Skip to main content

Posts

Showing posts from 2018

Belajar Konsisten

Sebenarnya jari ini rasanya sudah mulai kaku untuk merangkaikan deretan huruf menjadi sebuah kata yang bermakna, apalagi kalimat dan paragraf panjang. Ya, tak terasa berminggu-minggu lamanya, blog pribadi menjadi "sarang laba-laba". Setelah berakhir masa belajar di kelas bunda sayang, secara otomatis tidak ada lagi "kewajiban" untuk menuliskan tantangan setiap level. Nah, otomatis rasanya kurang ada motivasi lebih untuk menulis secara rutin dan konsisten setiap hari. Problem vakumnya menulis rasanya terjadi berulang kali. Pasti dalam kurun waktu satu tahun, ada masa di mana saya sangat produktif untuk menulis, membaca, membuat quotes penyemangat, menuliskan berbagai perencanaan, dsb. Namun, ada masa di mana semua rutinitas itu tanpa sadar ditinggalkan begitu saja. Dari kejadian yang berulang kali itu, akhirnya saya sempat "berkontemplasi", mencoba merenung dan mencari jawaban. Kira-kira kenapa ya semua ini bisa terjadi berulang kali. Nah, dari hasil ev

Belajarnya Seorang Ibu

Alhamdulillah setelah sekian lama tidak "upgrading" diri sebagai seorang ibu, akhirnya bisa kembali mengikuti seminar tentang anak. Ya, setelah menikah dan punya anak, entah kenapa sepertinya untuk mengedukasi diri itu terasa banyak tantangan. Padahal sih sebenarnya banyak "alasan" saja 😂. Di era berkembangnya multimedia yang begitu pesat, sebenarnya para ibu bisa mengambil banyak manfaat untuk mengedukasi dirinya. Kemudahan akses informasi melalui teknologi multimedia membuat sesuatu yang awalnya sulit dijangkau kini dengan mudah berada di depan mata. Bisa diibaratkan hanya dengan tombol "klik" di papan keyboard laptop atau hp nya, kini para ibu bisa mendapat beragam informasi dalam waktu sekajap. Kita bisa memulai dengan pertanyaan sederhana di pagi hari. "Apa yang ingin saya ketahui hari ini?". Nah, dari pertanyaan itu mungkin akan muncul rentetan pertanyaan lain setiap harinya. Beberapa mungkin ada yang relevan dengan kejadian yang kita

Belajar dari Anak, Kenapa Tidak?

Suatu ketika saya pernah melihat ada orangtua yang sedang "menasehati" anak balitanya dengan jari tangan menunjuk tepat di hadapan balita yang berwajah polos tanpa dosa. "Kamu itu kenapa sih gak pernah mau nurut sama ayah? Telinganya ditaro dimana?". Saya hanya bisa menatap tajam sambil mengelus dada. Melihat balita itu menangis dengan suara melengking khas anak balita. Saya hanya melihat ekspresi balita itu seolah tak bisa membela diri untuk sekedar berbicara satu dua patah kata. Maka, hanya tangisanlah yang menjadi pilihan untuk mengungkapkan rasa. Saya pun sama, pernah sesekali atau berulang kali melakukan kesalahan yang sama. Ya, kesalahan dalam pengasuhan kepada anak hanya gara-gara masalah yang mungkin sepele. Anak menumpahkan makanan, anak memecahkahkan piring, anak gak mau makan, anak gak mau mandi, serta puluhan daftar lainnya yang bisa jadi menjadi permasalahan yang sama bagi para orangtua di mana pun berada. Hanya karena kurang bersabar, seringkali &

Aliran Rasa "Keluarga Multimedia"

Rasa senang bercampur haru mungkin yang pertama kali bisa diekspresikan setelah melewati tantangan level 12. Ya, tanpa terasa kelas Bunda Sayang Batch#2 sudah selesai. Rasanya masih teringat memori pertama kali mengerjakan tantangan. Dengan penuh semangat dan antusias, masih mencoba meraba-raba apakah yang dikerjakan sudah benar atau tidak. Namun, ternyata seiring waktu dan proses yang dijalani, tidak ada penilaian "salah" atau "benar", gagal atau berhasil, karena setiap orang memiliki prosesnya masing-masing dengan tantangan yang unik di setiap levelnya. Bahkan akhirnya saya mengenal istilah "false celebration". Ya, bagaimana upaya kita untuk senantiasa mampu menggali hikmah dari setiap proses pembelajaran yang kita lewati. Karena dari kegagalan pun ada sisi positif yang bisa kita ambil untuk perbaikan selanjutnya. Saya juga akhirnya teringat proses jatuh bangun mempertahankan semangat dan konsistensi menjalani setiap tantangan dan menuliskannya. Ada ma

Ada Apa dengan Generasi Anak Masa Kini?

Saya sebenarnya bukanlah tipe emak kenikian yang selalu update berita viral di sosial media. Bahkan dulu bisa dibilang saya orang yang gaptek, hahaa.. Kebutuhanlah yang memotivasi saya secara tak langsung untuk membuat akun sosial media, meskipun bisa dibilang tetap saja hanya menjadi pengguna yang pasif, wkwkwk..Aktifnya sewaktu-waktu saja alias musiman untuk memposting sesuatu di sosial media. Saya masih ingat saat SMA teman-teman sudah aktif  menggunakan friendster, berlanjut facebook, twitter, kemudian instagram. Nah, saya? Masih anteng saja mencukupkan diri hanya memiliki email😂. Namun, akhirnya karena kebutuhan saya pun memiliki akun sosial media. Ya, alasannya karena perkembangan teknologi kini bukan lagi sekedar keren-kerenan agar dibilang kekinian, bukan juga supaya terkenal banyak follower,  tapi memang sudah menjadi sarana utama dalam menunjang berbagai bidang kehidupan. Kebayang kan kalau emak gaptek, gak tau cara jual beli online, gak bisa ikut webinar atau kelas onlin

Berbahagialah bersama Anak-Anak Kita!

Episode menjadi seorang ibu bagi saya pribadi menjadi episode yang penuh tantangan. Bisa dibilang episode ini selalu menjadi refleksi tentang bagaimana saya mau menerima dan memahami diri sendiri. Betapa tidak, rasanya setelah menjadi seorang ibu, tanpa sadar memori masa kecil saya pun secara otomatis terekam kembali, entah itu kejadian yang menyenangkan maupun menyedihkan. Alhamdulillah memori saya lebih banyak menyimpan banyak kebahagiaan dibandingkan dengan kesedihan di masa kecil, sehingga persepsi yang muncul saat ini adalah "Anak-anak kita berhak untuk bahagia" Kenapa penting bagi seorang ibu untuk merefleksikan posisinya kini dengan masa kecilnya? Bagi saya, hal tersebut bisa menjadi pengingat sekaligus evaluasi tentang bagaimana kita menjaga amanah dari Allah, yaitu anak-anak yang kini berada dalam pengasuhan kita. Sebagai seorang ibu, seringkali kita memposisikan diri selalu benar, paling tahu, tak bisa dikritik, dsb. Di sisi lain anak adalah pihak yang harus mau m

Aplikasi "Sayurbox"

Kira-kira apa yang menjadi keseharian para ibu selain memasak dan beres-beres rumah? Hmm..mungkin jawabannya akan bervariasi. Namun, salah satunya yaitu belanja sayur. Ya, tentu sebelum memasak hal pertama yang harus disiapkan adalah bahan masakan. Episode masak memasak kini semakin berkembang. Misalnya saja seperti banyaknya aplikasi online yang memuat banyak resep makanan. Begitipun website dan sosial media pribadi yang membagikan foto beserta resep berbagai jenis makanan. Namun, tetap saja ya, butuh "usaha" untuk bisa mengeksekusinya di rumah😊. Di era milenial ini, tentu banyak hal yang sudah berubah. Prinsip efisiensi semakin dioptimalkan. Misalnya saja orang yang tidak sempat memasak karena sibuk bekerja, sakit dan alasan lainnya kini tak usah lagi kebingungan. Mungkin beberapa tahun ke belakang opsinya hanyalah membeli masakan di warung makan ataupun catering . Namun, kini berbagai opsi makanan bisa tersaji di depan mata tanpa harus pergi ke luar rumah, mengantri di

Aplikasi "Cookpad"

Memasak mungkin bisa dibilang menjadi keterampilan dasar yang rata-rata harus dikuasai oleh seorang perempuan. Namun, bukan berarti semua wanita harus "jago" masak atau harus punya hobby masak. Ya, intinya kalau ngobrol dengan orang zaman dulu, mendengarkan wejangan dari nenek atau ibu, pasti ketika berbicara tentang tugas seorang wanita, salah satunya adalah memasak. Saya jadi teringat perjalanan saya mengenal dapur, alat dan bahan masakan serta mulai memberanikan diri memasak tidaklah terlepas dari peran "Mamah". Ya, ibu saya adalah sosok yang pertama kali mengajarkan saya memasak, meskipun tentu tidak secara khusus mengajarkan. Namun, keseharian mamah memasak untuk keluarga menjadi inspirasi dan motivasi tersendiri kenapa akhirnya saya mau belajar memasak. Saya teringat saat SMP mulai sering membantu mamah untuk sekedar mengupas bawang, mencuci sayuran atau menggoreng tahu. Namun, akhirnya obrolan di dapur saat membantu mamah memasak membuat saya akhirnya ta

Mengenal Website Milis Sehat

Sebelum lahir anak pertama, saya sebenarnya sudah berusaha untuk "sedikit" mengedukasi diri tentang dunia parenting, termasuk di dalamnya mulai memunculkan ketertarikan untuk berdiskusi, menonton video, dan membaca buku seputar dunia anak. Baik dari aspek tumbuh kembangnya, kesehatan, sosial emosional, dsb. Namun, ada hal lain yang justru saya lupa, yaitu mempertajam fitrah keibuan saya. Akhirnya yang ada dalam benak saya saat itu adalah kondisi menjadi ibu yang "ideal" tapi lupa dengan realitas keseharian yang harus dihadapi. Menjadi seorang ibu memang memerlukan ilmu, namun realitasnya dalam menjalani peran tersebut tidak cukup hanya bermodalkan teori parenting saja. Justru kesiapan mental, kepecayaan diri, pengorbanan dan keikhlasan menjadi sesuatu yang sulit "dikalkulasi" dengan teori. Ya, semua itu bisa dimaknai ketika para ibu berhadapan langsung dengan tantangan dalam pengasuhan termasuk saat merawat anak. Saat itu mungkin saya menjadi salah sat

Aplikasi Alodokter

Apa yang pertama terpikirkan dalam benak ketika pertama kali mendengar kata "IBU"? Mungkin jawabannya beragam, begitupun ketika kita diminta mendeskripsikan apa yang menjadi tugas seorang ibu. Pasti akan banyak jawaban yang kita temukan. Namun, akhirnya dari sekian pertanyaan tentang sosok seorang ibu, akhirnya saya mampu lebih memaknai ketika Allah berikan kesempatan kepada saya untuk menyandang gelar seorang ibu. Perbincangan tentang sosok ibu dan perannya mungkin menjadi topik yang selalu hangat dibahas di sekitar kita, baik dalam kehidupan bertetangga maupun di sosial media. Tak jarang bahkan perbincangan ini menghasilkan dua "kubu", pro dan kontra, dsb. Tentang ibu bekerja vs ibu di rumah, tentang ibu memberi asi vs ibu memberi susu formula, dsb. Jujur, saya sebagai seorang ibu baru tidak mau masuk ke dalam "lingkaran" ini. Saya lebih senang untuk menyelami berbagai sudut pandang yang ada, meskipun tentu kita harus tetap memiliki prinsip sendiri.

Aplikasi MedicTrust

Saat memiliki anak pertama, qadarullah lumayan sering pergi ke dokter. Tentunya Sabrina sudah memiliki buku kesehatan sendiri setiap pergi ke dokter. Namun, terkadang beberapa kali kesempatan saya tidak membawa buku catatan kesehatan Sabrina, misalnya saat pergi ke dokter gigi. Nah, otomatis catatan kesehatannya ada yang tidak terdokumentasi dengan baik. Akhirnya saya juga mencoba cara konvensional, mencatat di buku lain selain buku catatan dokter. Awalnya sih supaya saya sebagai orangtua dapat mencatat riwayat kesehatan anak, bahkan sejak pertama kali munculnya gejala sakit, apa obat yang diberikan, ataupun menuliskan catatan penting ketika kunjungan ke dokter. Namun, sekali lagi terkadang buku catatan itu "hilang" tercecer entah kemana. Entah jadi bahan coret-coret Sabrina ataupun Bundanya memang seringkali lupa juga untuk mencatat. Sabrina juga sudah dua kali di rawat di rumah sakit. Beberapa kali tes kesehatan pernah dilakukan, misalnya saja tes darah maupun rontgen.

Aplikasi "Rainbow-Journal & Activities"

Sejak menjadi seorang ibu baru rasanya banyak hal positif yang ingin saya lakukan, khususnya untuk fokus mendampingi tumbuh kembang anak. Saya jadi teringat ketika kehamilan anak pertama, saya sudah "rajin" membaca buku parenting , begitupun mencari informasi dari internet. Saya pikir dengan persiapan demikian, tidak akan ditemui banyak tantangan dalam hal pengasuhan. Namun, realitanya tidaklah demikian. Apa yang ada dalam keseharian tidak semudah yang tertuang dalam teori. Salah satu tantangan yang saya hadapi adalah bagaimana menjaga konsistensi untuk fokus dalam mendampingi tumbuh kembang anak dengan "telaten". Artinya secara optimal dan totalitas memberikan perhatian penuh dalam tumbuh kembang anak. Namun, seringkali yang terjadi adalah semangat menggebu di awal, kemudian semakin kesini semakin melemah. Misalnya saja saya mengalami fase naik turun bagaimana supaya konsisten mencatat milestone anak, baik aspek kognitif, motorik, sosial, emosional, dsb. Saat

Aplikasi Chai's Play

Tak terasa sudah sepuluh hari saya menjalani tantangan level 12 kelas bunsay. Kesannya? Semakin menantang dan membuat mata berbinar, ketika mencoba "ngulik" berbagai aplikasi baru, pun akhirnya memfilter beberapa aplikasi yang sudah saya unduh sebelumnya. Tantangan sebenarnya di level 12 ini adalah bagaimana supaya saya sendiri secara bijak tidak terbawa oleh arus "tsunami informasi" yang justru membuat ilmu yang didapat terasa " overload " dan akhirnya sulit untuk diaplikasikan. Saya akhirnya mencoba membuka catatan webinar bersama Ibu Septi, mencoba memaknai kembali tentang keluarga multimedia sesungguhnya. Jangan sampai teknologi sebagai "sarana" yang mempermudah kehidupan kita justru mengambil alih peran kita sesungguhnya, entah sebagai istri maupun ibu di dalam keluarga kita. Rasanya tertampar juga untuk terus bermuhasabah jangan sampai teknologi justru menjauhkan yang dekat. Entah karena akhirnya kita sudah begitu "menikmati" be

Mengenal Montessori

Apakah emak-emak "zaman now" familiar dengan istilah montessori? Sekitar dua tahun yang lalu saya mengenal istilah montessori melalui salah satu group whatssapp. Saat itu kurikulum montessori belum terlalu familiar di kalangan para ibu jika dibandingkan saat ini. Entah karena saat itu saya masih "kuper" karena memang juga masih menyandang ibu baru atau memang tulisan seputar montessori memang belum banyak dipublikasikan di Indonesia. Akhirnya dari sebuah  intelectual curiosity, saya pun mulai menjelajah untuk mengetahui lebih lanjut tentang montessori. Nah, sampailah petualangan saya ke sebuah website  http://indonesiamontessori.com  milik Elvina Lim Kusumo atau lebih familiar disapa MomC. Saya mulai tertarik membaca setiap artikel yang ditulis di website ini. Bahkan akhirnya saya pun menjadi  follower  MomC di instagram, pun memiliki salah satu buku yang beliau tulis.  IndonesiaMontessori.com (IMC) mulai aktif sejak 2015. Ternyata selama kurang dari setahun page

Aplikasi Pregnancy +

Alhamdulillah sudah hari ke-9 "ngulik" berbagai jenis website dan aplikasi. Hasilnya? Alhamdulillah jadi bisa "membuka mata" untuk lebih peka dengan kemajuan teknologi. Walaupun awalnya selalu merasa "gaptek". Saran dari Ibu Septi, untuk konsisten 15 menit setiap hari "ngulik" teknologi juga terasa dampaknya. Ya, walaupun tentu bukan tiba-tiba jadi bisa segala macam yang berhubungan dengan teknologi. Namun, lebih kepada adanya upaya perbaikan dari proses belajar yang dilewati. Sesederhana bisa mengetahui hal-hal kecil yang asalnya tidak kita ketahui. Poin plus nya adalah ketika kehidupan merasa semakin mudah, waktu semakin efektif dan efesien dengan bantuan teknologi termasuk di dalamnya aplikasi. Hari ke sembilan ini saya masih mereview seputar aplikasi kehamilan yang sedang saya perlukan saat ini. Nah, dua hari sebelumnya saya mereview tentang aplikasi "What to Expect'" dan "BabyCenter". Hari ini saya akan mereview ten

Aplikasi Seputar Kehamilan

Salah satu hal yang sering menjadi tantangan seorang wanita pasca menikah adalah tentang bagaimana untuk menghadapi berbagai persoalan seputar kehamilan. Ya, tentunya setiap wanita yang sudah menikah berharap akan melewati fase selanjutnya yaitu menjadi seorang ibu. Saya ingat benar ketika hamil anak pertama, masih minim sekali informasi seputar kehamilan. Bahkan sekedar untuk menjawab mitos atau fakta seputar masalah kehamilan. Perkembangan teknologi memfasilitasi para ibu untuk mendapatkan informasi yang lengkap seputar kehamilan. Termasuk dalam menjawab keluhan yang dialaminya selama hamil. Kini beragam website dan aplikasi pun dapat secara gratis diunduh oleh para ibu. Hari ini saya akan mereview tentang website  https://www.babycenter.com . Sebuah website yang cukup populer diakses oleh para ibu. Bahkan juga banyak diunduh secara gratis di playstore. Seperti aplikasi seputar kehamilan yang saya unduh sebelumnya, aplikasi ini termasuk versi website nya menyediakan berbagai men

Aplikasi "What to Expect"

Salah satu pertimbangan saya dalam memilih sebuah aplikasi yang sesuai yaitu dimulai dengan sebuah pertanyaan retoris "apa yang saat ini sedang saya butuhkan?". Alasannya sederhana, selain akhirnya saya bisa mengatur skala prioritas, pun bisa mengatur kapasitas memori hp yang hampir habis. Artinya saya harus selektif dalam memilih aplikasi apa yang paling saya butuhkan. Salah satu aplikasi yang saat ini saya butuhkan yaitu aplikasi seputar kehamilan. Alhamdulillah saat ini saya sedang hamil anak kedua. Sejak mengetahui saya hamil, salah satu proses memberdayakan diri dengan sesuatu yang positif, dimulai dengai mengunduh aplikasi tentang kehamilan. Tujuannya supaya saya bisa mengedukasi diri dan mencari informasi seputar kehamilan. Saya teringat dahulu pernah mendapat informasi dari instagram seorang dokter yang merekomendasikan aplikasi "What to Expect". Aplikasi ini bisa diunduh secara gratis di playstore. Akhirnya saya mulai menjelajah untuk mengetahui aplikas