Skip to main content

Bullying

Tak terasa sudah seminggu tantangan level 11 kelas bunda sayang dijalani. Pengalaman yang luar biasa adalah gaya pembelajaran baru yang menantang setiap orang untuk bekerja sama mempresentasikan hasil belajarnya bersama tim. Hari ini tema tentang "Bullying" disampaikan oleh kelompok 7, yang terdiri dari Mbak Hastuti, Mbak Galuh, Mbak Indah, dan Mbak Henny.

I. DEFINISI BULLYING, JENIS-JENISNYA & PENYEBABNYA
Bullying adalah apapun tindakan kekerasan seseorang/kelompok jika sudah membuat yang diganggu ketakutan, maka perilaku itu adalah bullying” (Ratna Juwita, Psikolog Sosial UI - Femina, Mei 2006)
Jenis-jenis bullying :
a. Fisik
Memiting, mencakar, meludahi, menonjok, memukul, mendorong, mencubit, menjambak, memalak, mencuri, menyembunyikan barang, meminta bekal dengan paksa, pelecehal seksual
b. Verbal
Dengan kata-kata, eskpresi wajah dan gestur tubuh yang sangat melukai target dimana orang direndahkan martabatnya dan diabaikan.
c. Relational
Diabaikan, disisihkan, dikucilkan. Memandang agresif melirik tajam helaan nafas bahu bergidik cibiran tawa mengejek, bahasa tubuh yg kasar menolak bicara menyebarkan kebohongan
Penyebab bullying :
a. Hubungan Keluarga
Seperti apa pola perilaku dan nilai yang dianut oleh sebuah keluarga, apakah perilaku yang sopan, saling menghargai, menghirmati dan memahami satu dengan yang lainnya, atau perilaku suka memaki, membanding-bandingkan serta kekerasan jika tidak memperoleh apa yang diinginkan. Hal itu akan dianut dan diekspresikan anak di dalam dan di luar rumah.
b. Teman Sebaya
Berkenaan dengan teman sebaya dan lingkungan sosial antara lain :
- Kecemasan dan perasaan inferior dari seorang pelaku
- Persaingan yang tidak realistis
c. Pengaruh Media
Survey yang dilakukan Kompas (Saripah, 2006) memperlihatkan bahwa 56,9 % anak-anak meniru adegan film yang ditontonnya, umumnya mereka menirukan gerakan (64%) dan kata-kata (43%)

2. BULLYING TERKAIT DENGAN GENDER DAN SEKSUALITAS
Bullying adalah sesuatu yang akan sulit untuk kita cegah untuk terjadi di pergaulan anak-anak dengan berbagai latar belakang dan tipe keluarga. Berikut disampaikan infografis perbedaan bullying antara pertemanan anak laki-laki dan perempuan
1. Bullying di lingkungan anak laki-laki
Anak laki-laki lebih banyak menghadapi bullying secara fisik dan impulsif dibandingkan anak perempuan, sehingga kejadiannya lebih mudah terdeteksi, dan konsekuensi yang bisa kasat mata . Sebagai dampaknya, mereka cenderung menyerang orang ketika mereka mengidentifikasi seorang anak laki-laki yang lemah. Dalam grup/geng  pertemanan, mereka selalu mencari penerimaan, dan akan melakukan apapun (termasuk bullying) untuk mempertahankan posisi mereka di dalam grup tersebut. Bullying pada anak laki-laki juga cenderung lebih cepat selesai, sedangkan anak perempuan potensial untuk menyimpan dendam jangka panjang.
2. Bullying di lingkungan anak perempuan
Anak perempuan cenderung melakukan bullying secara verbal dan relasional, seperti memaki, mengucilkan, menyebar rumor, menyakiti hati teman, perilaku khas dari mean girl (seseorang yang membentuk/anggota geng, menaikkan status sosial, dan melakukan agresi untuk melukai dan mengontrol orang lain).
Berikut ini adalah karakter Mean Girl
  • Selalu diliputi rasa iri, menginginkan apa yang dimiliki orang lain. 
  • Berfokus terhadap penampilan secara berlebihan, seperti rambut, pakaian, wajah, make up dan berat badan. 
  • Berfokus terhadap status, seringkali ia terobsesi terhadap apa yang orang pikirkan atasnya, dan mempunyai keinginan yang kuat untuk menjadi populer, sehingga terkadang memanfaatkan orang untuk meraihnya
  • Memiliki permasalahan dalam pertemanan, biasanya sering terjerumus dalam situasi teman makan teman
  •  Tergabung dalam sebuah geng
  • Mempunyai masalah dengan kontrol.
Fitrah seksualitas yg tidak dibangkitkan bisa mempengaruhi timbulnya bullying. Hal ini terutama terjadi di pergaulan anak laki-laki, biasanya terkait ‘boy code’ yang tidak terpenuhi. ‘Boy code’ adalah seperangkat perilaku yang dan aturan yang diharapkan sebuah kelompok masyarakat untuk ada pada seorang laki-laki seperti independen, tangguh, maskulin, dominan, atletik, powerful, dll. Boy code yang terkait berpotensi menimbulkan bullying terutama ada pada karakter tangguh dan bisa mengontrol. Potensi untuk melakukan bullying timbul karena mereka tidak terbiasa melihat permasalahan dari perspektif orang lain

3. BEBERAPA ALTERNATIF SOLUSI UNTUK PENCEGAHAN DAN PENANGANAN BULLYING
1. Ajari anak memahami apa itu bullying dan bagaimana bentuknya dalam bahasa yang sederhana.  Hal tersebut bisa dilakukan dengan dialog sederhana bersama anak
2. Sampaikan pada anak kita jika dia mengalami beberapa situasi, seperti misal jika ia menjadi korban atau target bullying. Jika si kecil menjadi korban bullying, hal yang dapat dilakukan adalah ajari ia agar lapor pada orang yang lebih dewasa yang ada disana. Setelah itu ajari ia agar menceritakan apa yang ia alami pada temannya. Tetap berpikir tenang, dan tinggalkan tempat kejadian.
Jika ia menjadi pihak ketiga alias ia melihat kejadian bullying, Ajari ia agar tidak menertawakan korban, karena hal tersebut akan menambah “kuat” sang pelaku. Ajari agar ia pergi lapor pada orang tua atau guru, bukan malah gabung dengan pelaku. Yang lebih baik adalah ajarkan anak agar membela dan mendampingi korban. Dan jangan biarkan ia diam, karena dengan diam berarti ia setuju adanya pembullyan di tempat tersebut.
Jika anak kita yang melakukan tindakan bullying, maka perbanyak ajak dialog dengan anak kita.
3. Tumbuhkan citra diri positif pada anak. Hal yang perlu dilakukan adalah dialog dengan anak. Beri pujian positif dan bangun rasa percaya dirinya. Selain itu, biasakan anak berani dengan menemani orang tua menghadiri majelis ilmu atau pertemuan khalayak ramai, mengunjungi kawan-kawan, serta memotivasinya agar berani berbicara di depan orang dewasa juga merupakan cara untuk menimbulkan keberanian pada dirinya.
4. Ajari anak cara berteman dan bersosialisasi. Disadur dari http://keluargakita.com/5-keterampilan-sosialisasi-anak-agar-terhindar-dari-risakbullying/ Keterampilan sosialisasi untuk mencegah terjadinya bullying pada anak dapat dilatih dengan cara berikut
  • Mengenalkan dan menceritakan diri dalam porsi yang tepat
  • Tersenyum dan menatap mata saat bertemu dan berbicara
  • Mendengarkan
  • Menanggapi canda dan menggunakan humor
  • Menumbuhkan empati
4. MEDIA EDUKASI
  • Menonton video edukasi tentang bullying
  • Bermain role play tentang bullying
  • KiVa: program anti bullying berbasis sekolah yang inovatif (idnTimes)
  • Bermain musik dan olahraga
  • Menggambar atau mewarnai dengan anak dengan tema "bullying"
  • Membacakan buku
#day7
#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11

Comments

Popular posts from this blog

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

Apa Perasaanmu Hari Ini?

[Dokumentasi pribadi] Perjalanan membersamai tumbuh kembang anak pertama sungguh memberikan banyak pembelajaran bagi saya pribadi untuk memahami peran seorang ibu. Episode awal menjadi seorang ibu dipenuhi oleh pengalaman yang memungkinkan seorang ibu menjadi orangtua "sumbu pendek". Betapa tidak, hampir setiap jam terdengar tangisan dari seorang bayi kecil di hadapannya. Entah karena lapar, kepanasan, bosan, dsb. Episode berlanjut dengan fase di mana anak mulai sering tantrum. Saat itu saya terkaget-kaget menyaksikan seorang anak balita di hadapan saya yang menangis menjerit tiada henti, bahkan sambil berguling-guling, terkadang meronta. Berbagai jurus pun mulai dicoba mulai dari mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan makanan kesukaannya, mengajaknya keluar melihat teman bermainnya, bahkan menyodorkan gadget berupa video yang bisa membuat tangisannya mereda. Namun, ternyata berbagai cara tersebut juga terkadang tidak berhasil membuat anak berhenti menangis. Nah, y

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany