Skip to main content

"Mengusir Si Kuman Gigi!!"

Pengalaman membersamai Sabrina dalam mendongeng ternyata selalu menyisakan kesan yang berbeda setiap harinya, termasuk di dalamnya yaitu paket pembelajaran untuk bundanya. Maka, ketika saya menuangkan semua proses itu dalam tulisan, seringkali saya menyebutnya sebagai #jurnalpembelajaran. Iya, pada hakikatnya saat Sabrina sedang belajar, maka di situlah saya sebagai bundanya sedang belajar juga.

Hari ini saya berencana akan membawa Sabrina kontrol ke dokter gigi anak. Setelah beberapa kali sebelumnya kunjungan ke dokter gigi anak masih diiringi oleh drama tangisan, maka saya berusaha mencari cara bagaimana supaya Sabrina tidak merasa trauma ke dokter gigi. Nah, salah satunya yaitu melalui dongeng.

Alhamdulillah sudah ada beberapa koleksi buku di rumah yang bercerita tentang tema pergi ke dokter gigi. Cerita yang paling berkesan yaitu tentang tokoh Cican yang berhasil mengalahkan rasa takutnya ke dokter gigi. Akhirnya saya mencoba untuk berimprovisasi dalam menyampaikan pesan ini kepada Sabrina melalui dongeng yang saya sampaikan langsung.

Awalnya saya hanya ngobrol santai dengan Sabrina, sambil berusaha melakukan "briefing" tentang kunjungan yang akan kami lakukan, sesekali saya mencoba bertanya kepada Sabrina untuk mengulang kembali cerita Cican. Ternyata respon Sabrina ketika ditanya begitu bersemangat ingin ke dokter gigi. Bahkan dengan lantang Sabrina bilang "Brina mau ke dokter gigi, mau buka mulut dan nggak nangis!". Ternyata ada satu kesan positif yang Sabrina dapatkan dari kunjungan sebelumnya, yaitu setelah perawatan dokter akan memberikan hadiah😂.

Dengan penuh semangat  dan tanpa rasa takut Sabrina masuk ke ruangan dokter. Namun, ketika duduk di kursi periksa, maka seketika itu pula Sabrina mulai menangis dan meronta. Sepertinya semua "briefing" dan cerita tadi pagi buyar dari ingatannya. Nah, di sinilah peran seorang ibu kembali dibutuhkan, yaitu bagaimana mengalihkan suasana menjadi santai tanpa ketegangan.

Di tengah suara tangisan yang melengking, akhirnya saya berusaha mendongeng kepada Sabrina, yaitu tentang "Mengusir Si Kuman Gigi". Sembari dokter membersihkan gigi Sabrina, maka mulut saya ikut mengoceh, dengan nada naik turun. Sesekali memberi semangat dan tepuk tangan saat tangisan Sabrina mereda. "Wah, lihat ada anak pemberani yang sedang diperiksa oleh dokter gigi, siapa ya namanya?", "Anak pemberani itu mau membuka mulutnya lebar-lebar supaya dokter bisa melihat giginya yang rusak" saya coba memberi kode agar Sabrina membuka mulut. "Lihat kuman di gigi hitamnya sedang dibersihkan!! Hush..hush...ayo kuman cepatlah pergi, karena gigiku mau dibersihkan!!". Tak lama suasana ruang periksa riuh dengan suara saling bersahutan antara suster, dokter, saya dan ayahnya Sabrina. Akhirnya kami menjadi "tim" pendongeng yang merangkai cerita bersama-sama. Cerita tentang si kuman gigi berakhir dengan bahagia, saat kuman di gigi si anak pemberani sudah pergi.

Drama kunjungan ke dokter gigi siang ini diiringi dengan pengalaman luar biasa bagi saya sebagai orangtua. Pembelajaran pentingnya yaitu betapa kesabaran dan kreativitas itu sangat diperlukan bagi orangtua dalam mendampingi anak balita dalam kondisi apapun. Entah itu saat anak menolak makan dan minum obat, saat anak takut disuntik, dsb. Bahkan, salah satu keahlian lain dari seorang dokter anak yaitu mampu membuat anak nyaman dan tenang saat berkunjung. Nah, ternyata salah satu ilmu untuk pendekatan dengan anak yaitu bagaimana para dokter dituntut untuk bisa mendongeng bahkan saat di ruang praktek 😊




#Day6
#Tantangan10Hari
#Level10
#KuliahBunsayIIP
#GrabYourImagination

Comments

Popular posts from this blog

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany...

Yuk Menuang Lagi!

Setelah kemarin Sabrina bereksplorasi dengan air, hari ini Sabrina bereksplorasi menggunakan kacang ijo. Biasanya saya pribadi menggunakan media yang ada di rumah untuk bermain Sabrina. Termasuk kacang ijo ini. Jadi, sebelum dimasak, seringkali saya "membolehkan" Sabrina untuk bereksplorasi dengan bahan-bahan ini. Entah menuang, menyendok, mencuci, dll. Hari ini bunda masih mengenalkan tentang konsep besar dan kecil, serta konsep "kosong" dan "penuh". Seperti biasa, saya menyediakan nampan dan botol-botol kaca berbeda ukuran, sendok dan centong. Tanpa diberi intruksi Sabrina langsung menuang kacang ijo dengan alat tersebut. Pertama Sabrina memindahkan kacang ijo dengan sendok kecil, lalu dengan centong, dan terakhir menuang langsung antar botol. Sepertinya urutannya selalu demikian 😂. Berkali-kali botol kaca diisi penuh kacang ijo lalu dikosongkan kembali. Hal tersebut menjadi momen yang pas bagi saya untuk mengenalkan konsep matematika sederhana....

Bagaimana Seharusnya Perempuan Menggunakan Teknologi?

  Oleh: Annisa Fauziah (IP Depok/Mahasiswi Bunda Salihah) Di era globalisasi, teknologi menjadi sesuatu hal yang tidak terlepas dari kehidupan sehari-sehari, termasuk bagi perempuan. Siapa yang masih berpikir bahwa yang melek teknologi itu hanya identik dengan kaum pria saja? Nah, ternyata teknologi informasi dan komunikasi masih sangat dekat dengan identitas laki-laki. Adapun perempuan sering kali hanya sebagai objek. Hal ini berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan RI, pada bidang teknologi, khususnya TIK. Padahal, kuantitas jumlah perempuan hampir separuh dari penduduk Indonesia. Tentu hal ini bisa menjadi potensi yang luar biasa jika diberdayakan dengan baik. (lipi.go.id, 23/04/2019) Teknologi ini seperti dua sisi mata uang. Artinya, ia akan bermanfaat jika digunakan oleh orang yang tepat. Namun sebaliknya, akan menjadi bumerang jika kita tidak bijak menggunakannya.   Nah, tentu di era Revolusi Industri 4.0, pere...