Skip to main content

Ketika Aku Menjadi Seorang Koki


Alhamdulillah sebulan terakhir sejak tinggal sementara di rumah nenek, Sabrina terlihat begitu gembira. Matanya seringkali berbinar, canda tawa penuh kegembiraan, serta semangat tiada henti. Bahkan ketika dalam kondisi badan kurang sehat. Salah satu penyebabnya adalah suasana dan lingkungan baru. Ya, alhamdulillah, banyak hikmah tinggal di perkampungan dan dekat dengan keluarga. Udara yang relatif masih sejuk, halaman rumah yang masih luas, dan suara burung yang masih terdengar jelas sehari-hari. Ternyata hal itu bisa membuat Sabrina nyaman dan selalu semangat.

Saya sebagai emaknya jadi menulis sebuah catatan tentang pentingnya variasi dalam aktivitas anak, sosialisasi, dan alam terbuka. Mungkin itu PR bagi emaknya yang seringkali saat di rumah masih berkutat dengan urusan dapur. Alhasil kurang menikmati dalam membersamai anak. Karena yang sering diingat adalah kerjaan rumah yang gak kelar-kelar 😂.

Saya jadi malu sendiri sih, saat ingat masih sering nyuruh anak tidur siang gara-gara emaknya pengen ngerjain kerjaan rumah. Seringkali memginterupsi aktivitas yang sedang anteng dikerjakan anak hanya gara-gara pengen cepet bikin rumah rapi. Ditambah lagi emak yang males ngajak anak jalan-jalan, lari-lari di luar rumah. Padahal anaknya begitu semangat mencoba hal-hal baru. Nah, gimana mau jadi kreatif kalau orangtua seringkali  terlalu "membatasi" apa yang ingin anak eksplorasi? #ntms

Pagi ini setelah mandi dan sarapan, Sabrina ikut berjemur bersama nenek dan sepupu yang hampir sebaya. Tak lama kedua anak balita itu mulai memgeksplorasi taman sesuai imajinasinya. Berlarian tiada henti, bernyanyi, hingga berujung pada aktivitas "memasak" bersama. Tentu tanpa alat bermain, karena yang dipakai adalah daun-daunan dan batu. Melihat daun berbentuk mangkok segera kedua anak itu sama-sama mengasosiasikan dengan mangkok makanan. Nah, ternyata kedua koki cilik ini memiliki imajinasi yang berbeda.

"Wah, lagi pada masak apa nih, aku mau beli dong!", saya coba ikut untuk membersamai mereka. "Aku lagi bikin baso" sahut Sabrina yang tampak anteng memotong daun-daun kecil dan meletakkan di daun berbentuk mangkuk. "Kalau aku bikin sayur" sahut sepupu Sabrina yang nampak serius memotong dahan daun. Ya begitulah kreativitas anak. Mereka selalu terlihat bahagian dengan hal-hal yang kita anggap "sepele". Padahal dari aktivitas sederhana itu anak-anak sedang belajar banyak hal. Moga dengan semakin sering membersamai anak, emaknya bisa "ketularan" kreatif juga, hehee...

#day5
#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative

Comments

Popular posts from this blog

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany...

Yuk Menuang Lagi!

Setelah kemarin Sabrina bereksplorasi dengan air, hari ini Sabrina bereksplorasi menggunakan kacang ijo. Biasanya saya pribadi menggunakan media yang ada di rumah untuk bermain Sabrina. Termasuk kacang ijo ini. Jadi, sebelum dimasak, seringkali saya "membolehkan" Sabrina untuk bereksplorasi dengan bahan-bahan ini. Entah menuang, menyendok, mencuci, dll. Hari ini bunda masih mengenalkan tentang konsep besar dan kecil, serta konsep "kosong" dan "penuh". Seperti biasa, saya menyediakan nampan dan botol-botol kaca berbeda ukuran, sendok dan centong. Tanpa diberi intruksi Sabrina langsung menuang kacang ijo dengan alat tersebut. Pertama Sabrina memindahkan kacang ijo dengan sendok kecil, lalu dengan centong, dan terakhir menuang langsung antar botol. Sepertinya urutannya selalu demikian 😂. Berkali-kali botol kaca diisi penuh kacang ijo lalu dikosongkan kembali. Hal tersebut menjadi momen yang pas bagi saya untuk mengenalkan konsep matematika sederhana....

Bagaimana Seharusnya Perempuan Menggunakan Teknologi?

  Oleh: Annisa Fauziah (IP Depok/Mahasiswi Bunda Salihah) Di era globalisasi, teknologi menjadi sesuatu hal yang tidak terlepas dari kehidupan sehari-sehari, termasuk bagi perempuan. Siapa yang masih berpikir bahwa yang melek teknologi itu hanya identik dengan kaum pria saja? Nah, ternyata teknologi informasi dan komunikasi masih sangat dekat dengan identitas laki-laki. Adapun perempuan sering kali hanya sebagai objek. Hal ini berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan RI, pada bidang teknologi, khususnya TIK. Padahal, kuantitas jumlah perempuan hampir separuh dari penduduk Indonesia. Tentu hal ini bisa menjadi potensi yang luar biasa jika diberdayakan dengan baik. (lipi.go.id, 23/04/2019) Teknologi ini seperti dua sisi mata uang. Artinya, ia akan bermanfaat jika digunakan oleh orang yang tepat. Namun sebaliknya, akan menjadi bumerang jika kita tidak bijak menggunakannya.   Nah, tentu di era Revolusi Industri 4.0, pere...