Skip to main content

Refleksi Belajar

Setelah beberapa pekan saya bertualang di "The Jungle of Knowledge" untuk mencari "makanan" bergizi, menikmati camilan, berkenalan dengan teman baru di virtual camp, termasuk saling berbagi hadiah, maka pekan ini saatnya untuk rehat sejenak. Saya akan merefleksikan proses belajar yang sudah saya lewati untuk kemudian melakukan proses unlearn yaitu "melepaskan" semua yang sudah dipelajari, untuk mengkoneksikan satu persatu ilmu yang sudah didapat dan memfilter apakah ilmu tersebut sudah tepat. Tahap pertama yang harus dilakukan yaitu melakukan klasifikasi makanan utama, cemilan, hadiah termasuk tema dan subtema nya.

Makanan utama saya dapatkan melalui tiga keluarga utama yang saya ikuti yaitu keluarga manajemen emosi, manajemen ruhiyah dan ibadah, serta manajemen komitmen dan konsisten (sub keluarga manajemen waktu). Tiga keluarga ini saya pikir sudah cukup menunjang bagi saya untuk menyantap makanan bergizi sesuai dengan mind map yang sudah dibuat sebelumnya. Link bisa dilihat di sini. Peta belajar saya, yaitu "My Growth Journey" pada akhirnya saya revisi untuk fokus pada aspek mind (ilmu fokus dan konsisten) dan soul (tazkiyatun nafs).

Berikut ini adalah hasil belanja gagasan saya selama berpetualang di "The Jungle of Knowledge"

Selain dari sumber ilmu di atas, saya pun mendapat hadiah tentang manajemen gadget dan manajemen waktu ("jangan menunda-nunda"). Saya juga belajar mandiri dari beberapa buku tentang self improvement, produktivitas, dan terapi menyucikan diri dengan Al -Qur'an.

Setelah berkontemplasi, ada beberapa poin penting yang saya refleksikan dari hasil belajar saya selama ini.
1. Apakah makanan yang kudapatkan sudah sesuai dengan kebutuhan makanan yang ada di petaku?
Makanan yang saya dapatkan sudah sesuai dengan yang ada di mind map yang sudah dibuat sebelumnya. Di mind map yang pertama kali saya buat, saya menuliskan tiga fokus ilmu yang ingin dipelajari, yaitu tazkiyatun nafs, ilmu fokus dan konsisten, dan home education. Namun, di jurnal setelahnya saya memutuskan untuk fokus pada aspek mind (ilmu fokus dan konsisten) dan soul (tazkiyatun nafs) sebagai fondasi yang akan saya prioritaskan untuk dipelajari selama kuliah di kelas Bunda Cekatan. 

Hal itu akhirnya yang mendorong saya untuk memprioritaskan masuk ke keluarga yang berhubungan dengan dua aspek tadi, yaitu keluarga manajemen emosi (sebagai keluarga favorit dan keluarga utama saya), kemudian manajemen ruhiyah dan ibadah, serta manajemen komitmen dan konsisten (sub keluarga manajemen waktu).

2. Mana yang lebih banyak kudapatkan selama di hutan ilmu pengetahuan, makanan utama atau cemilan? Mengapa?
Selama di hutan ilmu pengetahuan saya lebih banyak melahap makanan utama saya, karena memang sejak awal saya berkomitmen untuk tetap fokus pada mind map yang sudah dibuat. Prinsip menarik tapi tidak tertarik menjadi salah satu pegangan saya ketika melihat ilmu yang bertebaran di hutan ilmu pengetahuan, pun skala prioritas baik dari segi waktu (untuk belajar) dan fokus saya (untuk bersungguh-sungguh belajar dan mengaplikasikannya) memang baru bisa optimal di dua aspek tadi.

Saya sebenarnya sudah merasa cukup kenyang dengan makanan yang dihidangkan di keluarga manajemen emosi, karena di keluarga ini ada beberapa kulwap yang diselenggarakan dengan materi dan diskusi yang padat. Belum lagi banyak potluck yang dihidangkan dari teman-teman lainnya. Namun, akhirnya saya memutuskan masuk ke keluarga manajemen ruhiyah dan ibadah untuk menguatkan fondasi dan filosofi tentang tazkiyatun nafs, Akhirnya saya mendapatkan penjelasan yang rinci tentang tema utama di mind map yaitu bagaimana proses membersihkan hati kita itu fondasinya kembali kepada tauhid. Materi di keluarga manajemen emosi memberikan pendetailan yang lengkap dari sub tema tazkiyatun nafs yang sudah saya buat sebelumnya, yaitu mulai dari manajemen emosi, afirmasi, self healing, mindfulness, dll

Camilan yang saya makan pun bersesuaian dengan apa yang ada di mind map, yaitu tentang home education (yang memang saya pending untuk masuk ke prioritas utama untuk dipelajari di Kuliah Bunda Cekatan) dan juga tentang ilmu yang ingin saya pelajari di telur merah, misalnya saja tentang manajemen waktu dan manajemen gadget. Adapun cemilan lain yang saya cicipi di Go live FB grup juga memang ada di telur hijau saya, yaitu seputar bermain dengan anak, literasi (membaca & menulis), serta belajar. Begitupun potluck yang saya cicipi masih on track untuk menunjang mind map saya, yaitu seputar manajemen diri, manajemen konsistensi, manajemen emosi dan reframing, serta menata rencana 12 pekan. 

3. Apa yang membuatku bahagia belajar di hutan ilmu pengetahuan?Mengapa?
Saya merasa bersyukur dan bahagia berpetualang sampai ke tahap ini. Yang membuat saya bahagia belajar di hutan ilmu pengetahuan karena banyak momen aha yang saya dapatkan. Ada beberapa momentum yang membuat saya berbinar, yaitu ketika mendapatkan makanan baru berupa ilmu yang memang saya butuhkan dan berkenalan dengan orang-orang baru yang bisa menjadi inspirasi. Momentum “belanja gagasan” menjadi sesuatu hal yang menarik dalam proses pembelajaran di hutan ilmu pengetahuan ini. Dan hal ini mungkin tidak akan saya temui jika saya hanya belajar “mandiri” dan menguyah makanan sendiri tanpa mencicipi potluck dan hadiah dari teman-teman lainnya.

4. Apa strategi belajar yang kurasakan berhasil selama di hutan pengetahuan?
Strategi belajar yang dinilai berhasil selama di hutan ilmu pengetahuan yaitu “belanja gagasan”. Pembelajaran dengan metode ini memunculkan intelectual curiosity saya untuk mengetahui hal baru, termasuk akhirnya mengambil hikmah dan menyusun “puzzle” pembelajaran yang saya butuhkan. Proses belajar dengan “belanja gagasan” menantang saya untuk bisa melakukan proses filtering berbagai informasi yang masuk kemudian melakukan refleksi terkait apa yang sudah dipelajari. Mungkin menurut istilah Ibu Septi itu proses "learn-unlearn-relearn". Dan saya pribadi merasa tertantang di ketiga proses ini.

Bagaimana pada akhirnya fokus kita diuji untuk bisa membuat folder ilmu yang memang kita butuhkan, termasuk men-delete informasi yang memang tidak kita butuhkan. Saya prbadi paling suka dengan tahapan bagaimana merefleksikan hal yang sudah didapat dengan kehidupan sehari-hari. Artinya ada proses kontemplasi untuk bisa membentuk link atau koneksi antara apa yang sudah dipelajari dengan apa yang harus diaplikasikan dalam kehidupan saya pribadi.

5. Apa yang harus kutingkatkan lagi?
Beberapa hal yang harus saya tingkatkan adalah optimalisasi untuk bisa memfilter dan mengkonstruksi ilmu yang sudah didapatkan agar secara bijak memang saya butuhkan. Saya masih merasa "keteteran" dalam hal mengunyah makanan yang banyak saya dapatkan di hutan ilmu pengetahuan, karena saya tipe yang butuh fokus tinggi, butuh untuk mencatat atau membuat resume, sedangkan materi yang didapat cukup banyak, sehingga perlu strategi untuk mengoptimalkan hal ini, terutama dari segi manajemen waktu belajar serta disiplin diri untuk komitmen dan konsisten meluangkan waktu belajar setiap hari.

"Melakukan refleksi pada proses belajar yang sudah dilewati hakikatnya adalah sebuah proses penting untuk memahami makna seorang pembelajar sejati"

#janganlupabahagia
#jurnalminggu7
#materi7
#kelasulat
#bundacekatan
#buncekbatch1
#buncekIIP
#institutibuprofesional

Comments

Popular posts from this blog

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

Apa Perasaanmu Hari Ini?

[Dokumentasi pribadi] Perjalanan membersamai tumbuh kembang anak pertama sungguh memberikan banyak pembelajaran bagi saya pribadi untuk memahami peran seorang ibu. Episode awal menjadi seorang ibu dipenuhi oleh pengalaman yang memungkinkan seorang ibu menjadi orangtua "sumbu pendek". Betapa tidak, hampir setiap jam terdengar tangisan dari seorang bayi kecil di hadapannya. Entah karena lapar, kepanasan, bosan, dsb. Episode berlanjut dengan fase di mana anak mulai sering tantrum. Saat itu saya terkaget-kaget menyaksikan seorang anak balita di hadapan saya yang menangis menjerit tiada henti, bahkan sambil berguling-guling, terkadang meronta. Berbagai jurus pun mulai dicoba mulai dari mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan makanan kesukaannya, mengajaknya keluar melihat teman bermainnya, bahkan menyodorkan gadget berupa video yang bisa membuat tangisannya mereda. Namun, ternyata berbagai cara tersebut juga terkadang tidak berhasil membuat anak berhenti menangis. Nah, y

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany