Skip to main content

Mendongeng tentang Ayah

Aktivitas akhir pekan biasanya menjadi momen bermain bersama ayah dan Sabrina. Meskipun setiap hari ayahnya Sabrina selalu meluangkan waktu bermain bersama, tetapi akhir pekan biasanya lebih istimewa. Karena tak sekedar bermain di rumah, tapi biasanya Sabrina diajak jalan-jalan. Tentu dengan intensitas waktu yang lebih lama dari hari kerja. Maka, akhir pekan selalu menjadi momen yang ditunggu Sabrina.

Pekan ini ayahnya Sabrina harus ada kerjaan, jadi hari ini Sabrina hanya bermain-main seperti biasa di rumah bersama bunda. Berulang kali gadis kecil ini menanyakan tentang ayahnya. Memang pertanyaannya sangat standar, "Bun, kapan ayah pulang?", "Bun, ayah lagi kerja ya? cari uang ya?" celoteh Sabrina.

Siang hari ini saat akan tidur siang Sabrina kembali menanyakan tentang ayahnya. Maka, ketika saya tawarkan kepada Sabrina untuk mendongeng, Sabrina menjawab ingin mendongeng tentang ayah. Dengan penuh antusias Sabrina menanti saya untuk menceritakan kisah ayahnya. Saya fikir, momen seperti ini adalah momen yang tepat bagi saya untuk menyampaikan banyak nilai pembelajaran dan pengalaman hidup orangtuanya. Ketika kecil, kisah orangtua selalu menjadi cerita yang paling membekas hingga kini. Banyak pelajaran hidup yang bisa saya petik dari cerita mamah dan bapak.

Kini, hal positif itu ingin kami tanamkan kepada Sabrina. Apalagi Sabrina memang sangat senang mendengarkan cerita. Sabrina bisa fokus lama, menyimak dengan seksama saat saya bercerita. Bahkan, tak jarang Sabrina selalu meminta saya untuk tidak mengantuk dan mau melanjutkan cerita.

Kisah tentang ayah Sabrina saya ceritakan tentang momen saat ayahnya Sabrina sekolah. "Ayah waktu masih sekolah SD suka membantu oma dan opa. Meskipun ayah anak laki-laki, tapi ayah gak malu bantuin oma memasak ataupun pergi ke pasar" saya mengawali cerita. "Bun, Brina mau sekolah kayak ayah" sahut Sabrina. "Oh, Sabrina mau sekolah SD? Memang mau sekolah di mana?", "Mau sekolah sama tante" sahut Sabrina.

Waktu ayah kecil ayah gak suka jajan. Biasanya ayah selalu mengumpulkan uang pemberian nenek untuk bisa jajan makanan kesukaan ayah. Sejak pagi ayah juga sudah berangkat sekolah naik sepeda. "Sabrina udah bisa belum naik sepeda?" saya bertanya. "Brina bisa naik sepeda" jawabnya sambil tersenyum kecil. "Sabrina mau kayak ayah gak?", "Iya, Brina mau kayak ayah" jawabnya dengan penuh semangat. Ya, itulah cuplikan kisah sederhana keteladanan ayah Sabrina saat kecil. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi Sabrina dan motivasi untuk mencintai orangtuanya.

#Day11
#Tantangan10Hari
#Level10
#KuliahBunsayIIP
#GrabYourImagination

Comments

Popular posts from this blog

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany...

Yuk Menuang Lagi!

Setelah kemarin Sabrina bereksplorasi dengan air, hari ini Sabrina bereksplorasi menggunakan kacang ijo. Biasanya saya pribadi menggunakan media yang ada di rumah untuk bermain Sabrina. Termasuk kacang ijo ini. Jadi, sebelum dimasak, seringkali saya "membolehkan" Sabrina untuk bereksplorasi dengan bahan-bahan ini. Entah menuang, menyendok, mencuci, dll. Hari ini bunda masih mengenalkan tentang konsep besar dan kecil, serta konsep "kosong" dan "penuh". Seperti biasa, saya menyediakan nampan dan botol-botol kaca berbeda ukuran, sendok dan centong. Tanpa diberi intruksi Sabrina langsung menuang kacang ijo dengan alat tersebut. Pertama Sabrina memindahkan kacang ijo dengan sendok kecil, lalu dengan centong, dan terakhir menuang langsung antar botol. Sepertinya urutannya selalu demikian 😂. Berkali-kali botol kaca diisi penuh kacang ijo lalu dikosongkan kembali. Hal tersebut menjadi momen yang pas bagi saya untuk mengenalkan konsep matematika sederhana....

Bagaimana Seharusnya Perempuan Menggunakan Teknologi?

  Oleh: Annisa Fauziah (IP Depok/Mahasiswi Bunda Salihah) Di era globalisasi, teknologi menjadi sesuatu hal yang tidak terlepas dari kehidupan sehari-sehari, termasuk bagi perempuan. Siapa yang masih berpikir bahwa yang melek teknologi itu hanya identik dengan kaum pria saja? Nah, ternyata teknologi informasi dan komunikasi masih sangat dekat dengan identitas laki-laki. Adapun perempuan sering kali hanya sebagai objek. Hal ini berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan RI, pada bidang teknologi, khususnya TIK. Padahal, kuantitas jumlah perempuan hampir separuh dari penduduk Indonesia. Tentu hal ini bisa menjadi potensi yang luar biasa jika diberdayakan dengan baik. (lipi.go.id, 23/04/2019) Teknologi ini seperti dua sisi mata uang. Artinya, ia akan bermanfaat jika digunakan oleh orang yang tepat. Namun sebaliknya, akan menjadi bumerang jika kita tidak bijak menggunakannya.   Nah, tentu di era Revolusi Industri 4.0, pere...