Hal unik yang sering saya temui saat membersamai Sabrina bermain adalah tentang bagaimana saya belajar untuk memahami pola pikir dan daya tangkap anak. Hal ini menjadi modalitas untuk saya sebagai ibu untuk melatih kemampuan berkomunikasi dengan anak. Harapannya agar nilai kehidupan yang ingin kita berikan kepada anak mampu dipahami sesuai dengan daya tangkap dan tahap perkembangannya. Nah, bagian ini susah-susah gampang, tapi semakin sering kita membersamai anak dan mencatat, insyaAllah semakin mudah juga kita memahaminya 😊.
Salah satu nilai kehidupan yang penting diterapkan sejak dini sebelum berbicara tentang "teknis" yaitu bagaimana menjelaskan tentang filosofi rezeki kepada anak. Tentu hal ini tidak bisa kita lakukan dengan menunggu anak dewasa dan menggunakan bahasa finansial yang "berat". Karena hal ini berkaitan tentang sesuatu hal yang filosofis, terkait dengan keimanan, itu yang kami pahami. Jadi sebisa mungkin sedini mungkin nilai ini bisa ditanamkan, tentu dengan pendekatan yang mudah dipahami anak.
Dalam hal konsep rezeki ini saya dan suami lebih banyak menyampaikan kepada Sabrina lewat aktivitas sehari-hari, entah lewat ngobrol santai, bercerita, membaca buku, bernyanyi atau permainan. Nah, alhamdulillah sejak Sabrina bisa berkomunikasi dua arah, kami sudah mulai terbiasa menanamkan tentang konsep rezeki, yaitu "rezeki itu dari Allah". Nah, seperti yang saya dapat di IIP, ada lanjutan lagi, yaitu "..kemualiaan yang harus dicari". Ini jadi PR selanjutnya untuk dikenalkan kepada Sabrina 😂
Buku menjadi media pertama yang kami gunakan untuk mengenalkan konsep rezeki kepada Sabrina, yang kala itu bahkan masih berusia satu tahunan. Saya masih ingat betapa buku "Aku Bilang Alhamdulillah" menjadi buku favorit Sabrina kala itu. Ya, mengucapkan kalimat thayyibah menjadi sarana menanamkan keimanan, termasuk meyakini bahwa Allah sebagai pemberi rezeki. Maka, berulang kali kami coba terapkan dalam keseharian dari aktivitas sederhana, misal saat Sabrina mendapat hadiah dari kakek neneknya, saat ayahnya membawa oleh-oleh, pun saat kami belikan buku atau mainan.
Percakapan sederhana yang sering saya ucapkan berkali-kali saat ngobrol dengan Sabrina adalah "Kalau Sabrina mau sesuatu, mintanya sama Allah". Jadi, ketika Sabrina tiba-tiba "excited" ingin sesuatu, misal saat dia melihat pesawat, lalu menunjuk dan berkata "mau naik pesawat!", maka saya biasanya menimpali dengan kalimat "Sabrina berdoa sama Allah, minta supaya Sabrina bisa naik pesawat sama ayah dan bunda" 😊. Dan dengan polosnya Sabrina akan melakukan itu "Ya Allah, Brina mau naik pesawat sama ayah dan bunda" sambil mengangkat kedua tangannya. Sesederhana itu dan sesering itu saya dan suami lakukan dalam keseharian kami. Semoga dengan menanamkan konsep rezeki sejak dini membuat anak tidak akan tergantung kepada "makhluk" termasuk kepada orangtuanya dalam segala hal. Namun sebaliknya, anak akan bergantung kepada Rabb penciptanya, Allah SWT dalam semua urusan kehidupannya.
#Day7
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial
Salah satu nilai kehidupan yang penting diterapkan sejak dini sebelum berbicara tentang "teknis" yaitu bagaimana menjelaskan tentang filosofi rezeki kepada anak. Tentu hal ini tidak bisa kita lakukan dengan menunggu anak dewasa dan menggunakan bahasa finansial yang "berat". Karena hal ini berkaitan tentang sesuatu hal yang filosofis, terkait dengan keimanan, itu yang kami pahami. Jadi sebisa mungkin sedini mungkin nilai ini bisa ditanamkan, tentu dengan pendekatan yang mudah dipahami anak.
Dalam hal konsep rezeki ini saya dan suami lebih banyak menyampaikan kepada Sabrina lewat aktivitas sehari-hari, entah lewat ngobrol santai, bercerita, membaca buku, bernyanyi atau permainan. Nah, alhamdulillah sejak Sabrina bisa berkomunikasi dua arah, kami sudah mulai terbiasa menanamkan tentang konsep rezeki, yaitu "rezeki itu dari Allah". Nah, seperti yang saya dapat di IIP, ada lanjutan lagi, yaitu "..kemualiaan yang harus dicari". Ini jadi PR selanjutnya untuk dikenalkan kepada Sabrina 😂
Buku menjadi media pertama yang kami gunakan untuk mengenalkan konsep rezeki kepada Sabrina, yang kala itu bahkan masih berusia satu tahunan. Saya masih ingat betapa buku "Aku Bilang Alhamdulillah" menjadi buku favorit Sabrina kala itu. Ya, mengucapkan kalimat thayyibah menjadi sarana menanamkan keimanan, termasuk meyakini bahwa Allah sebagai pemberi rezeki. Maka, berulang kali kami coba terapkan dalam keseharian dari aktivitas sederhana, misal saat Sabrina mendapat hadiah dari kakek neneknya, saat ayahnya membawa oleh-oleh, pun saat kami belikan buku atau mainan.
Percakapan sederhana yang sering saya ucapkan berkali-kali saat ngobrol dengan Sabrina adalah "Kalau Sabrina mau sesuatu, mintanya sama Allah". Jadi, ketika Sabrina tiba-tiba "excited" ingin sesuatu, misal saat dia melihat pesawat, lalu menunjuk dan berkata "mau naik pesawat!", maka saya biasanya menimpali dengan kalimat "Sabrina berdoa sama Allah, minta supaya Sabrina bisa naik pesawat sama ayah dan bunda" 😊. Dan dengan polosnya Sabrina akan melakukan itu "Ya Allah, Brina mau naik pesawat sama ayah dan bunda" sambil mengangkat kedua tangannya. Sesederhana itu dan sesering itu saya dan suami lakukan dalam keseharian kami. Semoga dengan menanamkan konsep rezeki sejak dini membuat anak tidak akan tergantung kepada "makhluk" termasuk kepada orangtuanya dalam segala hal. Namun sebaliknya, anak akan bergantung kepada Rabb penciptanya, Allah SWT dalam semua urusan kehidupannya.
#Day7
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial
Comments
Post a Comment