Skip to main content

Belajar di Alam Memang Menyenangkan

Beberapa catatan pembelajaran Sabrina yang terdokumentasi dan saya sempat tuliskan adalah tentang minatnya yang tinggi untuk belajar di alam. Meskipun mungkin terlalu dini kalau saya menyimpulkan bahwa Sabrina memiliki bakat dominan naturalis. Tapi, karena usia balita juga anak masih harus diperkaya dengan wawasan, diberikan berbagai stimulasi, maka saya coba jalani itu saja, mengenalkan berbagai aktivitas dalam keseharian kami, salah satunya adalah jalan-jalan di alam.

Memang tinggal di perkotaan tidaklah semudah tinggal di perkampungan untuk bisa mengeksplorasi alam. Namun, alhamdulillah di Depok masih ada beberapa taman kota yang mudah di akses. Setelah minggu sebelumnya Sabrina jalan-jalan dengan ayah ke Lembah Gurame. Pekan ini Sabrina bermain ke taman di UI.

Alhamdulillah meskipun bukan taman khusus untuk bermain. Namun, alam tetap menjadi sarana pembelajaran "gratis" namun banyak manfaat. Salah satunya adalah sarana untuk mengenalkan anak pada pencipta, Allah SWT. Fitrah keimanan memang sudah hadir dalam diri anak-anak kita. Orangtua sangat berpengaruh untuk menjaga fitrah itu termasuk menumbuhkan kesadaran dan kecintaan kepada Allah, Rasul, dan Al Quran. Tentu bagi anak-anak semua itu tidak bisa sekedar dilakukan dengan membaca buku saja atau sekedar bercerita. Mereka perlu melihat sesuatu yang nyata termasuk melihat bagaimana gambaran aktivitas ibadah dari rutinitas orangtuanya di rumah.

Nah, tentang alam, alhamdulillah Sabrina punya satu buku favorit yaitu "Allah Menciptakan Gunung dan Empat Cerita Lainnya". Isinya sangat bagus sekali untuk mengenalkan anak pada pencipta, yang telah menciptakan gunung, laut, malam dan siang, langit dsb. Eksplorasi secara langsung, termasuk saat kami bermain di alam membuat Sabrina semakin terbiasa memahami bahwa Allah itu ada dan Allah Maha Pencipta.

"Siapa yang menciptakan langit?", "Allah" ujarnya. "Siapa yang menciptakan pohon?", "Allah" sahut Sabrina. Pernyaan sederhana yang sering saya tanyakan setiap hari. "Wah ada burung terbang tinggi!" ujarnya sambil menunjuk ke arah langit. "Bunda, lihat ada semut banyak sekali". "Itu ada ayam jago" celotehnya. Termasuk saat Sabrina bertemu kucing, pasti selalu berteriak kegirangan "Bunda, ada meong (kucing)!". Ya, kucing adalah hewan yang sangat Sabrina sukai sejak masih di bawah satu tahun, bahkan bundanya saja takut 😂


Biasanya kalau sudah ketemu kucing tak jarang Sabrina ingin mengusapnya. Apalagi kalau ketemu anak kucing ingin digendongnya. Mengenalkan anak kepada hewan peliharaan penting untuk menanamkan kecintaan kepada hewan ciptaan Allah, termasuk bagaimana merawat, memberi makan, dll nya. Tanpa sadar interaksi di alam telah memberikan banyak ruang untuk pembelajaran baik mengembangkan fitrah keimanan, bakat naturalis maupun interpersonal dalam bersosialisasi. Ya, karena di alam pula pasti anak akan berinteraksi dengan banyak orang. Entah anak-anak sebayanya maupun orang dewasa.

Belajar di alam memang selalu menyenangkan, selain "gratis" juga bisa meningkatkan bonding antara orangtua dan anak

"Bermain di alam bukan sekedar tentang  melihat pohon, mengamati hewan, dan main kotor-kotoran. Namun, lebih jauh dari itu adalah sarana untuk mengajarkan anak tentang keimanan"

#Day9
#Tantangan10Hari
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

Comments

Popular posts from this blog

Pohon Literasi Kami

Alhamdulillah hari ini adalah hari terakhir kami menjalani tantangan game level 5. Rasanya baru kemarin kami menggunting kertas warna, kemudian menempel bersama di ruang tamu. Ya, kami membuat "pohon literasi" yang kala itu masih tak berdaun, artinya belum ada buku yang kami tulis. Sebelumnya habit literasi dalam keluarga kami hanya mengalir begitu saja tanpa motivasi yang jelas apalagi ada inovasi, bahkan sekedar untuk membuat pohon literasi agar kami semua lebih semangat membaca lagi. Tapi kini, tujuh belas hari yang sudah dilewati memberikan banyak hikmah dan pembelajaran kepads keluarga kecil kami. Teruntuk Sabrina, putri kecil kami, membaca dan bercerita telah menjadi aktivitas harian yang dia suka. Aktivitas ini mampu membuatnya tertawa dan berbicara, mengeluarkan imajinasinya di masa balita. Semoga kelak Sabrina bisa mencintai ilmu dan mengetahui banyak hal lewat membaca. Semoga Sabrina tetap bahagia jikalau bunda sekedar memberi kado buku cerita 😬 Teruntuk suami

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

My Body Belongs to Allah (Konsep Thaharah untuk Anak)

Presentasi Kelas Bunda Sayang hari terakhir disampaikan oleh kelompok 3 yang terdiri dari Mbak Annisa Novita Dewi, Mbak Annisa Wahyuningrum, dan Mbak Bilkis Mukhlisoti. Tema yang diambil yaitu tentang "My Body Belongs to Allah (Konsep Thaharah untuk Anak)" 1. Tantangan yang dihadapi yang berkaitan dengan gender a. Fenomena di masyarakat Selama ini ada pemahaman keliru dalam masyarakat tentang pendidikan seksualitas . Banyak orang menyebut istilah “pendidikan seks”. Padahal kata seks lebih identik dengan aktifitas hubungan intim dan alat kelamin. Sedangkan seksualitas mengandung makna yang jauh lebih dalam dan kompleks. Semestinya anak-anak sejak dini diajarkan mengenai pendidikan seksualitas, bukan pendidikan seks. Orangtua sebagaimana yang diamanatkan oleh agama dan tercakup dalam UU Kesejahteraan Anak No.4 Tahun 1979, adalah pihak utama dalam pemberian pendidikan seksualitas tersebut (Elly Risman) b. Pendidikan Seks vs Seksualitas Seks adalah segala sesuatu yang menya