Skip to main content

Belajar tentang Fitrah Seksualitas

Alhamdulillah tantangan level 11 sudah dilewati. Banyak hal istimewa yang saya dapatkan di tantangan kali ini. Mulai dari sistem pembelajaran yang berubah, hingga mekanisme pengumpulan tugas yang membutuhkan manajemen waktu yang baik. Sistem pembelajaran di tantangan level 11 ini membuat saya pribadi merasa menjadi "mahasiswa" lagi. Ya, setelah sekian lama tidak membaca jurnal dan berbagai buku referensi, namun karena ada tantangan ini, saya harus melakukan itu kembali.

Tugas presentasi secara berkelompok membuat saya lebih mengenal member kelas bunda sayang depok, memupuk jiwa kerjasama, tolong menolong dalam menjawab setiap tantangan. Kami dilatih untuk menumbuhkan tanggungjawab dalam melaksanakan amanah, begitupun dilatih untuk mau memberikan pendapat.

Hal yang menarik lainnya adalah ketika dalam kelompok kecil saya bersama Mbak Anggun dan Mbak Anisa harus "maraton" berdiskusi, karena kami kebagian tampil urutan pertama, dengan jeda waktu sekitar dua hari untuk menentukan tema hingga konten presentasi. Namun, hal tersebut memicu kami untuk mengoptimalkan segala potensi dan akhirnya bisa membagi tugas. Alhamdulillah kami bisa melaksanakan presentasi sesuai jadwal.

Tantangan kali ini menjadi terasa penuh perjuangan karena dilaksanakan saat bulan ramadhan. Selama sepuluh hari semua member secara berkelompok harus melakukan presentasi, dan di hari itu pula masing-masing harus mengumpulkan resumenya. Nah, kalau tidak bisa mengatur waktu dengan baik, tentu bisa "keteteran" atau yang terjadi seringkali ketiduran😂. Ya, belajar memang membutuhkan kesungguhan dan pengorbanan. Namun, dari semua hal itu pasti selalu ada hikmah kebaikan yang bisa diambil.

Ruang diskusi di kelas online selalu ramai dengan berbagai pertanyaan yang penting untuk disimak karena selalu terkait dengan tantangan kekinian yang memang dirasakan oleh kebanyakan para peserta kelas bunsay. Banyak informasi baru yang saya pribadi dapatkan melalui tantangan level 11 ini. Karena teman-teman kelompok lain pun akhirnya harus banyak membaca, menggali informasi, baik berupa fakta, data, dan teori-teori seputar fitrah seksualitas. Maka, secara otomatis membuat saya pribadi mendapatkan banyak ilmu baru.

Kini PR selanjutnya adalah bagaimana menjawab tantangan terdekat dalam menumbuhkan fitrah seksualitas, terutama selama mendampingi tumbuh kembang anak di rumah. Ternyata tantangan yang dihadapi tak semudah seperti dalam teori. Hal yang dianggap "sepele" ternyata masih belum bisa dilaksanakan di rumah, misalnya saja memisahkan tempat tidur anak.

Hal lain yang tak kalah penting dalam pembelajaran game level 11 adalah bagaimana kami harus mampu memfilter berbagai informasi yang kami dapat melalui hasil belajar mandiri agar tidak menjadi "tsunami informasi". Dimulai dari memvalidasi isi berita, mencantumkan sumber yang jelas, hingga melakukan komparasi dari berbagai sumber yang berbeda. Hal tersebut ternyata bisa membuat wawasan kami bertambah. Misalnya saja, akhirnya saya bisa mendapatkan gambaran lebih detail tentang perbedaan sudut pandang pendidikan seksualitas ala Barat dengan pendidikan seksualitas dalam Islam.

Ada satu benang merah yang saya dapatkan setelah menjalani tantangan level 11, yaitu tentang fitrah seksualitas itu sendiri. Ternyata fitrah tersebut tidak bisa hanya berdiri sendiri, namun pasti berhubungan dengan fitrah yang lainnya. Seringkali kita sebagai orangtua fokus untuk "menyalahkan" berbagai faktor eksternal yang menyebabkan permasalahan seputar fotrah seksualitas pada anak. Namun, hakikatnya kita memang harus lebih banyak bercermin dan mengoreksi pola pengasuhan kita sendiri. Sejauh mana kita memahami dan menumbuhkan fitrah itu sendiri. Jangan sampai kita melangkah jauh mencari solusi, namun ternyata kita lupa untuk melihat akar masalah itu sendiri, yang bersumber pada diri kita sebagai orangtua yang belum tuntas dalam memahami fitrahnya.

#aliranrasa
#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11

Comments

Popular posts from this blog

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

Apa Perasaanmu Hari Ini?

[Dokumentasi pribadi] Perjalanan membersamai tumbuh kembang anak pertama sungguh memberikan banyak pembelajaran bagi saya pribadi untuk memahami peran seorang ibu. Episode awal menjadi seorang ibu dipenuhi oleh pengalaman yang memungkinkan seorang ibu menjadi orangtua "sumbu pendek". Betapa tidak, hampir setiap jam terdengar tangisan dari seorang bayi kecil di hadapannya. Entah karena lapar, kepanasan, bosan, dsb. Episode berlanjut dengan fase di mana anak mulai sering tantrum. Saat itu saya terkaget-kaget menyaksikan seorang anak balita di hadapan saya yang menangis menjerit tiada henti, bahkan sambil berguling-guling, terkadang meronta. Berbagai jurus pun mulai dicoba mulai dari mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan makanan kesukaannya, mengajaknya keluar melihat teman bermainnya, bahkan menyodorkan gadget berupa video yang bisa membuat tangisannya mereda. Namun, ternyata berbagai cara tersebut juga terkadang tidak berhasil membuat anak berhenti menangis. Nah, y

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" 😬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany