Skip to main content

Melindungi Diri dari Orang Asing

Salah satu hal yang dibahas dalam presentasi tentang fitrah seksualitas yaitu tentang kasus kekerasan seksual pada anak. Kebetulan presentasi tersebut disampaikan oleh kelompok saya sendiri. Karena mengambil tema tersebut, maka secara tidak langsung mendorong saya untuk banyak membaca beberapa informasi, khusunya untuk update berita terbaru tentang kasus tersebut baik dari jurnal, koran, maupun artikel lainnya.

Hal yang mengejutkan sekaligus menjadi ironi adalah ketika saya mendapati berapa kasus kekerasan seksual pada anak semakin hari semakin marak terjadi. Kasus yang tercatat mungkin hanya sebagian kecil dari kasus yang sebenarnya terjadi di lapangan. Kasus ini ibarat fenomena gunung es di masyarakat kita.

Berbagai kejadian tersebut membuat orangtua harus lebih "aware" juga untuk menumbuhkan fitrah seksualitas kepada anak secara benar, khususnya bagi saya pribadi yaitu bagaimana memberikan arahan sesuai dengan ajaran Islam, khususnya dalam aspek preventif terhadap kejadian tersebut.

Jika ditelusuri kembali dalam tumbuh kembang Sabrina, dan anak-anak lain pada umumnya, sebenarnya ada beberapa periode kritis di mana mereka mulai mengidentifikasi tentang dirinya, keluarganya, dan lingkungan sekitarnya. Bahkan sejak di bawah satu tahun anak memiliki periode "separation anxiety" alias takut berpisah dengan orangtuanya, termasuk takut kepada orang yang dia anggap asing.

Kebanyakan orang tua saat itu berpikiran bahwa hal tersebut kurang baik untuk anaknya karena dinilai "bau tangan", susah adaptasi dengan orang lain, dsb. Padahal jika kita lihat dari sudut pandang lain, periode tersebut penting bagi anak untuk memahami konsep diri dan lingkungannya. Begitupun untuk mengenalkan siapa orang asing dan bukan orang asing, termasuk mengetahui kewaspadaan terhadapnya.

Banyak kasus kekerasan seksual pada anak terjadi karena anak mudah "diiming-imingi" oleh makanan, uang dan sejenisnya. Mereka pun tidak sungkan untuk diajak bermain oleh orang yang baru dikenalnya atau orang terdekat dalam keluarga selain dari orangtuanya. Mungkin bisa dibilang anaknya gampang "cair" dalam bergaul. Tak jarang mereka dengan mudah nyaman di lingkungan baru dan kurang memiliki "alarm" kewaspadaan terhadap orang asing yang dikenalnya.

Berbagai media edukasi untuk melindungi anak dari kekerasan seksual kini banyak kita temui, baik melalui lagu, cerita, dan sejenisnya. Salah satunya adalah tentang bagaimana mengajarkan anak tahapan untuk melindungi diri dari orang asing. Tentang bagaimana mereka seharusnya bersikap ketika ada orang asing yang mengajak mereka pergi, memberi makanan, dsb.

Saya pikir hal tersebut sangat berkorelasi dengan bagaimana mengajarkan kepada anak tentang kewaspadaan melindungi diri. Maka, saya jadi lebih menghargai lagi tentang kesiapan anak yang agak lama untuk bisa "cair" dengan lingkungannya. Misalnya saja Sabrina, sejak kecil Sabrina selalu memperhatikan orang sekitarnya sebelum dia benar-benar nyaman, mau bermain bersama.

Terkadang kita sebagai orang tua "memarahi" anak ketika anak belum nyaman untuk bersalaman dengan orang asing, ketika anak lebih lama menatap dan memperhatikan orang yang baru dikenalnya, sebelum akhirnya anak mau bermain bersamanya. Tak jarang pula orangtua justru cuek ketika ada orang asing yang tiba-tiba mencubit atau mencium pipi anak kita karena gemas, atau meminta untuk menggendong anak kita, padahal anak kita menangis karena merasa tak nyaman. Mungkin berbagai kejadian di atas bisa menjadi hikmah bahwa anak-anak kita justru secara fitrahnya sudah memiliki alarm kewaspadaan terhadap orang asing. Justru orangtua yang seringkali "memaksakan" kepada anak untuk bertingkah laku sesuai dengan sudut pandangnya.

#day15
#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11

Comments

Popular posts from this blog

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

Apa Perasaanmu Hari Ini?

[Dokumentasi pribadi] Perjalanan membersamai tumbuh kembang anak pertama sungguh memberikan banyak pembelajaran bagi saya pribadi untuk memahami peran seorang ibu. Episode awal menjadi seorang ibu dipenuhi oleh pengalaman yang memungkinkan seorang ibu menjadi orangtua "sumbu pendek". Betapa tidak, hampir setiap jam terdengar tangisan dari seorang bayi kecil di hadapannya. Entah karena lapar, kepanasan, bosan, dsb. Episode berlanjut dengan fase di mana anak mulai sering tantrum. Saat itu saya terkaget-kaget menyaksikan seorang anak balita di hadapan saya yang menangis menjerit tiada henti, bahkan sambil berguling-guling, terkadang meronta. Berbagai jurus pun mulai dicoba mulai dari mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan makanan kesukaannya, mengajaknya keluar melihat teman bermainnya, bahkan menyodorkan gadget berupa video yang bisa membuat tangisannya mereda. Namun, ternyata berbagai cara tersebut juga terkadang tidak berhasil membuat anak berhenti menangis. Nah, y

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany