Skip to main content

Yuk Temukan Keluargamu!

Kelas Bunda Cekatan selalu memberikan kejutan tak terduga di setiap pekannya. Kejutan tamu istimewa hingga dongeng dari Ibu Septi, selalu memberikan kesan mendalam bagi saya pribadi. Pada akhirnya, sejak mengikuti kelas Buncek, saya banyak "belanja gagasan", namun di sisi lain saya harus tetap memiliki kontrol diri serta fokus terhadap apa yang saya butuhkan. Ya, lagi-lagi Emak harus belajar fokus!!

Bisa dibilang pekan ini menjadi pekan yang penuh "drama". Setelah pekan sebelumnya kami disuguhi parade potluck, pekan ini kami akan melakukan family gathering di Kebun Apel. Nah, sebelumnya kami harus menemukan keluarga yang makanan utamanya hampir sama. Maka, drama petualangan mencari keluarga pun dimulai. 

Ujian pertama bagi saya, adalah ketika harus memilih topik utama yang ingin saya pelajari. Mind map saya sebelumnya masih fokus pada dua hal yaitu aspek mind (ilmu fokus dan konsisten) yang berhubungan dengan manajemen waktu dan soul (tazkiyatun nafs) yang berhubungan dengan manajemen emosi. Namun, pada akhirnya saya harus memilih salah satunya. Dan ini sudah membuat saya cukup "galau" 😂. Akhirnya saya memantapkan hati memilih fokus pada tazkiyatun nafs

Kegalauan berikutnya adalah ketika saya bingung harus masuk keluarga mana, apakah keluarga manajemen emosi atau keluarga agama. Pada akhirnya, saya memutuskan masuk keluarga manajemen emosi, meskipun masih ada perasaan ragu apakah sudah tepat masuk keluarga itu. Alhamdulillah saya pun masuk grup WA keluarga "Manajemen Emosi", tak berapa lama ternyata kami harus migrasi ke Telegram.

Kesan pertama saat memasuki keluarga ini lumayan kaget. Jujur sebenarnya ada perasaan takut dan ragu. Takut apakah saya tidak akan “tersesat” di tengah hutan ilmu yang sangat luas, apalagi bekal ilmu yang saya miliki masih minim. Ragu apakah saya bisa mengikuti ritme belajar dengan jumlah anggota yang sangat besar.

Menyimak ratusan chat perjam di grup telegram membuat saya memilih untuk menepi sebentar, sampai menunggu waktu di mana hati dan fikiran saya bisa fokus. Dan disitulah praktek mindfulness diuji. Akhirnya di tengah aktivitas weekend bersama keluarga, saya memilih waktu tengah malam untuk menyimak ratusan chat sambil mencatat informasi penting di grup, meskipun sebenarnya kepala keluarga kami sudah berbaik hati membuatkan chanel khusus yang berisi informasi penting dari keluarga manajemen emosi.

Keluarga manajemen emosi adalah keluarga besar dengan jumlah 368 anggota hingga hari ini. Akhirnya kepala keluarga, yaitu Mbak Aisyah langsung sigap untuk membuat pendataan anggota, salah satunya berisi tentang fokus ilmu yang ingin dipelajari. Kami diminta memilih salah satu fokus ilmu, yaitu self healing/tazkiyatun nafs, innerchild, manajemen konflik, manajemen marah dan lain-lain (tema di luar empat ilmu sebelumnya). Saya sendiri memilih self healing/tazkiyatun nafs, karena memamg sesuai dengan topik utama di mind map yang saya buat sebelumnya.

Dari data anggota tersebut, akhirnya keluarga manajemen emosi dipecah menjadi 9 grup diskusi sesuai fokus ilmu yang lebih spesifik, dengan maksimal anggota 35 orang. Harapannya supaya diskusi juga bisa berjalan lebih fokus dan kondusif. Saya sendiri akhirnya masuk ke grup self healing B. Masing-masing grup kecil tersebut nantinya akan saling berbagi resume hasil diskusi mendalam di grup nya masing-masing ke keluarga besar manajemen emosi.

Aktivitas yang kami lakukan di family gathering yaitu saling berkenalan, berdiskusi tentang nama keluarga, serta voting yang akan menjadi perwakilan keluarga untuk Live di FB grup Bunda Cekatan. Setelah berdiskusi, akhirnya kami menyepakati nama keluarga kami yaitu  
🏡 "Inside Out Family". Visinya adalah bisa mengelola segala emosi dengan cara yang nyaman dan aman.

Kami juga saling berbagi potluck seputar manajemen emosi. Ada yang berbagi tentang tentang manajemen konflik, terapi self healing, perbedaan emosi laki-laki dan perempuan, dsb. Ada juga yang masih harus memastikan apakah dirinya sudah masuk di keluarga yang tepat, sehingga beberapa orang akhirnya ada yang memutuskan pindah keluarga. Nah, saya sendiri termasuk yang masih bertahan di keluarga ini karena ingin mengetahui lebih jelas apakah memang fokus ilmu yang dibicarakan di keluarga ini sesuai dengan yang saya butuhkan.

Banyak hikmah yang saya dapat dari membuat jurnal ketiga ini. Mulai dari meluruskan niat kembali kenapa bertahan di kuliah buncek. Bagaimana fokus dan komitmen saya diuji, yaitu fokus untuk terus memegang mind map yang sudah dibuat, serta fokus untuk menentukan prioritas ilmu yang dianggap urgen untuk dipelajari. 

Di pekan ketiga kelas Ulat-Ulat, saya juga menyadari harus bersabar atas setiap proses belajar yang dilewati. Ya, belajar untuk bisa mengelola hati dan pikiran agar tidak terbawa tsunami informasi. Belajar untuk berdapatasi mengenal keluarga baru dari seantero negri bahkan luar negri dengan berbagai gaya belajar yang mereka miliki. 

Berikut ini adalah beberapa hal yang kami bicarakan di keluarga besar "Inside Out Family"

"Saya akhirnya menyadari bahwa dalam belajar itu memang membutuhkan niat yang lurus, fokus dan konsistensi, serta kesabaran atas setiap proses yang dilewati. Karena belajar memang membutuhkan perjuangan, Mak!"

#janganlupabahagia
#jurnalminggu3
#materi3
#kelasulat
#bundacekatan
#buncekbatch1
#buncekIIP
#institutibuprofesional

Comments

Popular posts from this blog

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

Apa Perasaanmu Hari Ini?

[Dokumentasi pribadi] Perjalanan membersamai tumbuh kembang anak pertama sungguh memberikan banyak pembelajaran bagi saya pribadi untuk memahami peran seorang ibu. Episode awal menjadi seorang ibu dipenuhi oleh pengalaman yang memungkinkan seorang ibu menjadi orangtua "sumbu pendek". Betapa tidak, hampir setiap jam terdengar tangisan dari seorang bayi kecil di hadapannya. Entah karena lapar, kepanasan, bosan, dsb. Episode berlanjut dengan fase di mana anak mulai sering tantrum. Saat itu saya terkaget-kaget menyaksikan seorang anak balita di hadapan saya yang menangis menjerit tiada henti, bahkan sambil berguling-guling, terkadang meronta. Berbagai jurus pun mulai dicoba mulai dari mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan makanan kesukaannya, mengajaknya keluar melihat teman bermainnya, bahkan menyodorkan gadget berupa video yang bisa membuat tangisannya mereda. Namun, ternyata berbagai cara tersebut juga terkadang tidak berhasil membuat anak berhenti menangis. Nah, y

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany