Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2020

Self Healing dengan Terapi Al-Qur'an

Tak terasa #tantangan30hari sudah memasuki pekan kedua. Alhamdulillah sejauh ini saya masih semangat dan konsisten untuk menuliskan jurnal pembelajaran saya di blog ini. Tujuannya semata agar saya bisa fokus untuk terus meng- upgrade diri, meniti setiap tangga perbaikan diri, susah senang, lelah, bosan yang mungkin datang silih berganti. Namun, tujuan di depan sana yang selalu menjadi pengingat untuk tidak berhenti di tengah jalan.  Saya bersyukur, saat di tahap ulat-ulat, selain bergabung dengan keluarga manajemen emosi, saya juga bisa belajar di keluarga manajemen ruhiyah dan ibadah. Memang sejak awal saya ingin mendapatkan ilmu, baik secara filosofis terkait tazkiyatun nafs maupun aspek teknis manajemen emosi secara umum. Dan alhamdulillah saya mendapatkan itu semua di dua keluarga yang saya ikuti. Di tahap kepompong ini, saatnya saya melakukan proses relearn dari berbagai informasi yang saya dapatkan. Tentang tazkiyatun nafs ini mungkin sulit menentukan parameter kuanti

Mengoptimalkan Produktivitas dengan Qailullah

Alhamdulillah, tidak terasa sudah sepekan saya melalui #tantangan30hari. Dalam jurnal pembelajaran yang saya tulis setiap hari, saya semakin menyadari bahwa self healing merupakan sebuah PROSES tanpa henti, yang memerlukan upaya yang sungguh-sungguh untuk terus memperbaiki diri. Ya, tidak ada tips cepat dan instan, kecuali adanya kesadaran dari diri kita untuk melakukan self healing . Ketika kemarin latihan tidur berkualitas saya masih belum sesuai target, hari ini saya coba upayakan untuk berlatih 'tidur siang' ( qailullah ), yang menurut referensi dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Karena beberapa pekan terakhir masalah tidur ini benar-benar mengganggu produktivitas saya, termasuk membuat emosi dan fisik saya tidak stabil, maka saya benar-benar concern untuk meningkatkan kualitas tidur. Setelah membaca berbagai referensi, akhirnya saya menemukan benang merah bahwa kita harus memahami setiap hak dan kebutuhan diri kita sendiri, termasuk di dalamnya kebutuhan untuk tid

Self Healing dengan Latihan Tidur Berkualitas

Banyak hal dalam keseharian kita yang sering disepelekan. Padahal menjadi salah satu kunci yang mempengaruhi produktivitas. Salah satunya adalah masalah tidur. Bagi sebagian orang mungkin tidur dianggap sebagai kebutuhan yang bersifat otonom yang tidak akan ada kendala. Memang, tidur merupakan kebutuhan jasmani yang muncul dari stimulus internal yaitu fisiologis tubuh kita. Berarti secara teori ketika kita ngantuk seharusnya akan mudah tidur terlelap dan bangun dengan segar untuk beraktivitas. Sayangnya pada sebagian orang, termasuk saya pribadi, ada kendala tersendiri untuk merealisasikan ini. Oleh karena itu, tidur yang berkualitas menjadi salah satu hal yang harus saya latih di #tantangan30hari ini. Apalagi beberapa hari terakhir, waktu tidur yang kurang dan tidak nyenyak membuat emosi saya juga kurang stabil. Sejak menikah, saya sering berdiskusi dengan suami untuk meminta saran dan tips kenapa beliau sangat mudah sekali tidur dengan lelap. Bisa dibilang jika sudah ngantuk dal

Latihan Identifikasi Berbagai Jenis Emosi pada Orang Sekitar

Perjuangan untuk melakukan #tantangan30hari saat weekend memang lebih menantang. Karena terkadang sudah ada framing kalau weekend itu waktu untuk rebahan. Hal itu tanpa sadar membuat kita lupa dengan target yang sudah ditetapkan. Padahal family time kita bisa diisi dengan kegiatan yang tetap produktif dan memberdayakan, meskipun dalam suasana liburan. Yang jelas, mind set itu penting sekali untuk membentuk action kita. Akhirnya weekend ini pun, saat niatkan untuk tetap berlatih melanjutkan #tantangan30hari. Setelah kemarin saya berlatih mengidentifikasi emosi pribadi, belajar memahami diri saya sendiri, maka hari ini saatnya saya belajar memahami emosi orang-orang di sekitar saya, khususnya anak-anak dan suami.  Mungkin terkadang kita berpikir, apa sih fungsinya kita belajar memahami emosi orang? apakah hanya sekedar agar kita berempati? Namun, ternyata tidak demikian. Ketika kita bisa mengidentifikasi emosi orang lain, maka itu sangat membantu kita untuk memberi respon

Puasa dari Distraksi Saat Beres-Beres Rumah

Perjalanan belajar di kuliah Bunda Cekatan tak terasa sudah sampai di tahap kepompong. Rasanya baru kemarin saya melahap banyak makanan dan cemilan bergizi di kelas ulat-ulat, berkenalan dengan orang baru di virtual camp bahkan saling berbagi hadiah. Namun, kini saya harus memasuki tahapan baru di kelas kepompong, bukan lagi semata untuk learn dan knowing  (mengetahui hal baru), tapi justru menjadi fase untuk lebih mengenal diri sendiri ( being ). Mungkin ke depan akan banyak kontemplasi yang dilakukan khususnya untuk relearn (mengkontruksi ilmu yang paling cocok dengan kebutuhan kita). Dongeng perdana dari Ibu Septi di kelas kepompong membuat saya banyak merenung, betapa beliau selalu menyampaikan hal-hal filosofis yang menyentil saya untuk terus memperbaiki diri. Nah, termasuk bagaimana beliau bercerita tentang filosofi ulat menjadi kepompong di mana mereka akan berpuasa, untuk selanjutnya mereka akan berubah menjadi kupu-kupu cantik. Dan semua itu tidak terjadi secara instan

Latihan Identifikasi Berbagai Jenis Emosi

Dalam interaksi kita sehari-hari, kita akan menjumpai berbagai jenis orang dengan karakter yang berbeda-beda. Ada orang yang mungkin sangat ekspresif, begitupun sebaliknya "lempeng" alias "cool", tak terlalu suka mengekspresikan perasaannya. Namun, hakikatnya setiap orang memiliki emosi dalam dirinya, entah itu dia ekspresikan secara langsung maupun tidak. Sejak masuk di keluarga manajemen emosi banyak sekali hal menarik yang baru saya ketahui, salah satunya tentang jenis emosi itu sendiri. Mungkin mayoritas kita berpikir bahwa emosi itu erat kaitannya dengan marah. Padahal tidak demikian, emosi itu banyak sekali jenisnya, termasuk turunannya, dan tidak berarti emosi itu identik dengan marah, karena emosi itu ada yang positif dan ada yang negatif.  [Macam-Macam Emosi] Hari ini saya belajar berlatih mengidentifikasi emosi yang ada dalam diri saya pribadi, yang ternyata berperan penting untuk proses self healing , yaitu salah satunya agar kita memberi respo

Self Healing dengan Teknik Reframing

Hasil belajar di keluarga "Inside out Family" yang cukup berkesan bagi saya adalah tentang teknik "reframing". Saya sebenarnya tahu tentang teknik ini pertama kali ketika membaca buku "Enlightening Parenting", kemudian istilah itu semakin familiar ketika menyimak diskusi di keluarga manajemen emosi. Nah, hari ini pun dan hampir setiap hari ada saja tantangan yang menguji saya untuk bisa mengaplikasikan teknik reframing ini. Terkadang kita sering memberikan framing terhadap suatu peristiwa. Nah, reframing merupakan teknik untuk mengubah cara pandang kita untuk memilih respon yang memberdayakan dan memberi makna baru. Misalnya saja hari ini saya berlatih reframing dengan fakta anak saya tidak mau membaca iqra. Biasanya seringkali saya membuat framing kalau anak malas dan susah nurut, kemudian muncul respon mengomel. Akhirnya saya mencoba melakukan reframing bahwa anak mungkin bosan dengan cara belajar yang saya sampaikan, maka responnya akhirnya mem

Self Healing dengan Teknik Sadar Nafas

Hari ini saya mencoba mengaplikasikan teknik sadar nafas sebagai bentuk self healing . Sebelumnya di keluarga manajemen emosi sudah pernah dibahas tentang teknik ini. Nah, PR bagi saya saat ini yaitu mengaplikasikannya dalam keseharian. Awalnya saya berpikir kalau bernafas itu hal yang otomatis dan mudah untuk kita lakukan. Namun, ternyata bernafas secara "sadar" itu justru butuh latihan. Pagi ini tiba-tiba di beranda youtube ada video berdurasi pendek (kurang dari 5 menit) tentang bagaimana para petugas medis di negara China dan Italia berkerja dalam menangani pasien yang terinfeksi virus covid 19. Tiba-tiba hati saya terketuk untuk menonton video tersebut. Tentu tujuannya bukan untuk “meracuni” pikiran dan menambah stress serta kepanikan. Namun, saya justru ingin mengambil hikmah positif dari ujian ini, sekaligus melatih reframing dari peristiwa yang kita alami dalam keseharian. Setelah menonton video tersebut, saya terdiam sejenak, sambil merenung betapa ada hal y

My Self Healing Project

Hari ini perdana saya melakukan tantangan 30 hari di tahap kepompong, kuliah Bunda Cekatan. Jadi, kami diminta untuk memilih salah satu topik ataupun subtopik dari mind map yang sudah dibuat sebelumnya di tahap telur-telur. Nah, akhirnya setelah merenung beberapa waktu, saya memutuskan untuk menjalankan tantangan 30 hari berkaitan dengan topik tazkiyatun nafs / self healing yang merupakan topik utama yang saya pelajari di keluarga manajemen emosi “Inside out Family”. Hal ini menjadi prioritas saya untuk menjadi cekatan. Mengapa? Karena tantangan dalam keseharian saya, khususnya di tengah kondisi pandemi dengan harus berdiam diri di rumah sangat menantang “kewarasan” dan ketenangan saya sebagai seorang individu, istri maupun ibu. Memang keseharian saya sebelumnya juga lebih banyak di rumah, karena memang memilih totalitas menjadi ibu rumah tangga, meskipun tentu ada juga kegiatan di luar rumah yang rutin dilakukan. Namun, saat ini tantangan bertambah dengan banyaknya kepanikan,

Bertualang Mencari "Buddy"

Tak terasa perjalanan di kelas Ulat-Ulat sudah memasuki pekan terakhir. Alhamdulillah bersyukur bisa sampai di tahap ini meskipun harus tertatih-tatih. Pekan terakhir Kelas Ulat-Ulat, kami diberi tantangan untuk menemukan "Buddy". Apa itu buddy ? Buddy adalah orang yang dekat dengan kita, selalu bersama dalam suka dan duka, dan teman seiring seperjuangan kita dalam menghadapi setiap tantangan.  Alhamdulillah Allah mempermudah saya untuk menemukan buddy yang "klik", yang tidak lain adalah teman di kelas Bunsay Depok. Ya, beliau adalah Bunda Annisa Novita Dewi atau sering disapa Mak Vivi. Betapa bahagianya ketika Mak Vivi menyambut hangat lamaran saya. Tak perlu waktu lama, kami pun langsung "nyambung" untuk ngobrol saling berbagi peta belajar, ilmu apa yang sudah didapatkan sampai dengan tahap ulat-ulat, termasuk ngobrol untuk mengalirkan rasa selama di perkuliahan Bunda Cekatan. Banyak hal yang sama yang kami rasakan selama mengikuti perkuliahan

Refleksi Belajar

Setelah beberapa pekan saya bertualang di "The Jungle of Knowledge" untuk mencari "makanan" bergizi, menikmati camilan, berkenalan dengan teman baru di virtual camp, termasuk saling berbagi hadiah, maka pekan ini saatnya untuk rehat sejenak. Saya akan merefleksikan proses belajar yang sudah saya lewati untuk kemudian melakukan proses unlearn  yaitu "melepaskan" semua yang sudah dipelajari, untuk mengkoneksikan satu persatu ilmu yang sudah didapat dan memfilter apakah ilmu tersebut sudah tepat. Tahap pertama yang harus dilakukan yaitu melakukan klasifikasi makanan utama, cemilan, hadiah termasuk tema dan subtema nya. Makanan utama saya dapatkan melalui tiga keluarga utama yang saya ikuti yaitu keluarga manajemen emosi, manajemen ruhiyah dan ibadah, serta manajemen komitmen dan konsisten (sub keluarga manajemen waktu). Tiga keluarga ini saya pikir sudah cukup menunjang bagi saya untuk menyantap makanan bergizi sesuai dengan mind map yang sudah dibuat se