Skip to main content

Yuk Lakukan Penilaian Keahlian Kita

Pekan kedua program mentorship di tahap kupu-kupu semakin seru dan menantang. Kali ini kami diminta untuk  melakukan melakukan self assessment sekaligus komunikasi langsung antara mentor-mentee melalui video, baik via messenger FB maupun aplikasi lainnya. Bahkan Ibu Septi sempat memberikan opsi berlatih berkomunikasi via video FB Live. Sebenarnya menarik untuk dicoba, tapi bagi saya pribadi saat ini belum ada waktu untuk "ngulik" nya, hehee...

Setelah mendengar dongeng dan diskusi bersama Ibu Septi, saya pun gercep untuk menghubungi mentor dan mentee untuk membuat janji ngobrol bersama. Alhamdulillah keduanya direspon dengan cepat dan janji ngobrol melalui video sudah disepakati waktunya.

Hari senin siang, saya dan Mbak Afa (sebagai mentor) menyepakati ngobrol via video call FB. Rasanya dag dig dug, sekaligus excited. Obrolan kami dimulai dengan saling bertanya kabar. Alhamdulillah senang rasanya disapa Mbak Afa, kemudian obrolan pun mengalir begitu saja. Saya bercerita tentang assesment saya pribadi, kemudian Mbak Afa juga menceritakan perjalanan beliau belajar self healing hingga berada di tahap ini sebagai praktisi. Bahkan tak terasa obrolan kami sudah setengah jam berlalu dan itupun harus diakhiri karena si kecil menangis. Mungkin kalau tidak ada "alarm" bisa-bisa ngobrolnya keasyikan sampai satu jam, wkwkwk..

Berikut ini adalah hasil "Self Assesment" yang saya sampaikan kepada Mbak Afa:
[Hasil Self Assessment sebagai Mentee]

Saya berharap di tahap kupu-kupu ini saya bisa meletakkan fondasi dan filosofi ilmu "Self Healing" ini secara lebih holistik. Alhamdulillah saya mendapat seorang mentor yang kebetulan beliau adalah seorang praktisi yang sudah mendalami bidang ini selama lima tahun.

Obrolan Senin siang bersama Mbak Afa memberikan insight baru bagi saya khususnya tentang pentingnya membuat pijakan dan meniti tangga-tangga atau proses dalam menuntut ilmu. Tidak ada yang instan, semua memang butuh proses. Mbak Afa yang sudah menekuni bidang ini selama 5 tahun saja masih terus belajar lebih spesifik memperdalam ilmunya. Nah masa saya yang newbie belajarnya ala kadarnya?

Kami pun sempat melanjutkan diskusi via FB messenger. Alhamdulillah saya semakin merasa mendapat mentor yang "klop" sesuai dengan kebutuhan saya saat ini. Semoga Mbak Afa juga gak kerepotan ya punya mentee seperti saya, heheee..yang senang bertanya dan bercerita..šŸ˜

Beliau pun memberikan tiga PR untuk saya latihan, yaitu tentang identifikasi emosi, sensasi tubuh, dan lompatan pikiran. Menurut beliau ketiga hal ini menjadi pijakan dasar mengenali diri kita sendiri. Karena sebelum berbicara cara memanajemen emosi banyak hal yang harus kita tahu, salah satunya tentang apa yang menjadi pemicu, bagaimana perasaan kita ketika marah, dsb.

Ngobrol santai dengan mentee saya agendakan di hari Selasa siang. Ngobrol langsung dengan Mbak Kusmiati juga tak kalah menyenangkan. Saya mencoba membuka obrolan agar lebih "cair" dengan saling bertanya kabar dan aktivitas saat ini. 

Kali ini kemampuan "the power of question" sangat diuji, apalagi bagi tipe orang yang seneng ngobrol kayak saya bisa jadi lupa bertanya dan menanyakan feedback dari lawan bicara saking keasyikan bercerita. Namun, alhamdulillah Mbak Kusmiati juga tipe yang asyik diajak ngobrol. Kami bercerita mengalir begitu saja tidak terpaku dnegan urutan pertanyaan assesment. Namun, alhamdulillah obrolan perdana kami tetap dapat benang merah poin assesment masing-masing untuk selanjutnya memperjelas arah dan goals program mentorship yang kami laksanakan bersama.

Setelah menyimak assessment dari mentee, saya pun akhirnya mencoba mengidentifikasi keahlian saya dalam bidang manajemen waktu dan konsistensi.  Saya pribadi memang tidak fokus pada aplikasi atau teknik manajemen waktu tertentu. Namun, "jam terbang" saya untuk melakukan perencanaan, konsistensi, tuntas amanah sejak saya kuliah hingga kini menjalani peran sebagai ibu rumah tangga semoga bisa menjadi bahan diskusi yang menarik dengan mentee. Harapannya supaya kami bisa bertumbuh bersama menjadi kupu-kupu cantik.

Saya pun menegaskan kepada mentee bahwa program mentorship ini sejatinya adalah bagaimana kita saling menguatkan bukan untuk berkompetensi. Tidak semua teori yang didapat cocok untuk diaplikasikan, karena semua kembali kepada kebutuhan diri. Maka, mengenali kebutuhan diri menjadi poin penting sebelum memulai perencanaan. 

Alhamdulillah perjalanan tahap kedua mentorship ini berjalan lancar. Prinsipnya memang jalani semua ini dengan bahagia. Tak usah mempersulit diri dengan urusan teknis yang bisa membebani sampai lupa dengan esensi. Tak perlu terburu-buru ingin mencapai target, namun lakukan semuanya secara bertahap namun penuh makna. Maka, tak ada istilah tips instan sukses menjadi seorang mentor dan mentee tanpa ada proses yang dijalani.

Akhirnya saya pun sepakat dan menemukan benang merah dari apa yang disampaikan Ibu Septi tentang pentingnya tatap muka, memperhatikan gesture, dan nada bicara. Ada pesan penting yang bisa kita cerna lebih dari sekedar bahasa tekstual. Ada rasa di mana empati, adab, dan kepekaan diri kini diuji. Sejauh mana kita mampu memberikan ruang untuk menjadi pendengar yang baik. Begitupun saat belajar menceritakan suatu pesan dan informasi. Ngobrol langsung itu terasa lebih "hangat" dan dekat jika dibandingkan dengan bahasa tekstual, meskipun sudah dibubuhi emoticon, hehee..Tapi itu semua kembali kepada kenyamanan masing-masing personal.


#jurnalke2
#tahapkupukupu
#buncek1
#institutibuprofesional




Comments

Popular posts from this blog

Peran Adab dalam Memerangi Pergaulan Bebas

Presentasi hari kedua tantangan level 11 disampaikan oleh Mbak Risca, Mbak Suci, Mbak Thifal dan Mbak Rohmah. Pemaparan diawali dengan menyampaikan data-data terkait pergaulan bebas di kalangan remaja. Dilansir TirtoID (2016), BKKBN 2013 lalu menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Kondisi ini menyumbang peranan besar dalam jumlah kematian ibu dan anak. Di samping itu, Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi pada 2013 juga menyebut, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% di antaranya oleh remaja. Untuk itu, United Nations Departmen of Economic and Social Affairs (UNDESA) pada 2011 masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan persentase pernikahan dini pada peringkat 37. Menurut BKKN dengan peringkat itu, Indonesia merupakan negara kedua di ASEAN dengan persentase pernikahan dini tertinggi setelah Kamboja. Fitrah Seksualitas pada Usia Remaja Fitrah seksualita

Apa Perasaanmu Hari Ini?

[Dokumentasi pribadi] Perjalanan membersamai tumbuh kembang anak pertama sungguh memberikan banyak pembelajaran bagi saya pribadi untuk memahami peran seorang ibu. Episode awal menjadi seorang ibu dipenuhi oleh pengalaman yang memungkinkan seorang ibu menjadi orangtua "sumbu pendek". Betapa tidak, hampir setiap jam terdengar tangisan dari seorang bayi kecil di hadapannya. Entah karena lapar, kepanasan, bosan, dsb. Episode berlanjut dengan fase di mana anak mulai sering tantrum. Saat itu saya terkaget-kaget menyaksikan seorang anak balita di hadapan saya yang menangis menjerit tiada henti, bahkan sambil berguling-guling, terkadang meronta. Berbagai jurus pun mulai dicoba mulai dari mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan makanan kesukaannya, mengajaknya keluar melihat teman bermainnya, bahkan menyodorkan gadget berupa video yang bisa membuat tangisannya mereda. Namun, ternyata berbagai cara tersebut juga terkadang tidak berhasil membuat anak berhenti menangis. Nah, y

Asyiknya Bermain Air!

Aktivitas bermain yang hampir tidak pernah ditolak Sabrina adalah bermain air. Bahkan tanpa difasilitasi pun, seringkali Sabrina sudah anteng bermain air, alias inisiatif ke kamar mandi. Membawa mainan untuk dicuci atau sekedar bermain sabun dan inisiatif ingin wudhu sendiri. Tentu akibatnya baju basah dan tak jarang membuat saya yang sedang melakukan aktivitas lain, semisal memasak harus berhenti dahulu. Sekedar memastikan bahwa bermain airnya masih "aman" šŸ˜¬. Hari ini, saya coba memberikan stimulasi kepada Sabrina untuk mengeksplorasi air. Mulai dari memberikan pewarna makanan ke air hingga proses menuang dan membandingkan kuantitas air. Ya, tujuan utamanya untuk melatih motorik halus bagi Sabrina, bagaimana berusaha hati-hati dalam menuang air supaya tidak tumpah dan belajar mengenal kuantitas. Seperti biasa dalam proses belajar selalu ada hal yang di luar prediksi. Artinya apa yang saya sediakan terkadang dieksplorasi sesuai dengan imajinasi Sabrina. Saya sengaja hany