Skip to main content

Puasa dari Distraksi Saat Beres-Beres Rumah

Perjalanan belajar di kuliah Bunda Cekatan tak terasa sudah sampai di tahap kepompong. Rasanya baru kemarin saya melahap banyak makanan dan cemilan bergizi di kelas ulat-ulat, berkenalan dengan orang baru di virtual camp bahkan saling berbagi hadiah. Namun, kini saya harus memasuki tahapan baru di kelas kepompong, bukan lagi semata untuk learn dan knowing (mengetahui hal baru), tapi justru menjadi fase untuk lebih mengenal diri sendiri (being). Mungkin ke depan akan banyak kontemplasi yang dilakukan khususnya untuk relearn (mengkontruksi ilmu yang paling cocok dengan kebutuhan kita).

Dongeng perdana dari Ibu Septi di kelas kepompong membuat saya banyak merenung, betapa beliau selalu menyampaikan hal-hal filosofis yang menyentil saya untuk terus memperbaiki diri. Nah, termasuk bagaimana beliau bercerita tentang filosofi ulat menjadi kepompong di mana mereka akan berpuasa, untuk selanjutnya mereka akan berubah menjadi kupu-kupu cantik. Dan semua itu tidak terjadi secara instan. Secara fitrah, jika ingin meningkatkan kualitas diri, maka kita harus melakukan puasa.

Ternyata kejutan tantangan pertama di kelas kepompong yaitu kami harus berpuasa selama sebulan, dengan berlatih setiap pekan untuk menemukan apa hal yang dirasa masih "error" dan menjadi gangguan bagi kita untuk bisa produktif. Akhirnya saya memutuskan untuk puasa dari distraksi saat beres-beres rumah. Jadi latar belakang utama saya memprioritaskan puasa hal ini di pekan pertama, karena memang urusan yang sering dianggap "sepele" ini justru menjadi faktor penghambat saya untuk bisa lebih produktif melakukan hal-hal yang membuat saya bahagia, termasuk menghambat mind map yang sudah saya buat. 

Ketika rumah masih berantakan setelah jam 9, sedangkan anak-anak sudah minta ditemani untuk bermain, dsb maka seringkali saya tidak fokus dalam menemani anak-anak. Meskipun saya bermain dan membacakan cerita kepada mereka, tapi pikiran saya masih tertuju pada cucian piring yang menumpuk. Bahkan tidak jarang memicu emosi negatif saya. Nah, harapannya jika puasa ini berhasil dilewati dengan baik, saya bisa melaksanakan mindful parenting serta menjaga "kewarasan" saya untuk fokus pada aktivitas yang membuat saya produktif seperti membaca dan menulis.

Sebelum berpuasa di pekan pertama, saya membuat parameter kuantitatif  untuk mendapatkan badge, yaitu:
  • Excellent= Bisa menyelesaikan tugas beres-beres rumah tanpa distraksi (HP, baca buku, dll) sebelum jam 9 pagi.
  • Very good=Bisa menyelesaikan tugas beres-beres rumah sebelum jam 9 pagi dengan 1x distraksi (HP, baca buku, dll) 
  • Satisfactory=Bisa menyelesaikan tugas beres-beres rumah setelah jam 9 pagi dengan 2x distraksi (HP, baca buku, dll) sebelum jam 9 pagi.
  • Need Improvement= Bisa menyelesaikan tugas beres-beres rumah setelah jam 9 pagi dan dengan 3x distraksi atau lebih (HP, baca buku, dll).
Berikut ini adalah rangkuman perjalanan saya berpuasa selama pekan pertama
Hari ke-1
Alhamdulillah hari pertama puasa beres-beres tanpa distraksi berjalan lancar, mungkin karena efek masih "semangat", meskipun masih terdistraksi untuk 1x mengecek pesan di HP.
Hari ke-2
Hari ini saya ada jadwal kajian online di pagi hari, yang membuat beres-beres rumah selesai di atas jam 9 dan jadi terdistraksi untuk membuka HP.
Hari ke-3
Alhamdulillah hari ke-3 semangat untuk memperbaiki diri hadir kembali, dengan memprioritaskan beres-beres lebih pagi sehingga bisa melakukan family time dengan nyaman. Namun, ternyata masih tergoda untuk mengecek notifikasi HP yang terus berbunyi.
Hari ke-4
Alhamdulillah, akhirnya di hari ke-4 bisa merasakan kenyamanan rumah beres lebih cepat dan tanpa distraksi. Ternyata kuncinya yaitu harus lebih sigap untuk memprioritaskan setelah shalat subuh dan tilawah untuk bersegera pegang sapu dkk. Kalau rumah sudah bersih dipel, mendampingi anak-anak bermain pun jadi lebih menikmati.
Hari ke-5
Alhamdulillah hari ini masih bisa mempertahankan konsistensi untuk tuntas amanah beres-beres rumah tanpa distraksi. Pekerjaan jadi lebih cepat selesai karena terbantu oleh suami yang bisa mengajak main anak-anak karena sedang work from home.
Hari ke-6
Hari ini saya bisa menyelesaikan tugas beres-beres sebelum jam 9, namun terdistraksi karena anak-anak minta berjemur dengan bundanya.
Hari ke-7
Sebenarnya saya memiliki target untuk tidak terdistraksi sama sekali di hari terakhir puasa pekan ini, termasuk target menyelesaikan semua pekerjaan rumah sebelum jam 9. Namun, ternyata hari itu saya sakit. Akhirnya di hari terakhir puasa saya berhasil menyelesaikan tugas beres-beres dengan waktu yang bergeser lebih siang dan diselingi rebahan dan bantuan suami yang sedang work from home.

Berikut ini adalah badge yang saya dapatkan selama sepekan berpuasa. Semoga badge ini menjadi pengingat sekaligus penyemangat bagi saya untuk bisa lebih fokus, komitmen dan konsisten dengan target yang sudah ditentukan.
[Badge Puasa Pekan Pertama]
Alhamdulillah ala kulli hal atas setiap proses puasa yang dilewati. Evaluasi saya pribadi sebenarnya bisa dibilang komitmen dan konsistensinya masih perlu ditingkatkan lagi. Karena, ternyata motivasi eksternal masih mendominasi terealisasinya target harian saya. Misalnya saja, jika memang ada kegiatan kulwap, janji untuk diskusi dengan teman, dsb maka saya bisa mengerahkan segala daya upaya untuk on time, fokus, dan menyelesaikan beres-beres rumah tanpa distraksi. Namun, sebaliknya jika tidak ada amanah lain yang harus ditunaikan, mental "rebahan" dan "santuy" untuk berleha-leha masih sering ada. Alhasil pekerjaan selesai lebih lama, pun terkadang terdistrasi untuk sekedar baca berita online ataupun membalas pesan.

Jadi, PR saya pribadi ke depan yaitu untuk menghadirkan motivasi internal yang kuat agar dalam situasi dan kondisi apapun, baik setelah itu ada kegiatan lain, ada tamu ataupun tidak, namun saya bisa komitmen dan konsisten untuk tuntas beres-beres rumah tanpa distraksi.

#janganlupabahagia
#jurnalpuasamingguke-1
#materi1
#kelaskepompong
#bundacekatan
#buncekbatch1
#buncekIIP
#institutibuprofesional

Comments

Popular posts from this blog

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

Apa Perasaanmu Hari Ini?

[Dokumentasi pribadi] Perjalanan membersamai tumbuh kembang anak pertama sungguh memberikan banyak pembelajaran bagi saya pribadi untuk memahami peran seorang ibu. Episode awal menjadi seorang ibu dipenuhi oleh pengalaman yang memungkinkan seorang ibu menjadi orangtua "sumbu pendek". Betapa tidak, hampir setiap jam terdengar tangisan dari seorang bayi kecil di hadapannya. Entah karena lapar, kepanasan, bosan, dsb. Episode berlanjut dengan fase di mana anak mulai sering tantrum. Saat itu saya terkaget-kaget menyaksikan seorang anak balita di hadapan saya yang menangis menjerit tiada henti, bahkan sambil berguling-guling, terkadang meronta. Berbagai jurus pun mulai dicoba mulai dari mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan makanan kesukaannya, mengajaknya keluar melihat teman bermainnya, bahkan menyodorkan gadget berupa video yang bisa membuat tangisannya mereda. Namun, ternyata berbagai cara tersebut juga terkadang tidak berhasil membuat anak berhenti menangis. Nah, y

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany