Skip to main content

Dongeng tentang Hujan (Bagian 2)

Setelah hari sebelumnya saya mendongeng kepada Sabrina tentang hujan, hari ini saya mendongeng tentang tema yang sama. Namun, ada hal yang berbeda dari dongeng kali ini, yaitu dongeng kali ini lebih banyak merefleksikan lebih dekat tentang aktivitas Sabrina ketika mengamati hujan.

Kemarin, Sabrina saya ajak untuk berimajinasi membayangkan derasnya air hujan. Kebetulan saat saya mendongeng memang sedang turun hujan cukup deras. Namun, kami bercerita dari dalam rumah, sehingga imajinasi Sabrina lebih banyak bermain untuk membayangkan awan, hujan, petir, tanah dan tumbuh-tumbuhan.

Hari ini Sabrina mendapat pengalaman seru, melihat hujan lebih dekat. Ketika kami sedang duduk di selasar masjid UI,tiba-tiba hujan turun dengan lebat, angin bertiup kencang, hingga air membasahi teras, sepatu, bahkan buku yang sedang kami baca. Seketika ekspresi Sabrina menjadi panik "Bun, hujannya besar, ada anginnya!".

Tak lama mulutnya kembali berceloteh, ketika hujan hampir reda. Tandanya intensitas air yang turun makin sedikit. Bahkan tak lama awan pun terang kembali. Maka, binar matanya kembali penuh penasaran menyaksikan fenomena tersebut.

Sepanjang jalan pulang, kami menyusuri jalanan yang becek dan air yang tergenang. Meskipun hujan sudah reda, namun sepanjang jalan kami bisa menelusuri jejak hujan yang baru saja turun. Daun yang basah, orang yang memegang payung, serta genangan air tak luput dari pengamatan Sabrina.

Episode mendongeng pun di mulai sesaat setelah kami tiba di rumah dan membersihkan diri. Dengan seksama Sabrina kembali menceritakan tentang pengalaman kami hari ini. Maka, jadilah kolaborasi dongeng tentang hujan, antara saya dan Sabrina. Ternyata mengamati alam bisa menjadi sumber inspirasi bagi seorang ibu dalam membersamai anaknya mendongeng. Anak-anak bisa terstimulasi untuk berimajinasi, mendeskripsikan fenomena yang mereka lihat dalam keseharian.

Bukankah cerita katak yang menyambut hujan dengan suka cita tidak akan pernah terbayang di benak anak jika suara rintik hujan, genangan air, dan daun yang basah tak pernah dilihatnya? Bukankah suara petir, awan yang hitam, dan proses turunnya hujan akan sulit dipahami jika anak tak pernah melihat secara lebih dekat tentang "Apa itu hujan?"

#Day9
#Tantangan10Hari
#Level10
#KuliahBunsayIIP
#GrabYourImagination

Comments

Popular posts from this blog

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

Apa Perasaanmu Hari Ini?

[Dokumentasi pribadi] Perjalanan membersamai tumbuh kembang anak pertama sungguh memberikan banyak pembelajaran bagi saya pribadi untuk memahami peran seorang ibu. Episode awal menjadi seorang ibu dipenuhi oleh pengalaman yang memungkinkan seorang ibu menjadi orangtua "sumbu pendek". Betapa tidak, hampir setiap jam terdengar tangisan dari seorang bayi kecil di hadapannya. Entah karena lapar, kepanasan, bosan, dsb. Episode berlanjut dengan fase di mana anak mulai sering tantrum. Saat itu saya terkaget-kaget menyaksikan seorang anak balita di hadapan saya yang menangis menjerit tiada henti, bahkan sambil berguling-guling, terkadang meronta. Berbagai jurus pun mulai dicoba mulai dari mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan makanan kesukaannya, mengajaknya keluar melihat teman bermainnya, bahkan menyodorkan gadget berupa video yang bisa membuat tangisannya mereda. Namun, ternyata berbagai cara tersebut juga terkadang tidak berhasil membuat anak berhenti menangis. Nah, y

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany