Skip to main content

Pentingnya Pendidikan Seks pada Anak


Presentasi hari ketiga dibawakan oleh Mbak Debby, Mbak Duratul Baida, dan Mbak Dien Safitri. Tema yang dibahas sangat menarik yaitu "Pentingnya Pendidikan Seks pada Anak". Edukasi seksual pada anak seringkali dianggap tabu. Padahal sesungguhnya memberikan pendidikan seks pada anak sejak dini adalah hal yang sangat penting karena bisa mencegah dan melindungi anak dari berbagai tindak pelecehan seksual, perilaku seks bebas, kehamilan di luar nikah, pemerkosaan, aborsi dan juga penularan berbagai jenis penyakit seksualitas. Pendidikan seks kepada anak bukan berarti mengajarkan anak untuk berhubungan seksual. Karena dalam memberikan pendidikan seks juga disesuaikan dengan usia anak.

A, Definisi pendidikan seks menurut para pakar parenting
Ibu Elly Risman, Psi.
Pendidikan seks adalah mengajarkan totalitas kepribadian seseorang, mencakup: cara berpikir, merasa, bereaksi, berbudaya, dan beragama serta berinteraksi sosial dalam kapasitas kepribadiannya.

Ustadz Harry Santosa
Pendidikan seksualitas berarti menumbuhkan fitrah gender. Fitrah gender adalah cara seseorang berpikir, merasa, dan bersikap sesuai fitrah sebagai perempuan atau laki-laki sejati, sehingga dapat memenuhi peran, fungsi, dan karakteristik.

Ibu Lita Edia, Psi.
Pendidikan seks adalah mempelajari tentang perbedaan jenis kelamin, perbedaan peran perempuan dan laki-laki, cara merawat organ biologis, adab interaksi antara perempuan dan laki-laki, mempelajari proses reproduksi dan cara merawatnya, termasuk mempersiapkan ilmu pranikah dan adab berhubungan suami-istri. Beberapa hal ini berkaitan dengan norma yang berlaku, agama yang dianut dan sistem sosial tempat tinggal kita.

B. Persiapan yang harus dimiliki orang tua dalam memberikan pendidikan seks kepada anak, di antaranya (Faiz Hayaza,2013):
1. Membangun komunikasi efektif dengan anak
Kita harus menjadi pendengar yang baik, serta menyediakan dan memberikan jawaban yang jujur sesuai kenyataan.
2. Siapkan diri kita sebagai pendidik dengan belajar sebanyak-banyaknya
sediakan back up informasi seperti buku,artikel atau video,melakukan latihan penyampaian,dan rencanakan dan siapkan sebelum anak-anak datang ke kita dengan topik yang baru.
3. Hindari conversation stoppers
Jangan mengatakan opini anak adalah salah, jangan memotong pembicaraan,jangan berhenti mendengarkan,jangan mengkritisi atau bereaksi marah,jangan terburu-buru berasumsi anak terlibat masalah yang serius/mereka dalam masalah ketika mereka bertanya tentang seks
4. Atasi momen-momen canggung
Jika kita tidak mampu menjawab pertanyaan anak,katakan saja.kita bisa mencari jawabannya bersama-sama dengan anak misalnya di buku, artikel atau video.

C. Cara Menyampaikan Pendidikan Seks yang Tepat
1. Mengenalkan Perbedaan Lawan Jenis

Jelaskan bahwa Allah menciptakan laki-laki dan perempuan yang memiliki perbedaan jenis kelamin. Hal ini yang menyebabkan beberapa hal menjadi berbeda, seperti cara berpakaian, gaya rambut, cara buang air kecil.

2. Memperkenalkan Organ Seks

Caranya cukup mudah, misalnya dengan menggunakan boneka ataupun ketika mandi. Perkenalkan anak secara singkat organ tubuh yang dimiliki, seperti rambut, kepala, tangan, kaki, perut, serta jangan lupa penis dan vagina. Terangkan juga fungsi dari anggota tubuh dan cara pemeliharaannya agar terhindar dari kuman penyakit.

3.  Menghindari Anak dari Kemungkinan Pelecehan Seksual 

Tegaskan pada anak bahwa alat kelamin tidak boleh dipertontonkan secara sembarangan. Tumbuhkan rasa malu pada anak, misalnya ketiika keluar dari kamar mandi hendaknya mengenakan pakaian atau handuk penutup. Selain itu, jika ada yang menyentuhnya, segera laporkan pada orang tua atau guru di sekolah. Anak boleh teriak sekeras-kerasnya dalam hal ini untuk melindungi dirinya.

4. Informasikan Asal Usul Anak

Untuk anak usia prasekolah, bisa diterangkan bahwa anak berasal dari perut ibu, misalnya sambil menunjuk perut ibu atau pada ibu yang sedang hamil. Sejalan dengan usia, anak boleh diterangkan bahwa seorang anak berasal dari sel telur ibu yang dibuahi oleh sperma yang berasal dari ayah. Tekankan bahwa pembuahan boleh atau bisa dilakukan setelah wanita dan pria menikah.

5. Persiapan Menghadapi Masa Pubertas

Informasikan bahwa seiring bertambahnya usia, anak akan mengalami perubahan dan perkembangan. Perubahan yang jelas terlihat adalah ketika memasuki masa pubertas. Anak perempuan akan mengalami menstruasi/haid, sedangkan anak laki-laki mengalami mimpi basah.

D. Tahapan Pendidikan Seks:
1. Usia 0-2 tahun
Pada usia ini anak harus dekat dengan ibunya. Pendidikan tauhid pertama adalah menyusui anak sampai 2 tahun, menyusui bukan memberi ASI tanpa pumping dan tanpa disambi pegang Hp.

2. Usia 3-6 tahun
Pada usia ini anak harus dekat dengan kedua orang tuanya, perbanyak aktifitas bersama. Usia 3 tahun, anak harus dengan jelas mengatakan identitas gendernya. Mulai kenalkan anggota tubuh anak secara detail dan dengan kata yang benar. Orang tua harus mengajari anak bahwa tubuhnya berharga, mana yang boleh disentuh dan mana yang tidak boleh disentuh orang lain agar anak terhindar dari kejahatan pelecehan seksual. Untuk kemaluannya sebut dengan nama medis, laki-laki penis dan perempuan vagina. Mulai juga ajarkan toilet training sesuai dengan adab thoharoh dalam islam.Belikan mainan dan pakaian sesuai gender

3. Usia 7-10 tahun
Pada usia ini dekatkan anak sesuai gendernya. Jika anak laki-laki dekatkan dengan ayahnya ajak anak beraktifitas yang menonjolkan sisi kemaskulinannya. Jika anak perempuan dekatkan dengan ibunya, libatkan anak dalam aktifitas yang menonjolkan kefeminimannya. Pada usia ini kenalkan mana yang mahram dan bukan mahram, anak laki-laki dan perempuan di pisahkan tempat tidurnya, pengenalan organ seks secara detail, mempersiapkan masa pubertas, mempersiapkan proses terjadinya mimpi basah dan menstruasi.

4. Usia 11-14 tahun
Pada usia ini sudah masuk tahap pre aqil baligh akhir, mulailah dekatkan anak lintas gender. Jika anak laki-laki dekatkan dengan ibu dan jika anak perempuan dekatkan dengan ayah. Ada sebuah riset yang menunjukkan jika seorang anak perempuan tidak dekat dengan ayahnya maka data menunjukkan anak tersebut 6X lebih rentan di goda dan terpikat oleh laki-laki lain yang menawarkan perhatian dan cinta meski hanya untuk kepuasan.
Jika anak laki-laki tidak dekat dengan ibunya, ia akan menjadi kasar, tidak memahami perempuan. Jika orang tuanya bercerai atau LDR maka hadirkan sosok lain sesuai gender yang dibutuhkan, ada kakek dan pamannya. Ada nenek, bibi dan ibu susunya.

Fase berikutnya setelah 14 tahun sudah tuntas, karena jumhur ulama sepakat usia 15 tahun adalah usia aqil balig, anak tersebut sudah menjadi mukallaf yaitu orang yang di kenakan beban syari'at jika dia mengerjakan perintah Allah maka mendapatkan pahala dan jika meninggalkan perintah Allah mendapatkan dosa. Ajarkan batasan aurat laki-laki dan perempuan, memberikan pemahaman tanggung jawab moral dalam pergaulan laki-laki dan perempuan.

E. Kesimpulan

Pendidikan seks sangat penting diberikan sejak dini kepada anak agar anak-anak kita terhindar dari permasalahan pelecehan seksual dan tindakan seks bebas. Namun sebagai orang tua kita harus memiliki ilmu yang cukup dan memahami bagaimana menyampaikan pendidikan seks yang tepat dan sesuai dengan perkembangan usia anak sehingga anak mampu menetapkan konsep yang benar tentang seks dan terhindar dari perilaku-perilaku seks yang tidak baik dan dapat menjaga dirinya dari pelecehan seksual.

F. Diskusi
Pertanyaan
1. Dalam penjelasan tentang asal usul anak, terdapat kata "pembuahan". Bagaimana untuk menjelaskan kepada anak tentang hal tersebut? (Mbak Inne)
Jawaban:
Paling mudah menjelaskan melalui buku anak yang ada gambarnya. Karena anak pra sekolah masih kuat di gaya belajar visualnya sehingga akan mudah paham jika diberikan gambarnya (Mbak Debby)

Sebaiknya dalam menjelaskan kepada anak sesuai dengan pemahamannya, atau tergantung usia anaknya. Kalau udah memahami kita bisa jelasan lebih detail atau kalau tidak maka kita tangguhkan dulu sesuai kemampuan mereka atau bisa perumpamaan ke proses tumbuhnya tumbuhan. Bibit jatuh ke tanah. Dengan bantuan hujan dan matahari, bibit akan bertumbuh menjadi tumbuhan baru (Mbak Duratul Baida)

#day3
#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11

Comments

Popular posts from this blog

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

Apa Perasaanmu Hari Ini?

[Dokumentasi pribadi] Perjalanan membersamai tumbuh kembang anak pertama sungguh memberikan banyak pembelajaran bagi saya pribadi untuk memahami peran seorang ibu. Episode awal menjadi seorang ibu dipenuhi oleh pengalaman yang memungkinkan seorang ibu menjadi orangtua "sumbu pendek". Betapa tidak, hampir setiap jam terdengar tangisan dari seorang bayi kecil di hadapannya. Entah karena lapar, kepanasan, bosan, dsb. Episode berlanjut dengan fase di mana anak mulai sering tantrum. Saat itu saya terkaget-kaget menyaksikan seorang anak balita di hadapan saya yang menangis menjerit tiada henti, bahkan sambil berguling-guling, terkadang meronta. Berbagai jurus pun mulai dicoba mulai dari mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan makanan kesukaannya, mengajaknya keluar melihat teman bermainnya, bahkan menyodorkan gadget berupa video yang bisa membuat tangisannya mereda. Namun, ternyata berbagai cara tersebut juga terkadang tidak berhasil membuat anak berhenti menangis. Nah, y

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany