Skip to main content

Seberapa Jauh Bunda Mengenalmu, Nak!

Tak terasa sudah lebih dari separuh perjalanan sudah dilewati dalam mengerjakan tantangan game kelas bunsay. Banyak suka duka yang dilewati, tapi semakin hari saya semakin tersadar bahwa tantangan ini yang membuat saya belajar untuk konsisten dan komitmen dalam membersamai tumbuh kembang Sabrina. Rasanya PR besar banget bagi saya yang masih harus banyak dimotivasi. Beruntung memang, lewat game bunsay ini membuat saya harus belajar keluar dari "zona nyaman". Pasca liburan semakin terasa "jetlag" sekedar untuk menuliskan catatan pembelajaran dan aktivitas harian Sabrina.

Nah, tentang tantangan game level 7 ini memang terasa semakin "wow" banget bagi saya pribadi. Ya, semakin hari, saya sebagai orangtua diingatkan setidaknya untuk semakin peka, mau memahami dan mengenal anak-anak kita. Jangan sampai, rasanya sudah begitu banyak yang kita korbankan, tapi ada hal yang kita lupakan yaitu tentang "Siapa anak kita?". Ya, seringkali saya juga masih banyak terfokus untuk menjalankan teori-teori hasil bacaan buku atau sekedar "ikut-ikutan" orang, tapi lupa melihat tentang apa yang sebenarnya Sabrina butuhkan dalam belajar. Tentang passionnya, tentang apa yang membuatnya berbinar penuh bahagia, pun tentang apa yang selalu membuatnya bersemangat.

Hari pertama ini yang saya lakukan sebenarnya tidak ada yang spesial, hanya kembali me-refresh diri untuk melakukan EOWLW. Apa itu? Yaitu sejauh mana proses engage, observe, watch, listen, dan write bunda lakukan dalam membersamaimu. Sejauh ini memang proses ini sudah bunda lakukan sebelumnya. Namun, evaluasinya yaitu saya pribadi belum bisa melakukannya secara konsisten. Semoga setelah menjelani tantangan level 7 ini saya bisa belajar lebih konsisten lagi.

Apa yang saya observe atau amati lebih kepada "ke-kepoan" saya terhadap aktivitas harian yang Sabrina, apapun itu. Karena biasanya dari aktivitas keseharian Sabrina banyak hal yang sudah berpola dan dilakukan berulang kali, pun ada aktivitas yang selalu membuat binar matanya penuh semangat. Tugas saya yaitu berusaha untuk memiliki "mata hati" yang kuat, menemukan setiap aha momen dan mengumpulkan kepingan puzzle tentang apa yang Sabrina suka, apa yang Sabrina bisa dan apa yang bisa membuat Sabrina bahagia :)

Pagi hari ini, saya mencoba menghentikan aktivitas mencuci piring di saat gadis kecil ini dengan bersemangat membawa lego yang sudah disusunnya menjadi sebuah bentuk. "Bunda, ini rumah bagus". Ya, di saat itu matanya berbinar penuh semangat, menceritakan tentang rumah yang tinggi, ada tangga, dsb. Tangan mungilnya pun kembali "anteng" merakit lego menjadi bentuk lain sesuai imajinasinya.

[Hasil Karya Sabrina]

"Bunda, ayo foto!". Begitulag ekspresinya penuh semangat, saat meminta saya memfoto hasil karyanya :). Dan pemandangan seperti ini begitu sering saya lihat. Saya berujar dalam hati, tentang apa yang menarik hati Sabrina. Proses membangun sesuatu, proses merakit, menyusun, membongkar pasang, dll bukankah bukan sesuatu hal yang mudah?

"Lihatlah binar mata anak kita dengan mata hati!. Boleh jadi, disanalah kita akan menemukan jawaban tentang apa yang membuat anak kita bahagia"

#Day1
#Tantangan10Hari
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

Comments

Popular posts from this blog

Pohon Literasi Kami

Alhamdulillah hari ini adalah hari terakhir kami menjalani tantangan game level 5. Rasanya baru kemarin kami menggunting kertas warna, kemudian menempel bersama di ruang tamu. Ya, kami membuat "pohon literasi" yang kala itu masih tak berdaun, artinya belum ada buku yang kami tulis. Sebelumnya habit literasi dalam keluarga kami hanya mengalir begitu saja tanpa motivasi yang jelas apalagi ada inovasi, bahkan sekedar untuk membuat pohon literasi agar kami semua lebih semangat membaca lagi. Tapi kini, tujuh belas hari yang sudah dilewati memberikan banyak hikmah dan pembelajaran kepads keluarga kecil kami. Teruntuk Sabrina, putri kecil kami, membaca dan bercerita telah menjadi aktivitas harian yang dia suka. Aktivitas ini mampu membuatnya tertawa dan berbicara, mengeluarkan imajinasinya di masa balita. Semoga kelak Sabrina bisa mencintai ilmu dan mengetahui banyak hal lewat membaca. Semoga Sabrina tetap bahagia jikalau bunda sekedar memberi kado buku cerita 😬 Teruntuk suami

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

My Body Belongs to Allah (Konsep Thaharah untuk Anak)

Presentasi Kelas Bunda Sayang hari terakhir disampaikan oleh kelompok 3 yang terdiri dari Mbak Annisa Novita Dewi, Mbak Annisa Wahyuningrum, dan Mbak Bilkis Mukhlisoti. Tema yang diambil yaitu tentang "My Body Belongs to Allah (Konsep Thaharah untuk Anak)" 1. Tantangan yang dihadapi yang berkaitan dengan gender a. Fenomena di masyarakat Selama ini ada pemahaman keliru dalam masyarakat tentang pendidikan seksualitas . Banyak orang menyebut istilah “pendidikan seks”. Padahal kata seks lebih identik dengan aktifitas hubungan intim dan alat kelamin. Sedangkan seksualitas mengandung makna yang jauh lebih dalam dan kompleks. Semestinya anak-anak sejak dini diajarkan mengenai pendidikan seksualitas, bukan pendidikan seks. Orangtua sebagaimana yang diamanatkan oleh agama dan tercakup dalam UU Kesejahteraan Anak No.4 Tahun 1979, adalah pihak utama dalam pemberian pendidikan seksualitas tersebut (Elly Risman) b. Pendidikan Seks vs Seksualitas Seks adalah segala sesuatu yang menya