Skip to main content

Kekerasan Seksual pada Anak

Alhamdulillah kelas bunda sayang sudah masuk tantangan level 11. Nah, kejutan kali ini yaitu kami harus melakukan presentasi per kelompok untuk menyelesaikan tantangan 10 hari. Kelompok saya ternyata mendapat giliran untuk tampil perdana. Dengan SKS alias "Sistem Kebut Semalam" alhamdulillah saya, Mbak Anggun, dan Mbak Anisa bisa menyelesaikan presentasinya tepat waktu 😊. Tema yang kami ambil terkait dengan tantangan yang kita hadapi berkaitan dengan gender, yaitu kasus kekerasan seksual pada anak.

Kekerasan seksual terhadap anak yaitu segala bentuk aktivitas seksual yang terjadi pada anak yang tidak dipahaminya dimana orang dewasa atau anak lain yang usianya lebih tua memanfaatkannya untuk kesenangan/rangsangan/aktivitas seksual. (CASAT programe, Child Development Institute; Boyscouts of America; Komnas PA).

Siapakah yang dimaksud anak? Seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan (UU perlindungan anak no 23 tahun 2002)

Apa saja yang termasuk kekerasan pada anak?
Menurut (Nasrun dkk,2015) bentuk kekerasan seksual pada anak terbagi menjadi dua, yaitu berupa sentuhan dan tanpa sentuhan.

Kami mengangkat tema ini karena ternyata Indonesia sudah masuk ke dalam darurat kekerasan seksual pada anak. Menurut komnas anak,tahun 2017 jumlah kekerasan seksual anak menempati posisi pertama dlm kategori kekerasan anak, yaitu 52 % berupa kekerasan seksual anak, 30% kekerasan  fisik, 17% kekerasan psikis, dan 1%  kekerasan bentuk lain. Di awal tahun 2018  jumlah korban anak sudah mencapai 117 anak dengan 22 pelaku. Sementara di tahun 2017 terdapat 393 korban anak dengan pelaku 66 orang laki-laki.

Sebagian besar kasus kekerasan seksual profil pelakunya merupakan orang terdekat anak seperti guru, paman, ayah kandung, ayah tiri, dan tetangga. Oleh karena itulah maka menjadi penting bagi kita orang tua untuk menanamkan nilai nilai fitrah agar anak terhindar dari kekerasan seksual

Seksualitas adalah bagaimana seseorang bersikap, berpikir, bertindak sesuai dengan gendernya. Secara fitrah seksualitas, seseorang hanya dilahirkan sebagai lelaki atau sebagai perempuan.

Fitrah seksualitas ini juga yang nanti berperan penting dalam pembentukan peran keayahan pada laki-laki, serta peran keibuan pada perempuan atau biasa disebut fitrah keayahibuan.
Kekerasan seksual muncul karena adanya penyimpangan fitrah seksualitas dari si pelaku. Selain itu, peluang terjadinya kekerasan seksual pada anak juga disebabkan oleh pendidikan seks yang kurang kepada si korban, Oleh karena itu, pendidikan fitrah seksualitas sangat diperlukan sesuai dengan tahapan usianya.
Beberapa upaya preventif dapat dilakukan untuk mencegah kekerasan seksual pada anak, yaitu:
1. Ajarkan anak tentang anatomi tubuh
2. Ajarkan anak tentang konsep aurat
3. Pisahkan tempat tidur anak
4. Mengenalkan waktu berkunjung (meminta izin dalam 3 waktu)
5. Tanamkan jiwa feminim pada perempuan dan maskulin pada laki-laki
6. Kenalkan konsep mahram dan adab pergaulan
7. Kenalkan konsep thaharah (bersuci), misal toilet training
8. Menanamkan rasa malu pada anak
Media edukasi untuk pendidikan anak usia dini

Kesimpulan
  • Kasus kekerasan seksual pada anak merupakan salah satu akibat adanya ketidakpahaman terhadap fitrah seksualitas
  • Perlu ada upaya preventif untuk mencegah kekerasan seksual pada anak dimulai dari edukasi dari keluarga, kontrol sosial dari masyarakat dan komunitas, serta peraturan yang tegas dari pemerintah
  • Keluarga merupakan institusi pertama yang berperan untuk menjaga fitrah seksualitas pada anak agar berjalan sesuai perannya, yaitu menjadi laki-laki sejati dan perempuan sejati
Referensi
  • Erlinda.2014. Upaya Peningkatan Anak Dari Bahaya Pelecehan,Kekerasan dan Eksploitasi.KPAI
  • Listiyana,Anik.2010.Peranan Ibu Dalam Mengenalkan Pendidikan Seks pada Anak Usia Dini. UIN Maliki Malang.
  • Nasrun.2015.Efektivitas Teknik Sentuh/Tidak sentuh (TOUCH/DON’T TOUCH TECHNIQUE) dalam Meningkatkan Pemahaman Sebagai Usaha Preventif Pencegahan Pelecehan Seksual Pada Siswa Sekolah Dasar (SD). Universitas Negeri Medan.
  • Ustadz Harry Santosa. Buku Fitrah based Education
  • Prawosiwi,Ratih dan Daud Bahransyaf. 2015. Pedofilia dan Kekerasan Seksual :Masalah dan Perlindungan terhadap Anak. Sosio Informa Vol.01 No.1
  • https://www.elmina.id/cara-mengajarkan-pendidikan-seksualitas-pada-anak-1/
  • http://id.theasianparent.com/pendidikan-seks-dalam-perspektif-islam/
  • http://www.lendyagasshi.com/2016/09/resume-rb-cikutra-pendidikan.html
Tanya jawab
Pertanyaan:
Mbak Debby: Bagaimana memberikan pemahaman tentang aurat kepada anak usia 2 tahun dan 4.5 tahun? Padahal sudah diingatkan, dibacakan buku,dinyanyikan terkait itu. Tapi tetap saja setelah mandi bercanda dan tidak langsung memakai baju

Jawaban
Annisa Fauziah:
Memang pendidikan seksual pada anak tidak bisa instan, pintu utamanya yaitu komunikasi produktif ortu dan anak, dan memang harus disesuaikan dgn pemahaman dan daya tangkap anak. Orangtua juga penting untuk bersabar selama prosesnya.
Komunikasi bisa dimulai dari sounding tentang rasa malu juga. Orangtua juga bisa terus melakukan briefing tatacara sebelum mandi (membawa handuk, tutup kamar mandi, buka baju, mandi, pakai handuk, dan ganti baju di kamar).  Suatu hari insyaAllah anak-anak kita terbiasa

Anisa Ariadarma: Membangun kebiasaan biasanya butuh 2-3 tahun lebih.
Tapi untuk aurat khususnya berhijab harus banyak tarik ulurnya. Misalnya saja pengalaman saya memiliki anak dari umur 1 tahun sampe 5 tahun rajin memakai jilbab, namun saat masuk usia 7 tahun mulai malas memakai jilbab jika keluar. Karena aspek kognitifnya sudah mulai lebih berkembang.banyak dialog yang dia pertanyakan kenapa harus memakai jilbab dan menutup aurat.

Annisa Fauziah: Sekitar usia 3 tahunan itu anak berada di tahap pra operasional secara kognitif, jadi memang kurangi banyak penjelasan apalagi seperti "memaksakan". Jadi memang lebih banyak ditunjukan langsung oleh orangtua, seperti mengajarkan shalat atau wudhu. Jika terus menerus dilibatkan anak akan terbiasa tanpa harus banyak teori di awal.  Justru nanti intelectual curiosity nya akan berkembang, Anak akan bertanya berbagai hal dan orangtua harus siap memberikan jawaban yang reasonable.

#day1
#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11

Comments

Popular posts from this blog

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

Apa Perasaanmu Hari Ini?

[Dokumentasi pribadi] Perjalanan membersamai tumbuh kembang anak pertama sungguh memberikan banyak pembelajaran bagi saya pribadi untuk memahami peran seorang ibu. Episode awal menjadi seorang ibu dipenuhi oleh pengalaman yang memungkinkan seorang ibu menjadi orangtua "sumbu pendek". Betapa tidak, hampir setiap jam terdengar tangisan dari seorang bayi kecil di hadapannya. Entah karena lapar, kepanasan, bosan, dsb. Episode berlanjut dengan fase di mana anak mulai sering tantrum. Saat itu saya terkaget-kaget menyaksikan seorang anak balita di hadapan saya yang menangis menjerit tiada henti, bahkan sambil berguling-guling, terkadang meronta. Berbagai jurus pun mulai dicoba mulai dari mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan makanan kesukaannya, mengajaknya keluar melihat teman bermainnya, bahkan menyodorkan gadget berupa video yang bisa membuat tangisannya mereda. Namun, ternyata berbagai cara tersebut juga terkadang tidak berhasil membuat anak berhenti menangis. Nah, y

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany