Tantangan menjadi seorang ibu yang mendampingi tumbuh kembang anak balita salah satunya adalah bagaimana menyampaikan suatu "nilai" dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak. Seringkali anak menjadi tantrum ketika apa yang ingin disampaikannya tidak dipahami oleh orangtuanya. Salah satu faktornya yaitu kosakata dalam berkomunikasi yang masih minim dimiliki oleh anak. Maka wajar jika akhirnya anak lebih banyak mengekpresikan sesuatu dengan berteriak atau tangisan.
Sabrina tentu pernah melewati fase itu dalam tumbuh kembangnya. Khususnya saat usia kisaran 2-3 tahun. Alhamdulillah di usia yang kini sudah 3.5 tahun tantrum sudah jarang terjadi. Setelah saya amati ternyata peningkatan komunikasi Sabrina dalam menyampaikan suatu pesan sudah semakin berkembang, sehingga kami sebagai orangtua mampu untuk memahami pesan yang disampaikan secara verbal oleh Sabrina. Begitupun sebaliknya, pesan yang ingin kami sampaikan juga lebih "mudah" dipahami Sabrina.
Pemahaman akan makna berbagai emosi menjadi salah satu faktor yang membantu Sabrina untuk mengekspresikan setiap perasaannya. Sejak Sabrina mengetahui apa itu senang, sedih, marah, kesal, dsb maka berangsur-angsur pula Sabrina lebih mudah ditenangkan saat tantrum. Bahkan kini Sabrina sudah di fase mampu memahami apa yang diraskaan oleh orang lain atau berempati.
Mendongeng menjadi salah satu media bagi saya sebagai orangtua untuk mengenalkan tentang berbagai emosi kepada Sabrina. Baik melalui media buku, permainan, ataupun mendongeng secara langsung. Saya ingat saat usia sekitar dua tahunan, saya membuatkan permainan berupa "wayang" yang berbentuk emoticon atau ekspresi dari setiap emosi. Dan ternyata Sabrina begitu bersemangat memainkannya berulang kali. Hingga akhirnya Sabrina perlahan memahami berbagai emosi.
Buku juga menjadi salah satu media untuk memudahkan saya menyampaikan suatu "nilai" kepada Sabrina. Buku tentang emosi menjadi buku favorit yang kini masih sering diminta Sabrina untuk dibacakan. Nah, hari ini saya mendongeng tentang buku yang berjudul "Saat Aku Marah". Tentu biasanya gaya mendongeng versi saya selalu memakai improvisai alias menyesuaikan dengan situasi dan kondisi 😅.
Saya mendongeng tema ini sebenarnya memang menyesuaikan dengan keinginan Sabrina untuk mendongeng buku yang dipilihnya. Selain itu, memang seringkali saya sengaja menyisipkan "nilai" yang ingin disampaikan, apalagi jika visualisasi yang ada pada buku serta alur ceritanya mudah dipahami dan relevan dengan kehidupan kami sehari-hari. Pesan lain yang perlahan ingin disampaikan dari proses mendongeng hari ini yaitu agar Sabrina mampu mengelola emosinya ketika marah. Sebenarnya ini PR bundanya juga sih, yang kadang jadi emak-emak sumbu pendek😂.
Analogi sederhana yang disampaikan dari mendongeng hari ini yaitu mengekspresikan marah dengan memukul, menendang, dsb itu tidak baik. Kalau kata Sabrina kalau marah itu nanti mukanya jelek😅. Karena Sabrina melihat ekspresi orang yang marah itu gak enak dipandang. Memahami apa yang menjadi penyebab kenapa kita marah itu menjadi PR selanjutnya. Karena biasanya kalau tahu sebabnya orangtua bisa lebih memahami dan memberikan solusi dengan emosi yang sedang dirasakan anak.
#Day3
#Tantangan10Hari
#Level10
#KuliahBunsayIIP
#GrabYourImagination
Comments
Post a Comment