita tidak kunjung membaik dengan tips yang diberikan, tentu pemeriksaan langsung ke dokter menjadi solusi terbaik agar kita mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.

#Day 14
#Tantangan10Hari
#Level12
#KuliahBunsayIIP
#KeluargaMultimedia

Comments

Popular posts from this blog

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

Apa Perasaanmu Hari Ini?

[Dokumentasi pribadi] Perjalanan membersamai tumbuh kembang anak pertama sungguh memberikan banyak pembelajaran bagi saya pribadi untuk memahami peran seorang ibu. Episode awal menjadi seorang ibu dipenuhi oleh pengalaman yang memungkinkan seorang ibu menjadi orangtua "sumbu pendek". Betapa tidak, hampir setiap jam terdengar tangisan dari seorang bayi kecil di hadapannya. Entah karena lapar, kepanasan, bosan, dsb. Episode berlanjut dengan fase di mana anak mulai sering tantrum. Saat itu saya terkaget-kaget menyaksikan seorang anak balita di hadapan saya yang menangis menjerit tiada henti, bahkan sambil berguling-guling, terkadang meronta. Berbagai jurus pun mulai dicoba mulai dari mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan makanan kesukaannya, mengajaknya keluar melihat teman bermainnya, bahkan menyodorkan gadget berupa video yang bisa membuat tangisannya mereda. Namun, ternyata berbagai cara tersebut juga terkadang tidak berhasil membuat anak berhenti menangis. Nah, y

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany