Skip to main content

Aplikasi MedicTrust

Saat memiliki anak pertama, qadarullah lumayan sering pergi ke dokter. Tentunya Sabrina sudah memiliki buku kesehatan sendiri setiap pergi ke dokter. Namun, terkadang beberapa kali kesempatan saya tidak membawa buku catatan kesehatan Sabrina, misalnya saat pergi ke dokter gigi. Nah, otomatis catatan kesehatannya ada yang tidak terdokumentasi dengan baik.

Akhirnya saya juga mencoba cara konvensional, mencatat di buku lain selain buku catatan dokter. Awalnya sih supaya saya sebagai orangtua dapat mencatat riwayat kesehatan anak, bahkan sejak pertama kali munculnya gejala sakit, apa obat yang diberikan, ataupun menuliskan catatan penting ketika kunjungan ke dokter. Namun, sekali lagi terkadang buku catatan itu "hilang" tercecer entah kemana. Entah jadi bahan coret-coret Sabrina ataupun Bundanya memang seringkali lupa juga untuk mencatat.

Sabrina juga sudah dua kali di rawat di rumah sakit. Beberapa kali tes kesehatan pernah dilakukan, misalnya saja tes darah maupun rontgen. Nah, kadang semua data itu lupa untuk didokumentasikan. Kalaupun ada akhirnya menjadi kendala ketika data tersebut jumlahnya banyak. Ya, tentu tumpukan kertas hasil lab akan menjadi PR tambahan untuk di-konmari alias dibereskan😊.

Bagi sebagian orang arsip kesehatan mungkin dianggap tidak terlalu penting. Apalagi jika berpikir bahwa rekam medis pasien pasti sudah tercatat di rumah sakit. Namun, sekali lagi terkadang kita memeriksakan anak tidak di dokter atau rumah sakit yang sama. Begitupun, munculnya kendala seperti yang saya sampaikan. Akhirnya bagi saya pribadi, memiliki catatan medis pribadi versi pasien cukup membantu untuk mengetahui rekam medis kesehatan kita dan keluarga.

Akhirnya saya mencoba mengunduh aplikasi "MedicTrust" di playstore. Seperti aplikasi lainnya kita harus mendaftarkan akun, entah alamat email ataupun facebook. Setelah memiliki akun, kita bisa mulai "menjelajah" aplikasi ini untuk menuliskan rekam medis kesehatan kita. Nah, apa saja yang bisa kita tuliskan pada aplikasi ini?
Aplikasi ini secara umum memiliki menu yang memungkinkan pengguna menuliskan rekam medisnya. Misalnya saja info general yang bisa ditulis adalah usia, golongan darah, tinggi badan dan berat badan. Input berat ataupun tinggi badan bisa di update secara berkala, tergantung kapan kita melakukan pengukuran. Tentu hal seperti ini menjadi sesuatu yang penting khususnya bagi anak, yang memang kurva pertumbuhannya harus dipantau orang tua.
Kita juga bisa memasukkan data baik berupa foto maupun tulisan terkait hasil lab yang pernah kita lakukan. Dan semua itu bisa tersimpan dengan baik, kapan kita melakukan tes lab, bagaimana hasil tes nya, termasuk jenis tes apa yang kita lakukan. Misalnya saja kita bisa melampirkan hasil foto rontgen bersama keterangannya, begitupun foto usg saat kehamilan. Pengguna bisa menambahkan keterangan tempat di mana tes dilakukan.
Data statistik kesehatan kita bisa terekam juga dengan baik bahkan ditampilkan melalui grafik. Misalnya saja kalau kita memang sudah rutin melakukan cek gula darah setiap bulan, khususnya untuk penderita diabetes, tentu penting untuk mengetahui apakah setiap bulan ada perbaikan kadar gula darah dengan diet makanan yang diberikan. Begitupun hasil lab lainnya yang harus dilakukan secara rutin bisa dimasukkan ke dalam aplikasi ini. Semua itu bisa menjadi bahan evaluasi yang bisa didiskusikan saat berkunjung ke dokter.
Menu yang saya suka dari aplikasi ini adalah kita juga bisa menuliskan secara detail apa gejala yang kita rasakan sebelum kita sakit, apa saja obat-obat yang diberikan oleh dokter. Apakah timbul reaksi alergi saat meminum obat, dsb. Catatan vaksinasi juga bisa lebih terdokumentasi dengan baik. Namun, sekali lagi konsistensi untuk menuliskan data-data medis pada aplikasi ini menjadi poin penting bagi pengguna akun. Karena ketika pengguna akun lupa untuk menuliskan hasil kunjungan ke dokter ataupun lupa memasukkan hasil foto tes laboratoriumnya, tentu semua data kesehatan kita tidak akan tersimpan juga.

#Day13
#Tantangan10Hari
#Level12
#KuliahBunsayIIP
#KeluargaMultimedia

Comments

Popular posts from this blog

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

Apa Perasaanmu Hari Ini?

[Dokumentasi pribadi] Perjalanan membersamai tumbuh kembang anak pertama sungguh memberikan banyak pembelajaran bagi saya pribadi untuk memahami peran seorang ibu. Episode awal menjadi seorang ibu dipenuhi oleh pengalaman yang memungkinkan seorang ibu menjadi orangtua "sumbu pendek". Betapa tidak, hampir setiap jam terdengar tangisan dari seorang bayi kecil di hadapannya. Entah karena lapar, kepanasan, bosan, dsb. Episode berlanjut dengan fase di mana anak mulai sering tantrum. Saat itu saya terkaget-kaget menyaksikan seorang anak balita di hadapan saya yang menangis menjerit tiada henti, bahkan sambil berguling-guling, terkadang meronta. Berbagai jurus pun mulai dicoba mulai dari mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan makanan kesukaannya, mengajaknya keluar melihat teman bermainnya, bahkan menyodorkan gadget berupa video yang bisa membuat tangisannya mereda. Namun, ternyata berbagai cara tersebut juga terkadang tidak berhasil membuat anak berhenti menangis. Nah, y

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany