Skip to main content

Posts

Showing posts from 2017

Aliran Rasa Game Level#6

Ketika dahulu saya pertama kali mengenal matematika, yang ada dalam pikiran adalah tentang menghafal deretan rumus, menghafal perkalian, dan teori sejenisnya. Dan itu yang menjadikan saya "kurang suka" dengan matematika. Walaupun akhirnya jadi anak FMIPA juga, meskipun kuliahnya sih jurusan biologi 😂. Salah satu alasannya ya buat menghindari deretan angka. Tapi ternyata namanya anak FMIPA ya pasti ketemu calculus juga, wkwk. Ditambah lagi sebagai anak dengan peminatan genetika, minimal Hukum Mendel dan bioinformatika harus ngerti juga. Hmmm..itu sih sekelumit flashback bagaimana saya mengenal matematika yang akhirnya menyisakan persepsi kalau matematika itu rumit, susah, teoretis, dll. Kini, setelah melewati tantangan level#6 kuliah bunsay, saya jadi menemukan persepsi baru tentang matematika. Ya, matematika yang ada di sekitar kita, begitu sederhana, aplikatif, dan menyenangkan. Tanpa harus disandingkan dengan "branding" rumus yang rumit, hafalan serta de

Ada Berapa Es Krim nya?

Alhamdulillah tak terasa sudah lebih dari dua minggu kami menjalani tantangan level 6. Banyak hal-hal baru yang Sabrina tau. Setiap hari tiada hari tanpa berbicara tentang "matematika". Meskipun mungkin orangtua sering menganggapnya begitu sepele. Tapi, bagi anak-anak kita, apalagi anak balita, sekedar menginterpretasikan angka ke dalam bentuk konkret tentu tak mudah. Namun, hal yang seringkali luput dari perhatian kita yaitu tentang proses mereka belajar. Dari hal "kecil" dalam keseharian kita, dari kehidupan terdekatnya itulah anak-anak belajar matematika. Hari ini tiba-tiba secara spontan muncul ide untuk bereksplorasi dengan stik eskrim. Alasannya sederhana, karena tiba-tiba saya melihat Sabrina sedang anteng memainkan stik eskrim, bahkan atas inisiatifnya minta kemasannya untuk dibuka. Ya, dua bungkus stik eskrim baru dimainkannya. Maka, ini saya jadikan sebagai momentum untuk mengenalkan matematika. Aha! Tiba-tiba muncul ide untuk membuat "es krim&quo

Mengenal Matematika dari Alam Sekitar

Hari ini Sabrina ikut bunda ke masjid UI. Karena suasananya masih pagi dan juga masih sepi, jadi Sabrina bisa bereksplorasi di selasar masjid. Apa saja sih yang kami amati pagi ini? Ternyata tanpa kami sadari, apa yang ada di alam sekitar kami adalah sumber ilmu bagi kami. Bahkan secara spontan, justru hal-hal konkret yang mampu diindra oleh anak-anak sangat membantu mereka memahami banyak hal, termasuk matematika. Karena, jika hanya dalam selembar kertas saja mungkin mereka tidak akan tau bagaimana bentuk daun yang beraneka ragam, bagaimana kecepatan burung yang terbang, dan bagaimana cara ikan berenang, dll. Sabrina itu termasuk anak yang senang bereksplorasi di alam. Setiap bermain di alam terbuka, matanya selalu berbinar penuh semangat. Banyak hal yang selalu dia tanyakan dan dia ekspresikan. "Bunda, lihat ada kucing lagi bobo!" sambil tangannya menunjuk. "Bunda, tuh ada suara kereta", "Bunda, tuh burungnya terbang!". Ya, tanpa disadari ternyata dari

Mengenal Matematika dari Ibadah Keseharian Kita

Selama mendampingi tumbuh kembang Sabrina sampai dengan hari ini, hal utama yang harus senantiasa dijaga yaitu kesabaran. Ya, karena ternyata mendampingi tumbuh kembang anak balita itu penuh "kejutan". Luar biasanya lagi gaya belajar mereka, energi, dan rasa ingin tahu mereka itu gak ada habisnya. Setiap hari selalu ada pertanyaan baru, ingin mencoba hal baru dan mengamati banyak hal dari keseharian kita. Apalagi jika aktivitas itu dilakukan berulang dalam keseharian kita. Maka dengan mudah anak bisa mengimitasinya. Alias bisa meniru dan ikut-ikutan, bahkan seringkali kita tidak mengajarinya secara langsung. Ya, anak-anak cukup dengan mendengar dan melihat mereka seringkali bisa cepat untuk meniru. Apalagi bagi anak-anak tipe audio visual. Hal yang menarik dari keseharian kami yaitu ketika Sabrina secara spontan mulai memahami konsep matematika tentang waktu, yaitu tentang waktu shalat. Memang di usianya yang baru tiga tahun tentu Sabrina belum bisa memahami cara menghitung

Ayo Kita Keliling Kota

Hal yang paling menantang bagi seorang ibu dalam membersamai anaknya bermain yaitu mencari ide permainan yang menarik bagi anak. Kalau sudah menarik buat anak setidaknya kan anaknya mau enjoy bermain dan tentunya bisa belajar juga tanpa ada beban. Nah, kalau anaknya udah bosen main mainannya, biasanya ibunya harus turun tangan, puter otak buat bebikinan DIY. Nah, bagi saya pribadi biasanya bebikinan ini berakhir sampai fase mencari ide dan mengumpulkan ide dari sosmed, sedangkan eksekusinya bisa jadi "kapan-kapan"😂 Alhamdulillah hari ini bunda "iseng" bikin DIY playmat dari kardus bekas. Jadi fungsinya sih buat ngenalin jarah dan arah. Ya, setelah beberapa hari sebelumnya Sabrina bermain mengenal bentuk, maka bunda tiba-tiba punya ide bebikinan dari bahan-bahan yang ada di rumah. Mumpung lagi "niat" maka harus segera dieksekusi 😅 Nah, akhir-akhir ini Sabrina itu lagi suka mainin mobil-mobilan berbentuk taksi yang sering dia sebut "Tayo".

Mengenal Matematika dari Buku Cerita

Hari ini Sabrina kembali belajar tentang bentuk geometris. Namun, kali ini saya menggunakan media buku cerita untuk membantu Sabrina memahami konsep matematika. Jadi, ini pun terjadi secara spontan karena tiba-tiba saya melihat Sabrina sedang anteng membuka buku tentang mengenal bentuk sambil berceloteh "Ini lingkaran, ini bintang". Aha!! seperti biasanya momen seperti ini selalu saya jadikan momen untuk belajar lebih lanjut tentang sesuatu hal. Jadi, waktunya saya ikut "turun tangan", memberi penjelasan jika dibutuhkan 😂 Buku tetap menjadi sarana yang efektif bagi saya pribadi untuk mengajarkan banyak hal kepada Sabrina, karena memang sejauh ini gaya belajar Sabrina audio visual. Jadi dengan melihat objek secara langsung diiringi cerita itu sangat menarik bagi Sabrina, sehingga membuat Sabrina mudah memahami sesuatu. Lewat cerita seringkali pembelajaran memberi kesan yang selalu diingatnya. Nah, karena Sabrina masih balita, tentu menjelaskan tentang bentuk

Asyiknya Beli Ikan Hias

Hari ini Sabrina melakukan aktivitas berdua bersama ayah. Alhamdulillah bisa jadi momen bonding antara ayah dan Sabrina. Aktivitas yang dilakukan ayah dan Sabrina sembari menunggu bunda pengajian yaitu jalan-jalan ke pasar kaget. Jadi pasar ini buka hanya tiap hari minggu saja. Biasanya pasar ini dipenuhi dengan orang-orang yang sekalian lari pagi. Nah, bunda dikirim ayah video saat Sabrina jalan-jalan ke pasar. Sabrina sangat memperhatikan sekali saat melihat berbagai jenis barang dagangan dan orang yang sedang bertransaksi. Mulai dari yang menawar harga hingga melihat para pedagang yang menawarkan barang dagangannya. Hal yang membuat saya tersenyum adalah saat melihat gadis kecil ini dengan semangat ingin berjalan sendiri sambil melirik ke kanan dan kiri, persis seperti ibu-ibu yang lihat barang diskon, hehee... Tiba-tiba langkah Sabrina terhenti saat melihat penjual ikan hias. "Ayah...mau ikan!!" ungkapnya dengan penuh semangat dan teriakan yang khas :). Ternyata saat

Bermain Balok Spon

Menarik minat anak untuk mau belajar memang tidak mudah, apalagi kalau orangtua belum memahami gaya belajar anak. Yang paling menantang yaitu jika mood anak sering berubah-ubah. Dan itu sangat wajar sekali, karena anak balita rentang konsentrasinya pun tidak seperti orang dewasa. Jadi, jangan berharap anak kita mau duduk anteng berjam-jam bermain satu hal. Bisa duduk manis dan fokus mendengarkan lima belas menit saja sudah alhamdulillah😂 Cara yang sering saya lakukan ketika Sabrina belum tertarik dengan sarana pembelajaran yang ada yaitu dengan mencontohkan. Ya, tanpa harus memaksa dan berteriak-berteriak mengajak bermain, cukup saya yang "mencontohkan" anteng bermain. Seringkali saya memposisikan masuk ke dunia anak-anak, hehee..apalagi dengan kondisi Sabrina yang belum punya adik untuk teman bermain😂. Seperti aktivitas hari ini, karena balok spon milik Sabrina sudah lama sekali gak disentuh, saya coba tawarkan kepada Sabrina mau bermain tidak "Na, kita bikin rum

Yuk Mengenal Bentuk

Sebagai seorang ibu, hal yang paling "menantang" adalah bagaimana agar anak tertarik dengan stimulasi yang kita siapkan hingga akhirnya anak mau belajar hal baru. Nah, sebelum masuk ke fase "belajar" atau memberi penjelasan dan pemahaman lebih mendalam, justru yang paling penting adalah bagaimana menarik minat anak, agar setidaknya dia mau mendengarkan, memperhatikan dan fokus. Tentu ini bukan hal yang mudahkan? Apalagi bagi anak balita 😂. Dari pengalaman membersamai Sabrina beraktivitas, maka saya mendapat beberapa pembelajaran penting, salah satunya tentang menarik minat belajar. Jadi, jangan harap Sabrina mau mendengarkan kalau apa yang saya tawarkan tidak menarik hatinya. Tapi, lain halnya dengan sesuatu yang kadang spontan, tapi ternyata bisa menarik hatinya, membuat matanya berbinar, hingga akhirnya tanpa disuruh Sabrina mau mendekat, mengajukan pertanyaan hingga akhirnya terlibat langsung. Tanpa sadar, tanpa direncanakan, Sabrina belajar banyak hal dengan

Ketika Aku Penasaran dengan Alat Elektronik

Keseharian Sabrina tidak terlepas dari eksplorasi perabotan di rumah, entah perabotan dapur, alat tulis, dll. Semua itu wajar dilakukan karena memang sejak masih satu tahunan Sabrina sudah terlibat dengan aktivitas harian saya saat di rumah. Entah saat saya menyapu, memasak, membaca, dll. Jadi sampai dengan hari ini, dari pengamatan yang saya lakukan, Sabrina lebih sering dan senang bermain role play, entah itu main masak-masakan, main dokter-dokteran, serta imajinasi lainnya. Setelah menjalani tantangan sampai level 6 ini, saya akhirnya bisa lebih memahami bahwa Sabrina mudah menyerap sesuatu pembelajaran jika objek yang kita jelaskan adalah dekat dengan kesehariannya. Jadi, value kehidupan banyak saya sisipkan secara natural dari keseharian kami. Jadi tidak kaku untuk dibuat jadwal belajar khusus. Bahkan bisa dibilang lebih banyak yang sifatnya spontanitas. "Follow your child", mungkin itu yang membuat Sabrina bersemangat. Ya, ketika saya mampu memberi suatu pemahaman di

Mengenal Number Rods

Alhamdulillah tak terasa sudah seminggu saya menemani Sabrina untuk mengenal matematika dalam keseharian kami. Setelah beberapa hari sebelumnya stimulasi yang diberikan selalu membuat Sabrina berbinar, penuh semangat dan membuatnya "anteng" bermain, tapi tidak dengan hari ini. Sebenarnya ini bukan pertama kali mainan DIY buatan bunda "gak laku" untuk dieksplorasi Sabrina 😂. Meskipun terkadang itu yang jadi alasan bunda males bikin mainan lagi, hehee...Tapi, sebenarnya dari pelajaran nyata seperti ini membuat bunda banyak mengevaluasi untuk lebih memahami gaya belajar dan stimulasi yang tepat untuk Sabrina, plus menyiapkan stok sabar yang lebih lagi. Jadi, hari ini saya membuat "DIY Number Rods" yang merupakan salah satu alat peraga yang biasa digunakan dalam kurikulum montessori untuk pengenalan matematika. Ya, meskipun saya hanya menggunakan bahan yang ada di rumah, yaitu kardus bekas dan kertas warna. Sabrina mendampingi saya selama proses pembuatan

Yuk Menuang Lagi!

Setelah kemarin Sabrina bereksplorasi dengan air, hari ini Sabrina bereksplorasi menggunakan kacang ijo. Biasanya saya pribadi menggunakan media yang ada di rumah untuk bermain Sabrina. Termasuk kacang ijo ini. Jadi, sebelum dimasak, seringkali saya "membolehkan" Sabrina untuk bereksplorasi dengan bahan-bahan ini. Entah menuang, menyendok, mencuci, dll. Hari ini bunda masih mengenalkan tentang konsep besar dan kecil, serta konsep "kosong" dan "penuh". Seperti biasa, saya menyediakan nampan dan botol-botol kaca berbeda ukuran, sendok dan centong. Tanpa diberi intruksi Sabrina langsung menuang kacang ijo dengan alat tersebut. Pertama Sabrina memindahkan kacang ijo dengan sendok kecil, lalu dengan centong, dan terakhir menuang langsung antar botol. Sepertinya urutannya selalu demikian 😂. Berkali-kali botol kaca diisi penuh kacang ijo lalu dikosongkan kembali. Hal tersebut menjadi momen yang pas bagi saya untuk mengenalkan konsep matematika sederhana.

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany

Aku Bisa Membuat Kereta

"Bunda..bunda..sini!", suara Sabrina melengking dengan penuh antusias. Dari kejauhan saya sudah menduga pasti ada hal baru yang ingin ditunjukkannya. Dan ternyata Sabrina ingin menunjukkan kepada saya kalau dia bisa membuat kereta. Mata saya tiba-tiba berbinar melihat gadis kecil ini dengan penuh semangat mencoba menjelaskan apa yang sedang dilakukannya. "Bunda, Brina bikin kereta, tut..tut..tut". Mulut mungilnya berceloteh sambil tangannya fokus menyusun lego. "Oh, Sabrina bikin kereta ya", "Keretanya panjang sekali!". "Iya bunda, panjang ya!" sahutnya. Maka, aha momen seperti ini selalu saya jadikan momentum untuk memasukkan nilai-nilai pembelajaran untuk Sabrina. Ya, momen di mana Sabrina sedang begitu excited dan sedang fokus dengan aktivitas yang dilakukannya. Saya sempat terkaget-kaget melihat Sabrina menyusun lego dengan dua bentuk bertumpuk, dengan beberapa memiliki pola yang sama dari segi warna. Entahlah apa yang ada dala

Ayo Kita Belanja

Hari ini karena ayah Sabrina libur kerja, beliau berinisiatif untuk mengajak saya dan Sabrina berbelanja ke Mall. Momen yang selalu dinanti Sabrina karena bisa "cuci mata" sekalian sambil jalan-jalan. Lebih tepatnya ditunggu sama bundanya 😂 Seperti biasa, saat berbelanja Sabrina selalu ingin naik ke atas trolley belanjaan. Apalagi ada yang berbentuk mobil, tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak. Baru masuk ke supermarket, gadis kecil ini sudah menunjuk banyak barang. "Bunda, itu susu!". Tak berapa lama Sabrina berinisiatif turun lalu mengambil boneka. "Na, di rumah kan sudah banyak bonekanya, tidak usah beli ya!". Saya dan suami mencoba bernegosiasi. Awalnya pasti menolak, tapi untungnya Sabrina berhasil diyakinkan dan tidak sampai tantrum. Ya, kami selalu berusaha membuat "rules", seperti dalam hal "jajanan" kami coba selektif dengan apa yang Sabrina pilih, tidak semua bisa dipenuhi. Oke, perjalanan kami berlanjut sam

Mengenal Matematika dari Dapur

Pagi ini Sabrina ikut Bunda ke pasar. Dan seperti biasa, Sabrina selalu kegirangan. Kata-kata yang selalu melekat di pikirannya sejak setahun yang lalu adalah "Ke pasar mau beli sayur!", heheee...Entahlah apa alasan di balik melekatnya kata-kata "sayur" jika kami hendak pergi ke pasar. Tapi kini, semakin bertambah usia dan kosakatanya, Sabrina semakin bisa menguraikan tentang aktivitas yang dilakukannya. "Na, hari ini kita mau ke pasar, kita mau beli apa ya?", Saya mencoba bertanya. "Hmm..beli sayur!", "Sayur apa?", "Sayur ayam" 😂. "Ooh, sayur bayam ya", "Iya" ujarnya. "Terus mau beli apa lagi?", "Beli ikan, bawang,hmmm.." lalu gadis kecil ini berpikir. Pemandangan yang lucu di pagi hari saat berbincang bersama Sabrina. Banyak aha momen yang saya rekam saat kami di pasar, tapi sayangnya karena saya tidak membawa hp, jadi tidak bisa didokumentasikan.  Saat hendak berangkat ke pasar S

Ada Matematika di Rumah Kita

Alhamdulillah akhirnya berhasil posting perdana ngerjain tantangan kuliah Bunsay#2 di blog. Antara excited dan ragu. Excited karena bisa melakukan hal baru yang semakin menantang. Ragu, kira-kira bisa konsisten gak ya nulis di blog? Apalagi saya newbie dengan dunia blogging. Tapi, karena pengen belajar dan nyoba hal baru, akhirnya nyemplung juga deh. Nah, apa sih tantangan di game level 6 ini? Ternyata tantangannya adalah menemukan matematika di sekitar kita. Duuuh...tiba-tiba kening berkerut, Alasannya karena sepertinya saya jarang memberikan stimulasi yang berkaitan dengan matematika kepada Sabrina. Tidak seperti tantangan level #5 yang lancar jaya karena membaca memang sudah jadi rutinitas harian kami. Akhirnya dengan jurus memposisikan diri sebagai fasilitator dan observer insyaallah siap memulai tantangan kali ini dengan penuh suka cita. Tak perlu lagi berpikir serumit apa mengajarkan matematika pada anak tiga tahun, tapi cukup nikmati saja proses sambil mengumpulkan puzzle

Aliran Rasa Game Level 5 "Membangun Keluarga Literasi"

Apa yang kami dapatkan dari sebuah proses membangun keluarga literasi? Pertama, kami diingatkan kembali tentang arti sebuah niat sebelum melakukan amal. Betapa kekuatan niat sangat menentukan ke arah mana proses ini akan tertuju Niat yang telah menggiring kami untuk fokus pada tujuan Betapapun banyak lika liku yang kami hadapi Kedua, tentang konsistensi Kami kini semakin memahami bahwa konsistensi bukanlah sebuah hasil yang instan Yang bisa diperoleh dengan "ramuan" dan "mantra" ajaib agar semua berjalan  sesuai keinginan Bukan pula sekedar melaksanakan tips & trik agar tak pernah bosan dalam membaca Karena konsistensi adalah buah dari kesabaran dan keikhlasan Untuk berjibaku menikmati proses dengan fokus pada tujuan bukan pada hasil Ketiga, tentang literasi itu sendiri Akhirnya di tantangan kali ini kami menyadari Bahwa membaca bukan sekedar belajar mengeja huruf menjadi kata hingga akhirnya menjadi kalimat bermakna Bahwa membaca bukan sekeda

Pohon Literasi Kami

Alhamdulillah hari ini adalah hari terakhir kami menjalani tantangan game level 5. Rasanya baru kemarin kami menggunting kertas warna, kemudian menempel bersama di ruang tamu. Ya, kami membuat "pohon literasi" yang kala itu masih tak berdaun, artinya belum ada buku yang kami tulis. Sebelumnya habit literasi dalam keluarga kami hanya mengalir begitu saja tanpa motivasi yang jelas apalagi ada inovasi, bahkan sekedar untuk membuat pohon literasi agar kami semua lebih semangat membaca lagi. Tapi kini, tujuh belas hari yang sudah dilewati memberikan banyak hikmah dan pembelajaran kepads keluarga kecil kami. Teruntuk Sabrina, putri kecil kami, membaca dan bercerita telah menjadi aktivitas harian yang dia suka. Aktivitas ini mampu membuatnya tertawa dan berbicara, mengeluarkan imajinasinya di masa balita. Semoga kelak Sabrina bisa mencintai ilmu dan mengetahui banyak hal lewat membaca. Semoga Sabrina tetap bahagia jikalau bunda sekedar memberi kado buku cerita 😬 Teruntuk suami

Membaca Buku: Antara Kesadaran dan Kebutuhan

Hari ini sesekali bolehlah bunda menceritakan isi bacaan bunda lebih detail lagi. Alasannya satu, karena Sabrina lagi hobi baca buku itu-itu lagi 😂. Jadi bukan buat pencitraan bundanya "ketagihan" baca buku ya. Jadi ceritanya besok adalah deadline bunda untuk mengumpulkan tugas akhir di group sebelah 😅. Dan, sejak beberapa hari yang lalu, hal itu akhirnya memotivasi bunda untuk kembali membuka beberapa buku yang masih tersusun rapi dan rak. Apa yang bunda baca? Semua buku seputar tumbuh kembang anak dan stimulasi serta permainan untuk anak. Di satu sisi bikin excited banget karena jadi banyak ide, di sisi lain inget sama eksekusi yang seringkali "mandek". Dapet ide dari bacaan sekedar nyampe fase "euforia" doang, kan jadi malu sendiri😓. Saya jadi ingat tentang gimana level literasi saya beberapa tahun lalu, tepatnya saat masih kuliah. Ternyata mau "nongkrong" di perpus, mau ngoleksi bacaan jurnal di leptop, dan mau bawa buku ratusan halam

Yuk Jalan-Jalan ke Perpustakaan

Hari ini tanpa direncanakan akhirnya kami mengajak Sabrina ke perpustakaan lagi. Setelah sebelumnya kami pernah sengaja "jauh-jauh" ke Jakarta untuk mengajak Sabrina ke perpustakaan di Jakarta, niatnya waktu itu karena ada playground nya yang konon katanya luas juga. Eh nyampe sana malah lagi gak buka😅😂. Flashback satu tahun yang lalu, ternyata Sabrina memang sudah senang dengan buku sejak dulu. Masih ingat saat pertama sampai sana, gadis kecil ini kegirangan naik-naik rak buku ngambil buku sendiri. Sambil jinjit diambilnya satu demi satu buku, lalu duduk di meja kecil sambil minta dibacakan. Untung saat itu pengunjung perpusnya baru kita aja, wkwkwk...karena emang kepagian😂. Nah, hari ini kita gak jauh-jauh ke Jakarta, karena kita main ke perpustakaan masjid UI. Karena masih pagi suasananya juga masih sepi, karena mahasiswa masih pada di kelas😬. Walhasil, Sabrina juga dibolehin masuk, meskipun cuman sebentar juga. Alasannya karena kami sadar diri, ketika Sabrina mulai

Buku Murah Bukan Berarti "Murahan"

Tak terasa sudah dua minggu kami menjalani tantangan game level 5. Sebenernya tantangan ini sudah dijalani sebelumnya secara rutin, tapi dengan adanya tantangan ini seperti biasa membuat sesuatu yang dijalani secara "mengalir" itu tanpa sadar menjadi fokus dikerjakan dan lebih konsisten walaupun belum bertarget spesifik. Apakah selama empat belas hari menjalani ini kami merasa bosan? Hmmm..kayaknya sih gak bosan, malah ketagihan untuk lebih "menantang" diri. Tak sekedar berhenti di fase membaca tapi juga menuliskan dan membagikannya. Wah kayaknya "berat" ya, tapi semoga kalau sudah ada niat, bisa berproses untuk dieksekusi. Hari ini Sabrina membaca buku lama yang kami beli sekitar dua tahun yang lalu. Ya, buku-buku "murahan", alias buku diskon yang harganya gak nyampe sepuluh ribu😂. Kayaknya ibu-ibu emang selalu laper ya kalau denger kata diskon😆, termasuk buku. Tentang buku bacaan, saya pribadi termasuk yang selektif untuk membeli buku. Bi

Kata-kataku Mencerminkan Buku Bacaanku

Sebagai seorang ibu, fase yang penuh dengan tantangan yaitu saat anak mulai menjadi peniru ulung dari lingkungan sekitarnya. Entah itu dari kita sendiri sebagai orangtua, teman bermain, tontonan, bahkan buku bacaan. Ketika di fase ini, setiap hal yang negatif maupun positif mudah terserap oleh anak-anak, apalagi jika itu dilihat, didengar, dan diucapkan berkali-kali. Nah, Sabrina pun demikian. Sempat suatu waktu saya dan suami berdiskusi tentang Sabrina, khususnya tentang diksi-diksi baru yang didapatkan, yang tanpa sadar sebenarnya kami tidak pernah mengajarkan secara khusus kata-kata itu, tapi ternyata dari keseharian kami berbicara, diam-diam Sabrina menyerap dan memperhatikan. Hingga suatu waktu beberapa kata bahasa sunda keluar dari mulut mungilnya. "Duduk didieu!","Sabrina kenyang, teurab!", dll 😆 Ternyata di lain kesempatan diksi Sabrina muncul dari buku yang sering dibacakan kepadanya, pun tentunya memang sering dalam beberapa momen kami mengulang terus k

Banyak Ilmu dari Buku yang Berdebu

Hari ini gak sengaja saya melirik deretan buku di bagian atas lemari yang nampaknya jarang dilirik dan disentuh😂, termasuk oleh Sabrina. Karena memang posisinya butuh effort buat ngambilnya, alias ketinggian. Jadi Sabrina harus jinjit maksimal buat ngambil bukunya. Nah, selepas magrib adalah waktu kami bercengkrama entah bermain bersama ataupun membaca. "Nak, mau baca buku gak?", "Mauu" ujarnya dengan penuh antusias. "Oke, kita baca buku dari Oma ya!","Iya". Akhirnya saya coba ambilkan tiga buah buku yang sudah "berdebu". Selain karena buku ini "bersejarah" banget, buku ini juga udah lama gak dibaca. Jadi, ceritanya tiga buah buku ini adalah buku saat ayahnya Sabrina masih SD 😂. Tapi Oma masih nyimpen dengan baik bukunya, bahkan ampe bisa "diwariskan" ke Sabrina. Entahlah apa memang disengaja disimpan atau memang keselip aja, karena waktu itu nemu buku ini juga dinderetan buku-buku jadul yang sudah berdebu. Seper

Bunda, Biarkan Aku Memilih Buku Kesukaannku

Mendampingi tumbuh kembang anak di usia batita memang penuh tantangan. Jika saat bayi rutinitas harian anak lebih mudah diatur dan diprediksi, namun kini tidak lagi. Jika sebelumnya soal pilihan orang tua banyak memegang "kendali", namun kini sudah tidak lagi. Apalagi anak mulai memasuki usia egosentris di mana semua terpusat pada dirinya. Dan begitulah Sabrina kini. "Ini buku aku!", "Ini baju aku!", "Gak mau baju ini, mau yang ini aja!". Begitulah beberapa cuplikan percakapan yang terdengar tiap hari. Bahkan, ketika saya sedang membaca buku, menulis, mengaji, tak jarang Sabrina ingin melakukan hal yang sama. Maka solusinya, harus selalu diikutsertakan dalam kegiatan kita. Jika saya sedang membaca buku, maka saya tawarkan buku miliknya, jika gak mau juga, saya ajak Sabrina duduk dipangkuan untuk ikut membaca buku yang saya baca. Biasanya gak bertahan lama, tapi sekedar memberikan kesempatan untuk mencoba hal-hal yang ingin dilakukannya. Hari

Membaca, Mengenalkan Anak pada Pencipta

Masa kanak-kanak merupakan masa di mana kita membentuk sebuah fondasi. Mungkin itu diksi yang saya ambil. Ya, tentang fondasi yang kelak akan membentuk kokohnya kepribadian seorang anak kelak, bahkan saat dia bertumbuh menjadi dewasa. Salah satu hal yang paling penting untuk dikenalkan dan dikuatkan fondasinya saat anak-anak adalah tentang konsep tauhid, mengenalkannya pada Sang Pencipta dan Pengatur, Allah SWT. Hal ini mungkin menjadi fase yang "sulit" namun sangat menentukan tentang bagaimana sosok anak kita beberapa tahun ke depan. Hal yang mungkin seringkali membuat orangtua kebingungan adalah di saat anak mulai kritis bertanya, tentang apa? siapa? bagaimana? kapan? dimana?.  Saat ini, saya berada di fase "mengenalkan" kepada Sabrina tentang konsep ini. Bagaimana berusaha menumbuhkan kepekaan seluruh indranya untuk sampai kepada keimanan. Hal sedehana dalam percakapan harian kami. "Nak, siapa yang menciptakan awan?", "Allah" dengan spont

Bunda, Aku Sudah Bisa Cerita

Ada satu kejadian unik yang terjadi hari ini. Maka, momen ini segera saya abadikan dalam sebuah foto candid, tentang aktivitas Sabrina. Jika hari-hari sebelumnya Sabrina lebih sering minta dibacakan buku, tapi kini di tengah aktivitas hariannya Sabrina tiba-tiba punya inisiatif sendiri untuk memilih dan membaca buku miliknya. Tentu bukan membaca dalam arti sebenarnya ya, karena Sabrina sendiri belum bisa membaca. Tapi, Sabrina berusaha mendeskripsikan dengan suara lantang dan gaya bicara khasnya. Dari kejauhan saya amati, betapa banyak hal yang dia tiru dari orang tuanya. Bahkan gaya bercerita pun ditirunya😂. Dengan penuh ekspresi Sabrina membuka setiap lembar buku, sambil mencoba bercerita "Wah, kaka mau sekolah ya", "Ini bayi digendong ibu", dan banyak kalimat lain meluncur dari mulut mungilnya. Sesekali Sabrina memanggil nama saya, sekedar bertanya "Bunda ini apa?" sambil menunjuk gambar yang tidak dipahaminya. Siang ini, saat saya ke kamar, tiba-t