Skip to main content

Yuk Kita Mulai Rutinitas Baru!

Tak terasa kelas bunsay sudah sampai ke tantangan level 9. Setelah beberapa minggu liburan cawu 2, dan frekuensi menulis yang menurun, saya jadi agak khawatir untuk memulai tantangan kali ini. Ya, khawatir bisa konsisten apa tidak ya? Apalagi tantangannya wow banget buat emak-emak seperti saya, yang dahulu sering melabeli diri dengan kata-kata "gak kreatif", gara-gara merasa gak punya bakat seni, bikin prakarya, dan sejenisnya.

Alhamdulillah setelah mendapatkan materi lewat diskusi seru bersama fasil (meskipun gak bisa ikutan langsung diskusinya), setidaknya akhirnya saya bisa mendapat "insight" baru tentang apa itu kreatif dan kreativitas. Ternyata persepsi kalau kreatif itu semata hanya dimiliki oleh orang yang memiliki jiwa seni yang tinggi yang memiliki daya imajinasi yang tinggi tidaklah sepenuhnya benar. Kita para emak-emak yang kesehariannya berkutat dengan urusan domestik pun justru tanpa sadar telah menstimulasi diri untuk menjadi manusia yang kreatif, yaitu melalui tantangan keseharian kita.

Nah, kali ini saya ingin mengawali untuk mereview apa yang menjadi tantangan keseharian kami, khususnya saya pribadi sebagai seorang ibu. Ternyata kalau tantangan yang saya hadapi begitu banyak mulai dari bagaimana saya yang masih sering panik dan merasa buntu jika mengalami situasi di luar rutinitas dan perencanaan. Padahal semenjak jadi ibu, banyak keseharian yang saya alami penuh dengan spontanitas. Walhasil seringkali saya kebingungan menemukan solusi untuk menyelesaikan hal-hal "sepele". Hal lain yaitu seringkali saya masih sulit keluar dari zona nyaman dan berpikir "out of the box". Sekali lagi alasannya karena sejak dari zaman saya sekolah rasanya saya sudah terbiasa dengan hal-hal yang teratur dan terencana.

Tantangan kali ini menjadi sangat spesial karena kondisi saya yang sementara sedang di rumah orang tua. Tentu rutinitas harian, gaya hidup, fasilitas, dll berbeda dengan kondisi di rumah. Begitupun Sabrina, semua rutinitasnya berubah ketika di rumah dengan kondisi saat di rumah nenek. Tentu semua ini secara tak sadar menstimulasi kami untuk memunculkan kreativitas dalam menjalani keseharian. Salah satunya adalah bagaimana kami membuat rutinitas yang "baru". Dan hasilnya ternyata tidaklah seburuk yang dibayangkan. Justru saya dan Sabrina seperti mendapatkan pengalaman baru yang membuat kami bisa lebih adaptif.

Hal sederhana yang saya lakukan selama di rumah orangtua yaitu memulai aktivitas sarapan bersama lebih pagi😊. Ternyata efeknya lumayan memberi pengaruh positif, khususnya buat emaknya yang lagi jadi bumil plus anak yang sering GTM. Dengan sarapan lebih pagi rasanya kami jadi punya energi lebih besar untuk beraktivitas. Jika sebelumnya emaknya sering "mengabaikan" sarapan dan memulai pagi hari dengan sudut pandang penuh kesibukan. Walhasil cepet tepar karena kurang energi. Biasanya terfokus untuk menyiapkan makanan Sabrina dan ayahnya. Hal baru ini juga memberi efek positif bagi Sabrina yang susah makan. Sejak di di rumah kakek, pagi hari Sabrina sudah diajak kakek membuat nasi goreng atau makan bubur bersama. Hal itu ternyata membuat Sabrina jadi lebih antusias untuk makan bersama di meja makan. Padahal biasanya ingin makan sambil lari-lari dan disuapin.

Terkadang membuat rutinitas baru itu bisa membuat kita "jetlag" dan merasa tidak nyaman dengan rutinitas baru tersebut. Sebenarnya itu hal yang wajar. Tapi, jangan sampai itu membuat kita tidak pernah mau mencoba hal yang baru. Karena kalau mau dinikmati sebenarnya seru juga ya mencoba hal-hal baru dalam keseharian kita. Yuk kita lanjutkan besok dengan cerita lainnya, semoga lebih banyak pengalaman yang bisa dituliskan 😊!

#day1
#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative

Comments

Popular posts from this blog

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

Apa Perasaanmu Hari Ini?

[Dokumentasi pribadi] Perjalanan membersamai tumbuh kembang anak pertama sungguh memberikan banyak pembelajaran bagi saya pribadi untuk memahami peran seorang ibu. Episode awal menjadi seorang ibu dipenuhi oleh pengalaman yang memungkinkan seorang ibu menjadi orangtua "sumbu pendek". Betapa tidak, hampir setiap jam terdengar tangisan dari seorang bayi kecil di hadapannya. Entah karena lapar, kepanasan, bosan, dsb. Episode berlanjut dengan fase di mana anak mulai sering tantrum. Saat itu saya terkaget-kaget menyaksikan seorang anak balita di hadapan saya yang menangis menjerit tiada henti, bahkan sambil berguling-guling, terkadang meronta. Berbagai jurus pun mulai dicoba mulai dari mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan makanan kesukaannya, mengajaknya keluar melihat teman bermainnya, bahkan menyodorkan gadget berupa video yang bisa membuat tangisannya mereda. Namun, ternyata berbagai cara tersebut juga terkadang tidak berhasil membuat anak berhenti menangis. Nah, y

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany