Skip to main content

Sebuah Refleksi "Fitrah Seksualitas"

Alhamdulillah sepuluh hari kemarin semua peserta kelas bunda sayang Depok sudah menyampaikan presentasi tentang "fitrah seksualitas". Bagi saya pribadi, setelah menyimak dan berdiskusi via online, banyak sudut pandang baru tentang fitrah seksualitas ini. Mulai dari fakta di lapangan, teori, hingga solusi yang disampaikan. Nah, kini PR utamanya adalah bagaimana untuk mengaplikasikan ilmu yang sudah didapatkan.

Berbicara tentang fitrah seksualitas ternyata PR yang harus diterapkan di rumah saya pribadi masih banyak sekali, terutama saat memberikan edukasi kepada Sabrina. Luar biasanya berbagai teori yang dipaparkan membuat saya semakin bersyukur dengan aturan Islam yang paripurna untuk menjaga fitrah seksualitas anak-anak kita di rumah.

Hal yang menjadi bahan renungan adalah ketika menyaksikan dan membaca betapa permasalahan terkait fitrah seksualitas ini begitu banyak di sekitar kita. Mulai dari kekerasan seksual pada anak hingga maraknya LGBT. Sungguh ironi melihat data yang tercatat pun kian merangkak naik setiap tahunnya. Apalagi jika harus membayangkan data di lapangan yang tidak dilaporkan.

Setelah mendapatkan materi tentang fitrah seksualitas, saya akhirnya tersadarkan betapa orangtua tidak bisa berlepas tangan dalam mendidik anak-anaknya di rumah. Apalagi sekedar memberikan tanggung jawab pendidikan kepada institusi sekolah. Sungguh terlambat ketika kita para orangtua menyerahkan tanggung jawab menumbuhkan fitrah anak ketika mereka mamasuki usia sekolah? Misalnya saja mengenalkan konsep thaharah. Ternyata semua ada proses dan tahapannya, yang justru penting untuk dimulai sejak dini, dari hal yang paling kecil dan tentunya dari rumah kita.

Saya jadi teringat dengan PR untuk mendidik Sabrina akan hal ini, karena kini di usianya yang akan empat tahun, masih banyak catatan terkait fitrah seksualitasnya. Hal sederhana misal tentang toilet training yang merupakan bagian dari thoharoh, tentang aurat, dsb. Nah, beberapa hari ke depan mungkin saya akan me-review terkait perjalanan mendampingi Sabrina dalam menguatkan fitrah seksualitasnya.

Pendidikan yang keluarga kami pilih adalah pendidikan seksualitas yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Sekali lagi konsep pendidikan seksualitas ini berbeda dengan pendidikan seks yang mungkin banyak orang pahami sebelumnya. Apalagi sekedar dihubungkan dengan konsep seksual saja. Justru banyak hal yang kami filter dengan berbagai arus informasi yang ada. Karena jangan sampai apa yang kami sampaikan kepada Sabrina bertentangan dengan nilai yang kami pegang, yaitu syariat Islam.

Saya pribadi mungkin termasuk orang tua yang tidak sepakat dan "mengkritisi" konsep pendidikan seksual ala Barat. Karena mulai dari tujuan, teori, serta eksekusi di lapangan banyak yang bertentangan dengan Islam. Fitrah seksualitas yang seharusnya diatur oleh aturah dari Sang Pencipta, akhirnya justru diserahkan kepada kebebasan manusia. Maka, bukan hal aneh jika solusi yang ditawarkan justru bisa menimbulkan permasalahan yang baru.

Aturan Islam yang paripurna membuat saya semakin terkagum-kagum, betapa fitrah manusia memang dijaga sesuai dengan tujuan penciptaannya. Maka, kita memang patut mengevaluasi jika nilai-nilai agama tidak diterapkan sejak dini kepada anak-anak kita di rumah, maka mereka akan mudah "terkontaminasi" oleh pengaruh lingkungan sekitar.

Setelah mendapatkan banyak pencerahan dari presentasi yang disampaikan teman-teman kelas bunda sayang, saya jadi banyak merenung. Khususnya untuk menyikapi tantangan dalam lingkungan terdekat. Satu catatan yang saya ingat dalam sebuah sesi diskusi adalah bagaimana kita menyikap benturan atau perbedaan nilai-nilai yang diterapkan di rumah dan lingkungan luar. Seringkali kita masih banyak menunjuk jari dan menyalahkan faktor eksternal di luar sana, tanpa bercermin, betapa tugas utama menumbuhkan fitrah itu ada di tangan orangtua sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak-anak. Dan rumah adalah tempat di mana semua anak seharusnya mendapatkan semua itu. #selfreminder

#day11
#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11

Comments

Popular posts from this blog

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

Apa Perasaanmu Hari Ini?

[Dokumentasi pribadi] Perjalanan membersamai tumbuh kembang anak pertama sungguh memberikan banyak pembelajaran bagi saya pribadi untuk memahami peran seorang ibu. Episode awal menjadi seorang ibu dipenuhi oleh pengalaman yang memungkinkan seorang ibu menjadi orangtua "sumbu pendek". Betapa tidak, hampir setiap jam terdengar tangisan dari seorang bayi kecil di hadapannya. Entah karena lapar, kepanasan, bosan, dsb. Episode berlanjut dengan fase di mana anak mulai sering tantrum. Saat itu saya terkaget-kaget menyaksikan seorang anak balita di hadapan saya yang menangis menjerit tiada henti, bahkan sambil berguling-guling, terkadang meronta. Berbagai jurus pun mulai dicoba mulai dari mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan makanan kesukaannya, mengajaknya keluar melihat teman bermainnya, bahkan menyodorkan gadget berupa video yang bisa membuat tangisannya mereda. Namun, ternyata berbagai cara tersebut juga terkadang tidak berhasil membuat anak berhenti menangis. Nah, y

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany