Salah satu tahapan yang penting bagi penguatan fitrah seksualitas anak yaitu mengenalkan konsep aurat. Alhamdulillah proses ini sudah sejak awal saya lakukan kepada Sabrina sejak usia satu tahunan. Khususnya setelah Sabrina mulai memahami dan meniru setiap ucapan dan tingkah laku yang saya lakukan.
Mengenalkan bayi perempuan menggunakan kerudung saya juga lakukan. Memang mungkin masih menjadi "kontroversi" bagi beberapa orang. Entah karena faktor kenyamanan bayi dan taklif hukum yang belum dibebankan, apalagi bagi seorang bayi. Bagi saya pribadi, pengenalan kepada Sabrina sejak dini tentang aurat, kerudung, dsb sebenarnya hanya bentuk pembiasaan saja. Setidaknya itu menjadi bagian dari proses panjang pengenalan konsep aurat yang akan dilewati. Hingga saatnya tiba memang bagi seorang perempuan wajib untuk menutup auratnya secara sempurna. Di saat itu, saya berharap Sabrina sudah siap dan terbiasa untuk menjalankan aturan Allah tanpa adanya keterpaksaan.
Hal menarik sepanjang pengenalan konsep aurat ini adalah ketika keteladan memang menjadi kunci pengenalan kebiasaan bagi anak. Misalnya saja, tanpa saya harus mengajarkan kepada Sabrina tentang definisi aurat, dalil, dsb, Sabrina hanya membutuhkan penglihatan untuk mengetahui apa yang seharusnya dipakai oleh seorang wanita. Awalnya mungkin Sabrina memperhatikan ketika saya akan keluar rumah, tak lupa berganti kostum untuk menutup aurat secara syar'i. Maka, seiring proses Sabrina sudah tau apa yang harus digunakan ketika keluar rumah. "Bunda, ini pakai kerudung dulu?", "Bunda lagi cari kaos kaki ya?".
Kebiasaan itu kini ditiru oleh Sabrina. Seolah sudah menjadi "SOP" bahwa ketika akan keluar rumah, meskipun sekedar ke warung, Sabrina selalu berusaha mencari kerudung miliknya. Lucunya dengan kostum kaos tangan pendek, Sabrina tetap berkerudung, hehee..Ya, saya pikir itulah proses pembelajaran sesungguhnya yang tidak bisa instan. Apalagi menuntut untuk langsung sempurna.
Di lain kesempatan, sekitar umur satu tahun lebih, ketika Sabrina sudah mampu berceloteh, maka kata-kata aurat menjadi kosakata awal yang mampu dipahaminya. Bahkan di usia ini Sabrina selalu "menegur" saya ketika saya berpakaian kaos tangan pendek di rumah. "Iiih..bunda malu, kelihatan auratnya. Padahal yang terlihat hanyalah bagian lengan atas" 😂.
Hal yang unik lainnya adalah bagaimana ketika Sabrina selesai mandi selalu menutupi badannya dengan handuk, bahkan saat akan dipakaikan baju. "Bunda, iih malu, auratnya harus ditutup!" celotehnya dengan nada "menggurui", hehee..Meskipun demikian, realitanya bagi anak balita yang belum genap empat tahun tentu konsep aurat dan pakaian syar'i secara sempurna belum dipahami secara utuh. Buktinya ketika satu waktu Sabrina begitu peka untuk segera menutup aurat dengan handuk, menutup pintu kamar mandi saat sedang mandi, pun memakai kerudung saat keluar rumah. Namun, tetap saja semua itu masih inkonsisten.
Tak jarang Sabrina berlari keluar kamar mandi tanpa handuk sambil berlarian dan bercanda, bahkan enggan untuk segera memakai baju. Tak jarang pula Sabrina masih memaksa untuk ikut ke kamar mandi ketika saya mandi. Ya, meskipun tentu tidak saya izinkan. Tak jarang pula Sabrina segera membuka kerudungnya saat kegerahan, bahkan ketika itu di acara pengajian.
Bagi saya sekali lagi semua itu proses yang harus dibarengi dengan pemahaman. Tentunya disesuaikan dengan daya tangkap Sabrina dan usianya. Jangan sampai justru proses pengenalan konsep aurat ini menimbulkan keterpaksaan, trauma, dan ketakutan dari anak. Jangan sampai fenomena lepas kerudung, justru terjadi di saat anak sudah harus diwajibkan menutup aurat secara sempurna. Proses menumbuhkan kesadaran untuk taat menjalankan perintah agama memang harus diiringi oleh sebuah pemahaman, bukan sekedar doktrin apalagi paksaan. Saya hanya ingin memberikan sebuah pemahaman bahwa aturan agama Islam adalah aturan kehidupan yang paripurna, yang mampu menjaga fitrah manusia. Maka, Allah tidak akan membebani manusia di luar kesanggupannya, apalagi menyulitkan manusia. Semoga kita bisa menjadi hamba Allah yang senantiasa bahagia menjalankan perintahNya.
#day12
#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11
Mengenalkan bayi perempuan menggunakan kerudung saya juga lakukan. Memang mungkin masih menjadi "kontroversi" bagi beberapa orang. Entah karena faktor kenyamanan bayi dan taklif hukum yang belum dibebankan, apalagi bagi seorang bayi. Bagi saya pribadi, pengenalan kepada Sabrina sejak dini tentang aurat, kerudung, dsb sebenarnya hanya bentuk pembiasaan saja. Setidaknya itu menjadi bagian dari proses panjang pengenalan konsep aurat yang akan dilewati. Hingga saatnya tiba memang bagi seorang perempuan wajib untuk menutup auratnya secara sempurna. Di saat itu, saya berharap Sabrina sudah siap dan terbiasa untuk menjalankan aturan Allah tanpa adanya keterpaksaan.
Hal menarik sepanjang pengenalan konsep aurat ini adalah ketika keteladan memang menjadi kunci pengenalan kebiasaan bagi anak. Misalnya saja, tanpa saya harus mengajarkan kepada Sabrina tentang definisi aurat, dalil, dsb, Sabrina hanya membutuhkan penglihatan untuk mengetahui apa yang seharusnya dipakai oleh seorang wanita. Awalnya mungkin Sabrina memperhatikan ketika saya akan keluar rumah, tak lupa berganti kostum untuk menutup aurat secara syar'i. Maka, seiring proses Sabrina sudah tau apa yang harus digunakan ketika keluar rumah. "Bunda, ini pakai kerudung dulu?", "Bunda lagi cari kaos kaki ya?".
Kebiasaan itu kini ditiru oleh Sabrina. Seolah sudah menjadi "SOP" bahwa ketika akan keluar rumah, meskipun sekedar ke warung, Sabrina selalu berusaha mencari kerudung miliknya. Lucunya dengan kostum kaos tangan pendek, Sabrina tetap berkerudung, hehee..Ya, saya pikir itulah proses pembelajaran sesungguhnya yang tidak bisa instan. Apalagi menuntut untuk langsung sempurna.
Di lain kesempatan, sekitar umur satu tahun lebih, ketika Sabrina sudah mampu berceloteh, maka kata-kata aurat menjadi kosakata awal yang mampu dipahaminya. Bahkan di usia ini Sabrina selalu "menegur" saya ketika saya berpakaian kaos tangan pendek di rumah. "Iiih..bunda malu, kelihatan auratnya. Padahal yang terlihat hanyalah bagian lengan atas" 😂.
Hal yang unik lainnya adalah bagaimana ketika Sabrina selesai mandi selalu menutupi badannya dengan handuk, bahkan saat akan dipakaikan baju. "Bunda, iih malu, auratnya harus ditutup!" celotehnya dengan nada "menggurui", hehee..Meskipun demikian, realitanya bagi anak balita yang belum genap empat tahun tentu konsep aurat dan pakaian syar'i secara sempurna belum dipahami secara utuh. Buktinya ketika satu waktu Sabrina begitu peka untuk segera menutup aurat dengan handuk, menutup pintu kamar mandi saat sedang mandi, pun memakai kerudung saat keluar rumah. Namun, tetap saja semua itu masih inkonsisten.
Tak jarang Sabrina berlari keluar kamar mandi tanpa handuk sambil berlarian dan bercanda, bahkan enggan untuk segera memakai baju. Tak jarang pula Sabrina masih memaksa untuk ikut ke kamar mandi ketika saya mandi. Ya, meskipun tentu tidak saya izinkan. Tak jarang pula Sabrina segera membuka kerudungnya saat kegerahan, bahkan ketika itu di acara pengajian.
Bagi saya sekali lagi semua itu proses yang harus dibarengi dengan pemahaman. Tentunya disesuaikan dengan daya tangkap Sabrina dan usianya. Jangan sampai justru proses pengenalan konsep aurat ini menimbulkan keterpaksaan, trauma, dan ketakutan dari anak. Jangan sampai fenomena lepas kerudung, justru terjadi di saat anak sudah harus diwajibkan menutup aurat secara sempurna. Proses menumbuhkan kesadaran untuk taat menjalankan perintah agama memang harus diiringi oleh sebuah pemahaman, bukan sekedar doktrin apalagi paksaan. Saya hanya ingin memberikan sebuah pemahaman bahwa aturan agama Islam adalah aturan kehidupan yang paripurna, yang mampu menjaga fitrah manusia. Maka, Allah tidak akan membebani manusia di luar kesanggupannya, apalagi menyulitkan manusia. Semoga kita bisa menjadi hamba Allah yang senantiasa bahagia menjalankan perintahNya.
#day12
#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11
Comments
Post a Comment