Skip to main content

Praktek Pengasuhan Responsif Gender

Semakin hari tantangan level 11 kelas bunda sayang semakin menarik untuk disimak, karena banyak ilmu baru dari pemaparan presentasi teman-teman kelas bunda sayang. Hari ini presentasi disampaikan oleh Mbak Nina Sri Mulatsih, Mbak Mefisya Nuzullia, dan Mbak Nurlita Tsania. Tema yang dibahas yaitu "Praktek Pengasuhan Responsif Gender"
I. Pendahuluan
Kota Depok kembali meraih penghargaan sebagai Kota Layak Anak tahun 2017. Hal ini di nilai dari semakin meningkatnya jumlah RW yang peduli akan kualitas hidup anak-anak. Namun, justru akhir-akhir ini marak penjarahan yang dilakukan sekelompok geng motor dan mirisnya diantara pelakunya jg terdiri dari remaja putri. Oleh karena itu,  orang tua harus tetap waspada dan harus semakin membekali diri dengan ilmu yang mumpuni diantaranya mengenai Praktek Pengasuhan Responsif Gender. Hal ini dilakukan agar baik anak laki-laki maupun perempuan mengerti peran dan tanggung jawab mereka sesuai fitrah seksualitas yang telah Allah tetapkan.

II. Pengasuhan Anak
Pengasuhan yang dilakukan oleh orangtua adalah pembentukan perilaku anak yang baik dengan mengetahui perkembangan anak, mengelola permasalahan perilaku anak usia dini, mendukung penghargaan diri anak melalui komunikasi yang efektif, menjaga keamanan anak, mendukung proses belajar anak, mengerti perkembangan otak anak, belajar strategi baru dalam mendisiplinkan anak dan mencari cara untuk bersama-sama dengan pasangan dalam membesarkan dan bertanggung jawab pada anak (Campbell & Palm2004).

III. Perbedaan antara Laki-laki dan Perempuan dari Aspek 
Perkembangan,  Kemampuan dan Otak


IV. Pengasuhan Responsif Gender
Orangtua memiliki pengaruh signifikan pada perilaku peran gender dan tipe gender anak karena mereka bertindak sebagai partner interaksi, instruktur langsung dan penyedia kesempatan bagi anak untuk belajar perilaku dan sikap sex-role. Contoh : Warna biru untuk anak laki-laki dan pink untuk anak perempuan
Perlakuan sosialisasi dan pendidikan orangtua terhadap anak yang memberikan perhatian kepada anak laki-laki maupun perempuan biasanya berdasarkan:
1. Kebutuhan khusus : berkaitan dengan aspek biologis/ reproduksi
2. Kebutuhan umum yang berkaitan dengan kebutuhan psiko-sosial
V. Pandangan Islam terkait Gender
 • Al Qur’an mengakui adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan, namun perbedaan tersebut bukanlah pembedaan yang menguntungkan salah satu pihak dan merugikan pihak lainnya. Perbedaan tersebut dimaksudkan untuk mendukung misi pokok Al Qur’an yaitu terciptanya hubungan harmonis yang didasari rasa kasih sayang di lingkungan keluarga
Islam menempatkan perempuan pada posisi yang sama dengan laki-laki, yang dapat dilihat dari 3 hal:
1. Hakikat kemanusiaan seperti waris (QS 4:11), Persaksian (QS2:82), Aqiqah (QS 9:21), dll
2. Islam mengajarkan bahwa baik laki-laki maupun perempuan mendapat pahala yang sama atas amal sholeh yang dibuatnya dan juga azab yang sama atas pelanggaran yang dibuatnya
3. Islam tidak mentolerir adanya perbedaan dan perlakuan tidak adil antar umat manusia (QS 33:35). Oleh karena itu Islam memerintahkan agar orangtua berlaku adil kepada anak. Berlaku adil dapat mencegah kebencian dan kedengkian

VI. Kesimpulan
1. Pengasuhan responsif gender dapat menurunkan agresivitas dan kenakalan pada anak karena anak akan lebih memilki sifat saling menyayangi, saling bekerjasama, saling berbagi peran, dan saling melindungi.
2. Dalam jangka waktu panjang, pengasuhan anak berperspektif gender disini bertujuan agar anak perempuan akan menjadi istri yang baik, respek suami, pekerja yang baik dan handal, sedangkan anak laki-laki akan menjadi suami yang baik, respek istri, pekerja yang baik dan handal

#day6
#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11

Comments

Popular posts from this blog

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany...

Yuk Menuang Lagi!

Setelah kemarin Sabrina bereksplorasi dengan air, hari ini Sabrina bereksplorasi menggunakan kacang ijo. Biasanya saya pribadi menggunakan media yang ada di rumah untuk bermain Sabrina. Termasuk kacang ijo ini. Jadi, sebelum dimasak, seringkali saya "membolehkan" Sabrina untuk bereksplorasi dengan bahan-bahan ini. Entah menuang, menyendok, mencuci, dll. Hari ini bunda masih mengenalkan tentang konsep besar dan kecil, serta konsep "kosong" dan "penuh". Seperti biasa, saya menyediakan nampan dan botol-botol kaca berbeda ukuran, sendok dan centong. Tanpa diberi intruksi Sabrina langsung menuang kacang ijo dengan alat tersebut. Pertama Sabrina memindahkan kacang ijo dengan sendok kecil, lalu dengan centong, dan terakhir menuang langsung antar botol. Sepertinya urutannya selalu demikian 😂. Berkali-kali botol kaca diisi penuh kacang ijo lalu dikosongkan kembali. Hal tersebut menjadi momen yang pas bagi saya untuk mengenalkan konsep matematika sederhana....

Bagaimana Seharusnya Perempuan Menggunakan Teknologi?

  Oleh: Annisa Fauziah (IP Depok/Mahasiswi Bunda Salihah) Di era globalisasi, teknologi menjadi sesuatu hal yang tidak terlepas dari kehidupan sehari-sehari, termasuk bagi perempuan. Siapa yang masih berpikir bahwa yang melek teknologi itu hanya identik dengan kaum pria saja? Nah, ternyata teknologi informasi dan komunikasi masih sangat dekat dengan identitas laki-laki. Adapun perempuan sering kali hanya sebagai objek. Hal ini berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan RI, pada bidang teknologi, khususnya TIK. Padahal, kuantitas jumlah perempuan hampir separuh dari penduduk Indonesia. Tentu hal ini bisa menjadi potensi yang luar biasa jika diberdayakan dengan baik. (lipi.go.id, 23/04/2019) Teknologi ini seperti dua sisi mata uang. Artinya, ia akan bermanfaat jika digunakan oleh orang yang tepat. Namun sebaliknya, akan menjadi bumerang jika kita tidak bijak menggunakannya.   Nah, tentu di era Revolusi Industri 4.0, pere...