Perjalanan kuliah Bunda Cekatan semakin hari semakin "menantang" dan menyenangkan. Baru kali ini saya merasakan bagaimana menikmati sebuah proses belajar yang sesungguhnya. Peserta kelas ini, diberikan filosofi "merdeka belajar". Artinya kita diberikan ruang yang begitu lebar untuk bereksplorasi menemukan cara belajar kita masing-masing. Tanpa sadar, sedikit demi sedikit mentalitas "disuapin" materi belajar kini bergeser dengan "belanja gagasan", untuk menemukan apa yang kita butuhkan, apa yang kita suka, dan apa yang ingin kita pelajari. Pada akhirnya proses itulah yang akan mendorong kita untuk mengenali diri sendiri, "learn how to learn". Menantang bukan??
Setelah memasuki minggu ke-3 di kelas "Telur-Telur", saya semakin sering berkontemplasi. Terkadang butuh waktu lebih lama untuk mencerna setiap materi. Dan bukan sesuatu yang salah, untuk akhirnya merevisi kembali tugas yang sudah dikerjakan. Ya, itulah nikmatnya sebuah proses belajar, apalagi jika kita akhirnya semakin paham tentang apa saja yang akan membuat kita bahagia.
Setelah menyimak diskusi materi ke-3 bersama Ibu Septi, akhirnya saya merevisi "Telur Merah" yang sudah dibuat sebelumnya di sini. Pada Telur merah yang direvisi, keterampilan yang saya anggap paling penting dan mendesak untuk dikuasai yaitu manajemen waktu, manajemen gadget & sosmed, manajemen emosi, komunikasi produktif, dan membuat jurnal pembelajaran anak. Keterampilan mind mapping, tidak saya masukan ke dalam keterampilan yang urgen untuk dikuasai saat ini.
Sebelum memulai belajar, tentunya hal penting yang harus kita tetapkan, yaitu mengetahui tujuan belajar, cara kita belajar, dan sumber ilmu yang kita perlukan dalam proses belajar yang kita lalui.
Pekan ini, akhirnya saya tertantang untuk benar-benar menemukan skala prioritas tentang ilmu yang dibutuhkan untuk memperkuat keterampilan saya (telur merah), sehingga bisa meningkatkan indeks kebahagiaan saya (telur hijau). Berikut ini adalah prioritas ilmu yang ingin saya pelajari secara mendalam selama kuliah Bunda Cekatan, yang saya masukkan dalam telur orange:
- Ilmu Fokus dan Konsisten
Saya adalah tipe orang yang senang belajar banyak hal baru. Namun, kelemahannya akhirnya saya mudah terdistraksi oleh banyak hal. Alhasil target dan perencanaan yang sudah dibuat bergeser karena saya tidak fokus. Oleh karena itu, untuk menunjang keterampilan saya dalam hal manajemen waktu (telur merah), saya harus menguasai kedua ilmu ini secara berkesinambungan. Karena, semua hal yang saya sukai (telur hijau), yaitu menulis, membaca, bercerita, belajar bermain dengan anak membutuhkan fokus dan konsistensi yang baik.
- Tazkiyatun Nafs
Sebelumnya ilmu ini saya masukkan ke telur merah. Namun, setelah saya memahami lebih dalam, ternyata tazkiyatun nafs ini adalah ilmu yang saya butuhkan untuk menunjang keterampilan saya dalam mengelola emosi. Seringkali saya masih sering mengeluh, kurang semangat, kurang sabar saat melaksanakan peran saya sebagai perempuan, istri, maupun ibu. Alhasil, karena ada "distraksi" dari aktivitas yang lain, misalnya mengerjakan aktivitas domestik (beres-beres rumah), akhirnya membuat saya tidak sabar saat menemani anak bermain. Padahal pada dasarnya, saya senang dengan aktivitas tersebut.
Begitupun, ketika target membaca dan menulis tidak tercapai, rasanya masih sering meng-"underestimate" diri, karena merasa kurang produktif. Nah, berdamai dengan diri sendiri, pembersihan jiwa dari "sampah" negatif, menjaga fikiran yang positif, serta optimisme sangatlah penting saya kuasai. Oleh karena itu, saya terdorong untuk memprioritaskan mempelajari ilmu ini agar saya bisa menjalani setiap aktivitas dan peran saya dengan lebih sabar dan tentunya bahagia.
- Home Education
Sebagai seorang ibu yang membersamai anak secara penuh di rumah, sekaligus memang menjadi aktivitas yang saya sukai. Maka, menjadi urgen bagi saya untuk memahami ilmu seputar home education. Karena dengan ilmu dasar ini, keterampilan saya untuk membuat kurikulum bermain anak, serta membuat jurnal pembelajaran anak, dimulai dari saya memahami filosofi "home education". Karena tentunya saya ingin memberi stimulasi anak sesuai dengan fitrah dan tahapan tumbuh kembang anak. Harapannya aktivitas pembelajaran yang saya lewati bersama anak-anak menjadi terarah, bermakna, dan menyenangkan.
[Ilmu yang Ingin Dikuasai] |
Tujuan Belajar
Menemukan "strong why" tentang sesuatu hal yang harus kita pelajari menjadi sangat penting. Karena, tujuan belajar yang jelas dan spesifik akan membuat kita lebih fokus dan terarah. Selain itu, tujuan itu yang akan selalu mengawal kita agar "on track". Apalagi jika kita adalah orang yang mudah terdistraksi dan mudah tergiur dengan hal-hal yang baru.
Tujuan saya memprioritaskan untuk mempelajari ilmu-ilmu di telur orange, yaitu karena saya ingin bisa mengoptimalkan peran saya untuk menjadi istri dan ibu yang bahagia dalam membersamai tumbuh kembang anak-anak sekaligus partner yang solid bagi suami dalam menjalankan misi keluarga kami.
Cara Belajar
Menemukan cara belajar yang "gue banget" sebenarnya bisa dibilang gampang-gampang susah. Artinya memang perlu praktek langsung untuk mengetahui cara belajar yang membuat kita nyaman sekaligus mudah memahami sesuatu.
Ada kalanya untuk pembelajaran tertentu, saya senang belajar mandiri dengan membaca, merenung (kontemplasi) dan merefleksikannya dengan pengalaman pribadi. Biasanya hal yang bersifat filosofis saya pelajari dengan pendekatan ini. Saya seringkali menemukan momen aha ketika membaca buku sesuai dengan kebutuhan saya saat itu, yang kemudian saya buat resumenya.
Saya juga senang melakukan "belanja gagasan" melalui diskusi dan sharing pengalaman sebelum membuat desain pembelajaran. Ini menjadi pembelajaran yang efektif bagi saya untuk menggali hal-hal baru. Karena saya senang bercerita dan mendengarkan cerita, maka cara belajar dengan diskusi langsung, saling berbagi pengalaman juga membuat saya belajar dengan santai dan menyenangkan.
Terakhir, karena saya juga senang menulis. Jadi, biasanya ilmu yang saya pelajari itu semakin terinternalisasi dan menancap kuat, setelah saya tuliskan, praktekkan, dan bagikan dengan orang-orang terdekat. Yang jelas, proses melihat (membaca), mendengar (mendengarkan cerita), berbicara (bercerita), serta praktek langsung memberikan pengaruh dan saling menguatkan satu sama lain dalam proses pembelajaran yang saya lewati.
Saya juga senang melakukan "belanja gagasan" melalui diskusi dan sharing pengalaman sebelum membuat desain pembelajaran. Ini menjadi pembelajaran yang efektif bagi saya untuk menggali hal-hal baru. Karena saya senang bercerita dan mendengarkan cerita, maka cara belajar dengan diskusi langsung, saling berbagi pengalaman juga membuat saya belajar dengan santai dan menyenangkan.
Terakhir, karena saya juga senang menulis. Jadi, biasanya ilmu yang saya pelajari itu semakin terinternalisasi dan menancap kuat, setelah saya tuliskan, praktekkan, dan bagikan dengan orang-orang terdekat. Yang jelas, proses melihat (membaca), mendengar (mendengarkan cerita), berbicara (bercerita), serta praktek langsung memberikan pengaruh dan saling menguatkan satu sama lain dalam proses pembelajaran yang saya lewati.
Sumber Ilmu
Sumber ilmu yang diperlukan untuk menunjang proses belajar saya, yaitu melalui buku, media online (website, youtube), belajar offline dengan hadir langsung di majelis ilmu (kajian/seminar) yang mendatangkan ahli/ustadz, serta dari pengalaman orang sekitar. Biasanya pengalaman orang bisa menjadi sumber inspirasi untuk kemudian dilakukan "ATM" (Amati, Tiru, Modifikasi). Artinya saya akan memfilter semua informasi yang masuk untuk kemudian diterapkan sesuai dengan kebutuhan saya dan apa yang paling cocok dengan saya.
"Ketika kita mampu menemukan tujuan dan cara belajar kita, maka kita bisa lebih fokus dan menikmati setiap proses belajar yang kita lalui. Maka, pastikan tujuan belajar kita sudah jelas dan cara belajar kita sudah tepat"
#JanganLupaBahagia
#KelasTelurTelur
#JurnalMinggu3
#BundaCekatan
#BunCekIIP
#InstitutIbuProfesional
Comments
Post a Comment