Skip to main content

Menikmati "False Celebration" di Program Mentorship

False Celebration

Pengalaman mentorship di tahapan kupu-kupu kuliah Bunda Cekatan selalu banyak kejutan. Pekan ini, kami diminta melakukan "false celebration". Wah, kenapa "kegagalan" harus dirayakan ya? Ada satu kutipan yang saya ingat saat menyimak dongeng Ibu Septi "It's oke to make mistake as long as I learn something from my mistake". Ya, inti dari false celebration adalah supaya kita bisa belajar dari kesalahan yang kita lakukan dan pada akhirnya mau berubah untuk memperbaiki diri, yaitu dengan sebuah komitmen dan konsistensi.

False Celebration sebagai Mentee
Alhamdulillah pekan ini ada pengalaman baru yang saya rasakan, yaitu bagaimana merayakan sebuah "kegagalan" bersama-sama dengan empat mentee lain dan juga mentor Self Healing yang selama ini mendampingi kami belajar.  Ya, kami menyepakati untuk merayakan false celebration bersama supaya merasakan sensasi baru dari program mentorship ini.

Hikmah pertama yang saya rasakan adalah bagaimana membangun mentalitas percaya diri, mau terbuka, dan semangat berbagi dengan teman yang lain. Alhamdulillah bagi saya pribadi tidak terlalu masalah untuk "curhat" kepada teman yang lain. Kedua, yaitu saya bisa mendapat insight dan inspirasi dari "kegagalan" kami, sebagai bentuk proses belajar kami. Dan akhirnya, saya merasa bahwa kami sama-sama berjuang untuk beetumbuh menjadi kupu-kupu cantik. Seolah ada yang membisikkan "you are not alone"!

Nah, berikut ini false celebration yang saya sampaikan kepada mentor dan mentee self healing. Sebelum ada tugas ini, saya memang sudah berniat untuk curhat dengan mentor bahwa pekan ini saya merasa ada penurunan semangat dan "kegagalan" dalam proses self healing yang sebelumnya terlihat berjalan mulus dengan semangat yang bisa dibilang lumayan konsisten.

Ketika fokus saya untuk (identifikasi emosi, sadar nafas, lompatan pikiran, dan sensasi tubuh) pekan ini terasa diuji pemahaman dan aplikasinya. Puncaknya weekend kemarin, saya banyak kegiatan online, sehingga saya abai dengan "alarm tubuh" yang sudah bilang "lelah, ngantuk, dan butuh istirahat". Begitupun saya merasa mendampingi anak penuh dengan distraksi dan tidak sepenuh hati. Puncaknya, minggu malam saya merasa lelah dan pusing. Namun, justru menjadi insomnia, badan lelah, dan emosi juga tidak stabil. Akhirnya harus me-release emosi dengan menangis. Namun, ada hal yang saya syukuri, yaitu sejak belajar self healing ini, saya menjadi lebih peka untuk merasakan ada yang tidak beres dengan diri saya, pun ada yang tidak nyaman dengan diri saya. 

Dalam posisi merasa "gagal" ini, sempat terpikir apakah proses self healing selama T30 termasuk empat pekan mentorship yang sudah saya lakukan menguap begitu saja? kemudian muncul self talk "Kenapa ya saya bisa jatuh ke lubang ini padahal kemarin masih baik-baik saja?🤔

Alhamdulillah, dari kesalahan ini saya justru mendapat "Aha Momen" bahwa ada benang merah dari mind map saya, yaitu "Mind and Soul". Bagaimana pikiran dan perasaan ini tidak bisa dipisahkan. Bagaimana arti kesadaran penuh ataupun level "mindfulness" itu ya perlu terus dilatih. Semua itu adalah proses saya mengenali dan menerima diri sendiri, dan tentu tidak ada yang instan. Bahkan menjadi proses pembelajaran sepanjang hidup.

Dari kegagalan ini saya bersyukur, bahwa saya semakin tau alarm diri. Karena ketika saya abai dengan hal sepele misalnya tidur begadang, jam online lebih lama, melewatkan me time saya, abai dengan selfcare, ternyata menjadi pemicu utama mood swing, pikiran tidak fokus, tubuh terasa lelah, dll.

Alhamdulillah setelah merasa terpuruk, bisa menemukan secercah cahaya. Senang rasanya ketika saya tahu dimana sumber "masalahnya", Pada akhirnya treatment nya pun jadi tepat. Pekan ini, perlahan saya fokus lagi untuk latihan sadar nafas dan tidur bisa nyenyak lagi.

Lompatan pikiran pun bisa saya kendalikan dengan kembali melakukan hal yang bisa membuat saya fokus dan bahagia yaitu menulis dan membaca. Saya jadi sadar, melewatkan 15 menit komitmen saya untuk melakukan aktivitas ini, ternyata berpengaruh signifikan terhadap aktivitas saya yang lain.

Tentang sensasi tubuh, makin terasa bahwa saya bisa berkomunikasi dengan diri saya sendiri, entah melalui self talk atau sensasi tubuh itu sendiri. Seperti saya menyadari bahwa saat ini saya memang butuh menghirup udara segar dan sinar matahari untuk me-recharge energi. InsyaAllah pekan ini saya berkomitmen untuk lebih konsisten latihan sadar nafas, lebih peka dengan sinyal tubuh, dan tidak abai dengan me time 😊

False Celebration sebagai Mentor
Alhamdulillah saya bisa membersamai kedua mentee untuk melakukan false celebration. Meskipun, kali ini dilakukan personal. Karena kendala waktu jam online yang berbeda dan masalah kenyamanan dari mentee. Saya pribadi menghargai pilihan dan keputusan para mentee.

Proses false celebration sekaligus check progress dari kedua mentee membuat saya semakin menyadari bahwa mengalami kegagalan dalam sebuah proses perjuangan untuk menemukan sebuah jawaban adalah proses pembelajaran penting yang sangat "mahal" jika dibandingkan dengan proses instan yang hanya berharap "disuapin" untuk medapatkan jawaban.

Saya sangat mengapresiasi kedua mentee saya yang dengan penuh kesungguhan berkomitmen untuk memperbaiki manajemen waktu, dimulai dengan memperbaiki perencanaan, kandang waktu, membuat to do list, dsb. Saya juga senang ketika teman-teman justru berhasil menemukan "sumber permasalahan" untuk akhirnya menyusun solusi yang tepat untuk mereka masing-masing.

Pada akhirnya kami pun merasa semakin terbuka, semakin terkoneksi, dan merasa semakin senang karena ada partner belajar yang bisa saling menguatkan. Ini benang merah yang saya dapatkan dari program mentorship ini.

Check Progress
Selain melakukan false celebration, kami pun melakukan check progress dari program mentorship yang sudah kami jalani. Saya pun harus membuka kembali action plan yang sudah dibuat sebelumnya, kemudian dengan jujur menilai proses yang sudah saya lewati apakah sudah sesuai dengan yang saya rencanakan.

Keterbukaan dengan mentor dan kelapangan hati untuk menerima feed back dari saya pribadi sebagai mentee sangat membantu saya untuk mengetahui apa yang harus diperbaiki ke depannya. Mentor saya pribadi kembali mengingatkan bahwa kunci utama self healing adalah proses untuk memahami dan menyelami diri. Dan itu terjadi sepanjang hidup kita. So enjoy the process!

360° Feedback

Pekan ini, kami pun melakukan 360° feedback, yaitu bagaimana kami bisa menerapkan komunikasi produktif saat mendapat feedback dari orang sekitar kami (suami, anak, dsb). Proses 360° feedback saya lakukan dengan mengobrol dengan suami. Pada akhirnya ini menjadi ajang bagi saya untuk menjelaskan lebih detail tentang goals, planning saya mengikuti kelas Buncek ini. Karena sebelumnya suami hanya tahu sekilas saja tentang proses belajar saya. Saya sedikit terkekeh ketika mengetahui ternyata suami diam-diam memperhatikan proses mentorship ini😁.

Alhamdulillah suami justru tidak memberikan "judgment" terhadap proses belajar yang saya lewati. Justru kami akhirnya menjadi ajang bagi kami untuk sama-sama belajar memahami, terutama terkait identifikasi emosi, manajemen marah, manajemen konflik, yang saya pelajari di kelas Buncek ini. Beliau hanya memberi catatan supaya kami bisa saling peka dan mau mengingatkan jika salah satu dari kami misal terpicu emosi saat mendampingi anak-anak.

Obrolan bersama anak, karena masih berusia lima tahun, saya lakukan dengan bercerita dan tanya jawab. Anak saya memang sudah tahu bahwa bundanya suka belajar dengan Ibu Septi, karena selalu "kepo" jika saya sedang menyimak live FB. Nah, obrolan kami pun dimulai dengan identikasi variasi emosi yang berujung dengan diskusi arti sabar. Obrolan pagi ini ditutup dengan ungkapan sayangnya pada saya dan ungkapan bahwa Bundanya jarang marah, hehee...Semoga ayah dan bunda bisa semangat terus belajarnya!!! ☺️


#jurnalke5
#tahapkupukupu
#buncek1
#institutibuprofesional


Comments

Popular posts from this blog

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

Apa Perasaanmu Hari Ini?

[Dokumentasi pribadi] Perjalanan membersamai tumbuh kembang anak pertama sungguh memberikan banyak pembelajaran bagi saya pribadi untuk memahami peran seorang ibu. Episode awal menjadi seorang ibu dipenuhi oleh pengalaman yang memungkinkan seorang ibu menjadi orangtua "sumbu pendek". Betapa tidak, hampir setiap jam terdengar tangisan dari seorang bayi kecil di hadapannya. Entah karena lapar, kepanasan, bosan, dsb. Episode berlanjut dengan fase di mana anak mulai sering tantrum. Saat itu saya terkaget-kaget menyaksikan seorang anak balita di hadapan saya yang menangis menjerit tiada henti, bahkan sambil berguling-guling, terkadang meronta. Berbagai jurus pun mulai dicoba mulai dari mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan makanan kesukaannya, mengajaknya keluar melihat teman bermainnya, bahkan menyodorkan gadget berupa video yang bisa membuat tangisannya mereda. Namun, ternyata berbagai cara tersebut juga terkadang tidak berhasil membuat anak berhenti menangis. Nah, y

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany