Pengalaman membersamai Sabrina dalam mendongeng ternyata selalu menyisakan kesan yang berbeda setiap harinya, termasuk di dalamnya yaitu paket pembelajaran untuk bundanya. Maka, ketika saya menuangkan semua proses itu dalam tulisan, seringkali saya menyebutnya sebagai #jurnalpembelajaran. Iya, pada hakikatnya saat Sabrina sedang belajar, maka di situlah saya sebagai bundanya sedang belajar juga.
Hari ini saya berencana akan membawa Sabrina kontrol ke dokter gigi anak. Setelah beberapa kali sebelumnya kunjungan ke dokter gigi anak masih diiringi oleh drama tangisan, maka saya berusaha mencari cara bagaimana supaya Sabrina tidak merasa trauma ke dokter gigi. Nah, salah satunya yaitu melalui dongeng.
Alhamdulillah sudah ada beberapa koleksi buku di rumah yang bercerita tentang tema pergi ke dokter gigi. Cerita yang paling berkesan yaitu tentang tokoh Cican yang berhasil mengalahkan rasa takutnya ke dokter gigi. Akhirnya saya mencoba untuk berimprovisasi dalam menyampaikan pesan ini kepada Sabrina melalui dongeng yang saya sampaikan langsung.
Awalnya saya hanya ngobrol santai dengan Sabrina, sambil berusaha melakukan "briefing" tentang kunjungan yang akan kami lakukan, sesekali saya mencoba bertanya kepada Sabrina untuk mengulang kembali cerita Cican. Ternyata respon Sabrina ketika ditanya begitu bersemangat ingin ke dokter gigi. Bahkan dengan lantang Sabrina bilang "Brina mau ke dokter gigi, mau buka mulut dan nggak nangis!". Ternyata ada satu kesan positif yang Sabrina dapatkan dari kunjungan sebelumnya, yaitu setelah perawatan dokter akan memberikan hadiah😂.
Dengan penuh semangat dan tanpa rasa takut Sabrina masuk ke ruangan dokter. Namun, ketika duduk di kursi periksa, maka seketika itu pula Sabrina mulai menangis dan meronta. Sepertinya semua "briefing" dan cerita tadi pagi buyar dari ingatannya. Nah, di sinilah peran seorang ibu kembali dibutuhkan, yaitu bagaimana mengalihkan suasana menjadi santai tanpa ketegangan.
Di tengah suara tangisan yang melengking, akhirnya saya berusaha mendongeng kepada Sabrina, yaitu tentang "Mengusir Si Kuman Gigi". Sembari dokter membersihkan gigi Sabrina, maka mulut saya ikut mengoceh, dengan nada naik turun. Sesekali memberi semangat dan tepuk tangan saat tangisan Sabrina mereda. "Wah, lihat ada anak pemberani yang sedang diperiksa oleh dokter gigi, siapa ya namanya?", "Anak pemberani itu mau membuka mulutnya lebar-lebar supaya dokter bisa melihat giginya yang rusak" saya coba memberi kode agar Sabrina membuka mulut. "Lihat kuman di gigi hitamnya sedang dibersihkan!! Hush..hush...ayo kuman cepatlah pergi, karena gigiku mau dibersihkan!!". Tak lama suasana ruang periksa riuh dengan suara saling bersahutan antara suster, dokter, saya dan ayahnya Sabrina. Akhirnya kami menjadi "tim" pendongeng yang merangkai cerita bersama-sama. Cerita tentang si kuman gigi berakhir dengan bahagia, saat kuman di gigi si anak pemberani sudah pergi.
Drama kunjungan ke dokter gigi siang ini diiringi dengan pengalaman luar biasa bagi saya sebagai orangtua. Pembelajaran pentingnya yaitu betapa kesabaran dan kreativitas itu sangat diperlukan bagi orangtua dalam mendampingi anak balita dalam kondisi apapun. Entah itu saat anak menolak makan dan minum obat, saat anak takut disuntik, dsb. Bahkan, salah satu keahlian lain dari seorang dokter anak yaitu mampu membuat anak nyaman dan tenang saat berkunjung. Nah, ternyata salah satu ilmu untuk pendekatan dengan anak yaitu bagaimana para dokter dituntut untuk bisa mendongeng bahkan saat di ruang praktek 😊
#Day6
#Tantangan10Hari
#Level10
#KuliahBunsayIIP
#GrabYourImagination
Hari ini saya berencana akan membawa Sabrina kontrol ke dokter gigi anak. Setelah beberapa kali sebelumnya kunjungan ke dokter gigi anak masih diiringi oleh drama tangisan, maka saya berusaha mencari cara bagaimana supaya Sabrina tidak merasa trauma ke dokter gigi. Nah, salah satunya yaitu melalui dongeng.
Alhamdulillah sudah ada beberapa koleksi buku di rumah yang bercerita tentang tema pergi ke dokter gigi. Cerita yang paling berkesan yaitu tentang tokoh Cican yang berhasil mengalahkan rasa takutnya ke dokter gigi. Akhirnya saya mencoba untuk berimprovisasi dalam menyampaikan pesan ini kepada Sabrina melalui dongeng yang saya sampaikan langsung.
Awalnya saya hanya ngobrol santai dengan Sabrina, sambil berusaha melakukan "briefing" tentang kunjungan yang akan kami lakukan, sesekali saya mencoba bertanya kepada Sabrina untuk mengulang kembali cerita Cican. Ternyata respon Sabrina ketika ditanya begitu bersemangat ingin ke dokter gigi. Bahkan dengan lantang Sabrina bilang "Brina mau ke dokter gigi, mau buka mulut dan nggak nangis!". Ternyata ada satu kesan positif yang Sabrina dapatkan dari kunjungan sebelumnya, yaitu setelah perawatan dokter akan memberikan hadiah😂.
Dengan penuh semangat dan tanpa rasa takut Sabrina masuk ke ruangan dokter. Namun, ketika duduk di kursi periksa, maka seketika itu pula Sabrina mulai menangis dan meronta. Sepertinya semua "briefing" dan cerita tadi pagi buyar dari ingatannya. Nah, di sinilah peran seorang ibu kembali dibutuhkan, yaitu bagaimana mengalihkan suasana menjadi santai tanpa ketegangan.
Di tengah suara tangisan yang melengking, akhirnya saya berusaha mendongeng kepada Sabrina, yaitu tentang "Mengusir Si Kuman Gigi". Sembari dokter membersihkan gigi Sabrina, maka mulut saya ikut mengoceh, dengan nada naik turun. Sesekali memberi semangat dan tepuk tangan saat tangisan Sabrina mereda. "Wah, lihat ada anak pemberani yang sedang diperiksa oleh dokter gigi, siapa ya namanya?", "Anak pemberani itu mau membuka mulutnya lebar-lebar supaya dokter bisa melihat giginya yang rusak" saya coba memberi kode agar Sabrina membuka mulut. "Lihat kuman di gigi hitamnya sedang dibersihkan!! Hush..hush...ayo kuman cepatlah pergi, karena gigiku mau dibersihkan!!". Tak lama suasana ruang periksa riuh dengan suara saling bersahutan antara suster, dokter, saya dan ayahnya Sabrina. Akhirnya kami menjadi "tim" pendongeng yang merangkai cerita bersama-sama. Cerita tentang si kuman gigi berakhir dengan bahagia, saat kuman di gigi si anak pemberani sudah pergi.
Drama kunjungan ke dokter gigi siang ini diiringi dengan pengalaman luar biasa bagi saya sebagai orangtua. Pembelajaran pentingnya yaitu betapa kesabaran dan kreativitas itu sangat diperlukan bagi orangtua dalam mendampingi anak balita dalam kondisi apapun. Entah itu saat anak menolak makan dan minum obat, saat anak takut disuntik, dsb. Bahkan, salah satu keahlian lain dari seorang dokter anak yaitu mampu membuat anak nyaman dan tenang saat berkunjung. Nah, ternyata salah satu ilmu untuk pendekatan dengan anak yaitu bagaimana para dokter dituntut untuk bisa mendongeng bahkan saat di ruang praktek 😊
#Day6
#Tantangan10Hari
#Level10
#KuliahBunsayIIP
#GrabYourImagination
Comments
Post a Comment