Skip to main content

Dongeng tentang Hujan

Beberapa hari terakhir cuaca di Depok selalu mendung. Bahkan beberapa kali sudah turun hujan di pagi hari menjelang siang. Akhirnya Sabrina juga lebih banyak melakukan aktivitas di dalam rumah. Terbayang kan kondisi rumah seperti apa kalau anak seharian di rumah? wkwkwk...Namun, ada hal patut disyukuri dengan kondisi seperti ini, yaitu waktu saya untuk membersamai Sabrina lebih banyak, hampir seharian.

Tantangan lain ketika anak seharian di rumah yaitu bagaimana mengusir rasa bosan pada anak. Nah, di sini dituntut kreativitas dari ibu dan anak itu sendiri. Alhamdulillah mendongeng selalu menjadi aktivitas pengusir rasa bosan bagi Sabrina. Resikonya yaitu buku cerita yang berserakan hampir di berbagai sudut rumah. Tantangan lain yaitu emaknya yang harus lebih bersabar ketika "ditodong" untuk mendongeng lebih sering😂. Maka di kala lelah dan ngantuk mulai datang, solusinya adalah mencoba bersabar dan menikmati momen-momen ini. Karena tak lama lagi justru anak balita kita yang selalu ingin didengar setiap ceritanya.

Siang ini hujan kembali turun. Nah, kejadian yang terjadi dalam keseharian kami biasanya selalu menjadi sumber inspirasi bagi saya untuk mendongeng secara spontan kepada Sabrina. Suatu hari anak-anak sedang bermain bola di lapangan. Tiba-tiba awan menjadi gelap dan terdengar suara petir. Anak-anak yang sedang bermain pun kaget. "Ayo teman-teman kita segera pulang, sepertinya akan segera turun hujan!" ujar salah seorang anak. Tak lama ternyata hujan pun mulai turun. Anak-anak berlarian menuju rumahnya.

Tiba-tiba Sabrina bernyayi lagu "hujan" dengan ekspresif. Maka, cerita pun terhenti menjadi dialog antara saya dan Sabrina. "Wah, di luar juga sedang hujan ya? Siapa yang menciptakan hujan ya?" saya mencoba bertanya pada Sabrina. "Yang menciptakan hujan, Allah" sahutnya dengan lugas. Sabrina kembali menyela, "Ayah kerja bawa payung ya? supaya gak kehujanan?", "Ayah hari ini gak bawa payung, tapi ayah lagi di mobil jadi gak kehujanan" saya coba jelaskan.

Cerita dilanjutkan dengan munculnya katak yang bernyanyi dengan gembira menyambut hujan yang turun. Karena itu tandanya dia bisa bermain air. Tanah pun menjadi basah dan tanaman bisa tumbuh subur. Hujan yang turun selalu menjadi berkah bagi alam. "Jadi Sabrina gak takut hujan kan?", "Iya" sahutnya.

Mendongeng hal-hal sederhana yang ada di sekitar kehidupan kami selalu menjadi solusi bagi saya untuk menjelaskan berbagai hal kepada Sabrina, termasuk di dalamnya menanamkan fitrah keimanan. Berbicara tentang Allah sebagai pencipta, pemberi rezeki, dsb tentu tidaklah mudah dicerna bagi anak balita. Namun, dengan menceritakan hal terdekat yang mampu diindranya, perlahan Sabrina memahami bahwa fenomena alam yang ada di sekitarnya adalah atas kehendak Allah sebagai pencipta. Termasuk hujan yang menjadi berkah bagi alam semesta.

#Day8
#Tantangan10Hari
#Level10
#KuliahBunsayIIP
#GrabYourImagination

Comments

Popular posts from this blog

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

Apa Perasaanmu Hari Ini?

[Dokumentasi pribadi] Perjalanan membersamai tumbuh kembang anak pertama sungguh memberikan banyak pembelajaran bagi saya pribadi untuk memahami peran seorang ibu. Episode awal menjadi seorang ibu dipenuhi oleh pengalaman yang memungkinkan seorang ibu menjadi orangtua "sumbu pendek". Betapa tidak, hampir setiap jam terdengar tangisan dari seorang bayi kecil di hadapannya. Entah karena lapar, kepanasan, bosan, dsb. Episode berlanjut dengan fase di mana anak mulai sering tantrum. Saat itu saya terkaget-kaget menyaksikan seorang anak balita di hadapan saya yang menangis menjerit tiada henti, bahkan sambil berguling-guling, terkadang meronta. Berbagai jurus pun mulai dicoba mulai dari mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan makanan kesukaannya, mengajaknya keluar melihat teman bermainnya, bahkan menyodorkan gadget berupa video yang bisa membuat tangisannya mereda. Namun, ternyata berbagai cara tersebut juga terkadang tidak berhasil membuat anak berhenti menangis. Nah, y

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany