Skip to main content

Ketika Anak Sudah Mengenal Kata "Jajan"

Dalam mendampingi tumbuh kembang Sabrina ada saja hal unik yang harus dilewati setiap fasenya. Entah bagaimana harus menjawab setiap pertanyaan polosnya ataupun memberi penjelasan dengan bahasa yang mudah dipahaminya. Itu menjadi tantangan tersendiri bagi saya pribadi. Nah, dalam keseharian kami sebenarnya saya dan suami tidak pernah secara sengaja mengenalkan istilah "jajan" kepada Sabrina. Apalagi mayoritas makanan sehari-hari saya masak sendiri. Jadi memang bisa dibilang jarang sekali jajan😂. Terutama juga karena alasan rumah yang terletak agak jauh dari depan jalan tempat penjual lalu lalang lewat, walhasil lebih sering mendengar suara yang jualan daripada membelinya😅.

Sabrina dalam keseharian kami, khususnya dalam aktivitas jual beli sudah kami libatkan untuk sekedar melihat interaksi kami sebagai pembeli. Misalnya saja ikut belanja bulanan ke mall, atau ke pasar pun ke tukang sayur. Gadis kecil ini selalu berbinar jika diajak untuk berbelanja, meskipun tidak jajan apa-apa, sekedar ikut membawa tentengan kresek belanjaan sudah membuatnya bahagia😂.

Kini, seiring dengan perkembangannya Sabrina sudah memiliki keinginan sendiri untuk memilih termasuk dalam hal membeli sesuatu, apalagi setelah tau istilah jajan. Nah, di sinilah tantantan orangtua diuji, bagaimana menjelaskan konsep cerdas finansial kepada anak. Misalnya saja aturan yang pertama yang harus dilakukan adalah tidak menjadikan jajan sebagai "kebiasaan" rutin, karena kalau tidak anak akan gampang tantrum kalau tidak diberi jajan. Nah, alhamdulillah dengan alasan-alasan di atas Sabrina masih di fase yang mau diarahkan untuk kapan membeli sesuatu kapan tidak. Kedua, tentang apa yang dibeli, yaitu bahwa tidak semua barang yang diinginkan anak bisa dibeli. Orangtua memiliki tugas untuk menyeleksi, apalagi bagi anak balita. Kira-kira Sabrina "nurut-nurut" aja kalau dilarang jajan barang tertentu? Tentu tidak, apalagi kan anak lagi di fase egosentris, apa yang dia mau tentu ingin dia miliki, wkwkwk. Nah, disitulah konsistensi orangtua diuji, minimal untuk tetap berkata tidak dan mau bersabar mengalihkan kepada yang lain agar tidak membuat anak tantrum. Resikonya? terkadang anak akan nangis kenceng di depan umum😂

#Day5
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial

Comments

Popular posts from this blog

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

Apa Perasaanmu Hari Ini?

[Dokumentasi pribadi] Perjalanan membersamai tumbuh kembang anak pertama sungguh memberikan banyak pembelajaran bagi saya pribadi untuk memahami peran seorang ibu. Episode awal menjadi seorang ibu dipenuhi oleh pengalaman yang memungkinkan seorang ibu menjadi orangtua "sumbu pendek". Betapa tidak, hampir setiap jam terdengar tangisan dari seorang bayi kecil di hadapannya. Entah karena lapar, kepanasan, bosan, dsb. Episode berlanjut dengan fase di mana anak mulai sering tantrum. Saat itu saya terkaget-kaget menyaksikan seorang anak balita di hadapan saya yang menangis menjerit tiada henti, bahkan sambil berguling-guling, terkadang meronta. Berbagai jurus pun mulai dicoba mulai dari mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan makanan kesukaannya, mengajaknya keluar melihat teman bermainnya, bahkan menyodorkan gadget berupa video yang bisa membuat tangisannya mereda. Namun, ternyata berbagai cara tersebut juga terkadang tidak berhasil membuat anak berhenti menangis. Nah, y

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany