Skip to main content

Self Healing dengan Teknik Sadar Nafas

Hari ini saya mencoba mengaplikasikan teknik sadar nafas sebagai bentuk self healing. Sebelumnya di keluarga manajemen emosi sudah pernah dibahas tentang teknik ini. Nah, PR bagi saya saat ini yaitu mengaplikasikannya dalam keseharian. Awalnya saya berpikir kalau bernafas itu hal yang otomatis dan mudah untuk kita lakukan. Namun, ternyata bernafas secara "sadar" itu justru butuh latihan.

Pagi ini tiba-tiba di beranda youtube ada video berdurasi pendek (kurang dari 5 menit) tentang bagaimana para petugas medis di negara China dan Italia berkerja dalam menangani pasien yang terinfeksi virus covid 19. Tiba-tiba hati saya terketuk untuk menonton video tersebut. Tentu tujuannya bukan untuk “meracuni” pikiran dan menambah stress serta kepanikan. Namun, saya justru ingin mengambil hikmah positif dari ujian ini, sekaligus melatih reframing dari peristiwa yang kita alami dalam keseharian.

Setelah menonton video tersebut, saya terdiam sejenak, sambil merenung betapa ada hal yang sering kita sepelekan dalam keseharian, yaitu mensyukuri bahwa kita masih bisa bernafas, menghirup udara dengan normal. Ya, hanya karena Ar-rahman dan Ar-rahim nya Allah SWT, sampai detik ini saya masih bisa merasakan detak jantung dan merasakan nafas yang saya hirup, alhamdulillah.

Cuplikan video itu menggambarkan para petugas medis yang kelelahan menangani pasien yang membludak dan dalam kondisi kritis, sedangkan alat-alat pun terbatas. Ada pula fragmen yang menyorot ungkapan rasa syukur dari seorang kakek paruh baya karena nafasnya bisa membaik setelah mendapat perawatan medis. Di cuplikan video lainnya, ada pemandangan di ruang ICU di mana pasien berderet terpasang ventilator sebagai alat bantu supaya dia masih bisa bernafas dan bertahan hidup.

Pada akhirnya saya tersadar untuk mau mensyukuri hal-hal yang terkadang saya sepelekan. Saya mencoba mempraktekan teknik sadar nafas ini setelah melaksanakan shalat. Ya, saya coba hirup nafas dalam, sambil memejamkan mata beberapa detik, merasakan menghirup udara di ruangan di mana saya duduk, sambil secara sadar mengkoneksikan diri saya dengan Allah, merasakan bahwa Allah begitu dekat, mendengar setiap doa yang terucap, melihat diri kita dan menyembuhkan luka yang ada di jiwa. Apa yang saya rasakan? Pikiran saya menjadi lebih rileks, MasyaAllah..semoga teknik sadar nafas ini bisa rutin saya lakukan, minimal bisa saya praktekan 5 menit setelah shalat lima waktu.

Di hari kedua tantangan 30 hari, saya memberi badge excellent karena sudah berhasil memenuhi target yang sudah saya tentukan sebelumnya. Semoga esok hari proses self healing yang saya lakukan semakin menghadirkan ketenangan dan kebahagiaan ☺️

[Quotes  Hasil Refleksi Belajar Hari ini]

#tantangan30hari
#kelaskepompong
#bundacekatan
#institutibuprofesional
#day2

Comments

Popular posts from this blog

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

Apa Perasaanmu Hari Ini?

[Dokumentasi pribadi] Perjalanan membersamai tumbuh kembang anak pertama sungguh memberikan banyak pembelajaran bagi saya pribadi untuk memahami peran seorang ibu. Episode awal menjadi seorang ibu dipenuhi oleh pengalaman yang memungkinkan seorang ibu menjadi orangtua "sumbu pendek". Betapa tidak, hampir setiap jam terdengar tangisan dari seorang bayi kecil di hadapannya. Entah karena lapar, kepanasan, bosan, dsb. Episode berlanjut dengan fase di mana anak mulai sering tantrum. Saat itu saya terkaget-kaget menyaksikan seorang anak balita di hadapan saya yang menangis menjerit tiada henti, bahkan sambil berguling-guling, terkadang meronta. Berbagai jurus pun mulai dicoba mulai dari mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan makanan kesukaannya, mengajaknya keluar melihat teman bermainnya, bahkan menyodorkan gadget berupa video yang bisa membuat tangisannya mereda. Namun, ternyata berbagai cara tersebut juga terkadang tidak berhasil membuat anak berhenti menangis. Nah, y

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany