Setelah melakukan family gathering di kebun apel, pekan ini kami harus kembali mengumpulkan apel-apel (ilmu) yang kami dapat. Pekan ini, kami juga diberi kebebasan untuk pindah ke keluarga yang lain, atau memilih lebih dari satu keluarga untuk belajar. Nah, akhirnya saya pribadi memutuskan untuk menambah keluarga baru dengan alasan memang membutuhkan ilmu penunjang lain untuk menguatkan topik utama yang saya pilih di mind map, yaitu tentang tazkiyatun nafs.
Keluarga pertama yang saya pilih di pekan pertama yaitu keluarga manajemen emosi "Inside out Family". Di keluarga besar ini sampai sekarang pun saya merasa "betah" dan mendapatkan begitu banyak ilmu yang bermanfaat. Bisa dibilang di kebun apel itu saja bisa membuat ulat gendut karena kekenyangan, dengan banyaknya ilmu yang bertebaran. Maka, tantangannya adalah bagaimana supaya si ulat ini bisa memilih dengan bijak makanan yang benar-benar ia butuhkan.
Apa yang saya dapatkan di keluarga manajemen emosi ini bisa dibilang adalah cabang-cabang ilmu atau subtopik yang memang sudah saya tuliskan juga di mind map. Banyaknya para ahli di bidangnya entah itu coach, psikolog, dll, membuat diskusi di keluarga ini selalu ramai dengan berbagai sudut pandang ilmu yang mumpuni. Banyak hal-hal teknis dan detail yang didapat di keluarga ini, misal tentang terapi self healing, innerchild, dsb. MasyaAllah..
Di keluarga baru, yaitu keluarga manajemen ruhiyah dan ibadah saya mendapat sambutan menyejukkan di sana, meskipun memang dari jumlahnya saja keluarga ini tidak begitu banyak, begitupun ritme diskusi di dalamnya. Namun, setiap ada yang berbagi ilmu, seolah selalu membasuh dahaga di tengah kekeringan. Ya, memang dari awal motivasi saya masuk ke ke keluarga ini, yaitu ingin mendapatkan penguatan dalam aspek filosofis (akar) dari tazkiyatun nafs, khususnya dari sudut pandang tauhid. Karena saya yakin, ketika akar suatu ilmu sudah kokoh, maka ilmu cabang apapun yang kita dapat akan menjadi mudah kita fahami dan aplikasikan, insyaAllah.
Apel-apel yang saya makan di keluarga manajemen ruhiyah antara lain tentang review beberapa buku seputar cara menyucikan jiwa. Misalnya buku tarbiyah ruhiyah karya Nashih Ulwan serta video kajian Ustadz Adi Hidayat (UAH) tentang "Amalan Cerdas di Waktu Terbatas.". Video bisa disimak di sini.
Dari hasil sharing ilmu dari keluarga ini, pun dari apa yang saya baca, saya mendapatkan benang merah bahwa akar dari tazkiyatun nafs memang harus senantiasa menjaga ruhiyah kita agar terkoneksi dengan Allah. Dan menjadikan Al-Qur'an sebagai rujukan kita dalam hal apapun.
Apel-apel yang saya makan dari keluarga manajemen emosi yaitu "makan besar" dari beberapa kulwap yang diselenggarakan di keluarga "Inside Out Family". Pertama, yaitu materi tentang innerchild yang disampaikan oleh Teh Shinta Rini, M.Psi (Psikolog, Terapis). Ilmu yang didapat membuat saya begitu berbinar, karena seolah membuka mata saya akan banyak hal yang belum saya ketahui.
Innerchild adalah pengalaman masa lalu yang sangat kuat, di mana kita meniru tingkah laku, kata-kata, peristiwa dari masa lalu sehingga membentuk keyakinan, pikiran, perilaku yang kita lakukan saat ini. Innerchild sendiri sebenarnya bisa menjadi innerchild yang postif (merasa dicintai, tidak pantang menyerah, kreatif) dan negatif (fobia, luka pengasuhan, trauma). Ibu yang belum tuntas innerchild nya kurang menikmati perannya saat mengasuh anak-anak. Jika luka pengasuhan diabaikan maka bisa menjadi lingkaran setan di dalam keluarga kita (pasangan dan anak-anak). Nah, sungguh menjadi refleksi untuk diri saya sendiri, yaitu menemukan dan menyembuhkan innerchild.
Hal yang paling berkesan dari kulwap kali ini adalah bagaimana Teh Shinta senantiasa mengingatkan kami untuk menggantungkan segalanya kepada Allah, termasuk fokus kepada perbaikan diri. Dan tidak lupa untuk mendoakan orang-orang di sekitar kita.
Makan besar kedua yaitu menyantap hidangan sehat dari kulwap Mbak Fachecha, yang merupakan seorang praktisi self healing. Nah, apa sebenarnya self healing itu? Self healing adalah teknik untuk mengenali diri, memahami diri, dan menyadari diri, untuk kemudian bisa berdamai dengan diri. Self healing juga bisa untuk menyelaraskan fisik dan emosi, termasuk juga untuk menangani innerchild,
Beliau sharing seputar teknik self healing dengan teknik sadar nafas. Teknik sadar nafas memiliki banyak manfaat salah satunya yaitu relaksasi. Kita sebenarnya memiliki alarm tubuh, misal jika kita lelah maka akan meraskaan ngantuk, tapi seringkali kita mengabaikan hal itu. Nah, belajar sadar nafas bisa memberi kita jeda atau istirahat sejenak dari kebisingan dunia luar dan kesibukan diri. Teknik sadar nafas ini bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun, tapi memang membutuhkan latihan, misalnya saja berlatih sadar nafas setiap habis shalat selama 5 menit.
Hari terakhir jurnal pekan ini diisi dengan makan besar ilmu manajemen marah yang disampaikan oleh Mbak Siti Sadiah. Ternyata sebelum berbicara tentang bagaimana untuk memanajemen marah itu sendiri, kita harus belajar mengindentifikasi marah kita karena apa? misal nafsu amarah karena diri sendiri, innerchild, bahkan gangguan jin.
Kita juga bisa mulai mendeteksi saat gejala marah terasa misal jantung berdegup lebih kencang saat melihat anak rewel, rumah berantakan, dsb. Pada akhirnya itu akan membuat kita lebih "aware" dan akhirnya bisa bersegera mengelola marah tersebut, misal dengan berwudhu, membaca taawuz, menghindari yang menjadi pemicu marah, dsb.
Untuk mengatasi berbagai cobaan, diperlukan konsep diri yang baik. Karena kita tahu bahwa marah adalah bagian dari emosi. Dan kitalah yang menentukan menjadi emosi positif atau negatif. Untuk mengelola marah ini memang diperlukan 3K, yaitu kuatkan niat, komitmen (konsep diri positif), dan konsisten (mencari sendiri cara yang cocok agar kita bisa menguasai diri saat marah).
Di keluarga kecil self healing kami banyak berdiskusi seputar jurnal syukur, yaitu bagaimana secara rutin setiap hari kami harus menulis dengan tulisan tangan minimal sepuluh hal yang harus kami syukuri secara konsisten. Itu menjadi bagian dari proses self healing yang bisa dilakukan dalam keseharian. Nah, cukup mengenyangkan kan makan besar pekan ini? 😀
[Makananku Pekan Ini] |
Pekan ini saya juga menonton Go Live di FB group sebagai camilan sehat, yaitu menyimak ilmu dari keluarga manajemen waktu, keluarga manajemen belajar, dan keluarga literasi. MasyaAllah begitu banyak ilmu yang bertebaran dan saya terharu melihat semangat yang luar biasa dari para ibu pembelajar di kuliah Bunda Cekatan. Para Emak yang berjibaku untuk meng-upgrade dan memperbaiki diri dengan banyak amanah yang harus ditunaikan. Namun tak hilang semangat untuk belajar, memamg sangat patut untuk diapresiasi 👍👍. Semoga berlelah-lelah kami dalam belajar senantiasa terjaga niatnya lillah (yaitu untuk Allah semata).
"Ilmu itu bisa kita dapatkan di manapun, kapanpun dan dari siapapun. Namun, PR utamanya adalah kita mampu untuk memfilter setiap informasi yang masuk dan mengaplikasikannya dalam keseharian. Karena ilmu itu bukan sekedar untuk menambah wawasan, namun untuk diamalkan"
#janganlupabahagia
#jurnalminggu4
#materi4
#kelasulat
#bundacekatan
#buncekbatch1
#buncekIIP
#institutibuprofesional
Comments
Post a Comment