Libur di akhir pekan ini terasa begitu spesial, karena saya merasa bernostalgia ke beberapa tahun yang lalu. Sebuah memori sederhana yang selalu membuat saya bahagia dan kangen dengan momen seperti ini. Aktivitas apakah itu? Bukan rekreasi ke tempat wisata, bukan pula pergi ke tempat bermain, bukan pula momen ulang tahun. Saya hanya bernostalgia dengan kegiatan sederhana, yaitu ngerujak bersama keluarga.
Momennya begitu tambah spesial, karena saya yang sedang hamil muda bisa dibilang sedang "ngidam" pengen rujak, wkwkwk...ditambah lagi makin spesial karena Bapak adalah orang yang membeli semua bahan hingga membuat racikan dan mengulek bumbu. Lalu saya bagian apa? saya hanya bertugas untuk mengupas buah, mencuci, memotong dan tentunya menikmatinya 😁
Hikmah yang ingin saya tuliskan sebenarnya bukanlah semata-mata tentang aktivitas ngerujak. Namun tentang sebuah kebersamaan yang begitu "mahal" harganya di tengah keluarga. Selain itu, hal ini memberikan banyak pembelajaran tentang bagaimana ayah saya mengajarkan tentang arti kreativitas dan pergeseran sudut pandang. Misalnya saja, sebagian besar masyarakat masih memandang aneh bahkan ada yang memandang tabu laki-laki "turun" ke dapur. Namun, dari seorang bapak saya belajar bahwa beliau turun ke dapur bukan semata mengerjakan tugas "keperumpuanan", namun untuk memberikan sebuah teladan di tengah keluarga. Itu adalah tentang sebuah pergeseran sudut pandang.
Bapak sering bercerita bahwa dahulu saat masih dinas, seringkali bapak menjadi koki saat kegiatan kemah, pramuka dan sejenisnya. Begitupun saat di rumah, meskipun mamah selalu menyiapkan masakan spesial setiap harinya. Namun, sesekali bapak atas inisiatifnya turun ke dapur untuk memasak. Bukankah begitu spesial saat ketujuh putrinya begitu merindukan masakan khas bapak? Nasi goreng dan telur ceplok khas bapak yang tidak akan ditemukan dimanapun, bahkan di hotel bintang, hehee..
Dari tangan beliau saya memahami bahwa kreativitas itu muncul bahkan di tengah keterbatasan alat dan bahan. Namun, kini emak-emak terlalu terpatok dengan buku resep ataupun tutorial di internet. Alhasil baru sekali nyoba resep pakai takaran yang akurat, rasanya sudah merasa gagal, saat hidangan tak sesuai ekspektasi. Apalagi saat melihat tampilan tak sesuai foto cantik di instagram. Alhasil, besok-besok kapok masak lagi di dapur. Nah, hal itu tidak berlaku bagi bapak. Bisa dibilang tak pernah ada resep baku sebuah masakan. Semuanya kembali kepada selera. Maka wajar jika di Indonesia kita bisa menemukan puluhan resep soto dari seantero nusantara. Dengan resep dasar yang mungkin mirip, tapi ternyata memiliki cita rasa yang agak berbeda. Semua itu kembali kepada kreasi dan selera.
Nah, siang ini resep rujak yang dibuat bapak terasa spesial karena memakai kencur dan tanpa bumbu kacang. Rujak uleg yang langsung dibuat oleh bapak berhasil membuat anak, cucu dan menantunya berkumpul di dapur. Duduk lesehan sambil menikmati rujak buatan Bapak. Alhamdulillah betapa nikmat tak terkira. Dengan buah-buahan yang ala kadarnya, dengan bumbu spesial hasil kreasi bapak, seorang kakek paruh baya. Namun, soal rasa? Sekali lagi tak kalah dengan koki hebat bintang lima. Setidaknya itu yang terasa di lidah kami sebagai keluarga.
#day9
#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative
Momennya begitu tambah spesial, karena saya yang sedang hamil muda bisa dibilang sedang "ngidam" pengen rujak, wkwkwk...ditambah lagi makin spesial karena Bapak adalah orang yang membeli semua bahan hingga membuat racikan dan mengulek bumbu. Lalu saya bagian apa? saya hanya bertugas untuk mengupas buah, mencuci, memotong dan tentunya menikmatinya 😁
Hikmah yang ingin saya tuliskan sebenarnya bukanlah semata-mata tentang aktivitas ngerujak. Namun tentang sebuah kebersamaan yang begitu "mahal" harganya di tengah keluarga. Selain itu, hal ini memberikan banyak pembelajaran tentang bagaimana ayah saya mengajarkan tentang arti kreativitas dan pergeseran sudut pandang. Misalnya saja, sebagian besar masyarakat masih memandang aneh bahkan ada yang memandang tabu laki-laki "turun" ke dapur. Namun, dari seorang bapak saya belajar bahwa beliau turun ke dapur bukan semata mengerjakan tugas "keperumpuanan", namun untuk memberikan sebuah teladan di tengah keluarga. Itu adalah tentang sebuah pergeseran sudut pandang.
Bapak sering bercerita bahwa dahulu saat masih dinas, seringkali bapak menjadi koki saat kegiatan kemah, pramuka dan sejenisnya. Begitupun saat di rumah, meskipun mamah selalu menyiapkan masakan spesial setiap harinya. Namun, sesekali bapak atas inisiatifnya turun ke dapur untuk memasak. Bukankah begitu spesial saat ketujuh putrinya begitu merindukan masakan khas bapak? Nasi goreng dan telur ceplok khas bapak yang tidak akan ditemukan dimanapun, bahkan di hotel bintang, hehee..
Dari tangan beliau saya memahami bahwa kreativitas itu muncul bahkan di tengah keterbatasan alat dan bahan. Namun, kini emak-emak terlalu terpatok dengan buku resep ataupun tutorial di internet. Alhasil baru sekali nyoba resep pakai takaran yang akurat, rasanya sudah merasa gagal, saat hidangan tak sesuai ekspektasi. Apalagi saat melihat tampilan tak sesuai foto cantik di instagram. Alhasil, besok-besok kapok masak lagi di dapur. Nah, hal itu tidak berlaku bagi bapak. Bisa dibilang tak pernah ada resep baku sebuah masakan. Semuanya kembali kepada selera. Maka wajar jika di Indonesia kita bisa menemukan puluhan resep soto dari seantero nusantara. Dengan resep dasar yang mungkin mirip, tapi ternyata memiliki cita rasa yang agak berbeda. Semua itu kembali kepada kreasi dan selera.
Nah, siang ini resep rujak yang dibuat bapak terasa spesial karena memakai kencur dan tanpa bumbu kacang. Rujak uleg yang langsung dibuat oleh bapak berhasil membuat anak, cucu dan menantunya berkumpul di dapur. Duduk lesehan sambil menikmati rujak buatan Bapak. Alhamdulillah betapa nikmat tak terkira. Dengan buah-buahan yang ala kadarnya, dengan bumbu spesial hasil kreasi bapak, seorang kakek paruh baya. Namun, soal rasa? Sekali lagi tak kalah dengan koki hebat bintang lima. Setidaknya itu yang terasa di lidah kami sebagai keluarga.
"Kebersamaan keluarga itu tak sekedar berkumpul dan makan bersama. Bukan pula tentang makan di restoran hotel bintang lima. Kebersamaan adalah tentang berkumpulnya cinta dalam sebuah keluarga. Di saat canda tawa menjadi amat berharga. Bahkan ketika sekedar menikmati rujak bersama-sama"
#day9
#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative
Comments
Post a Comment